I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehingga, perawat sebagai profesi dibidang pelayanan sosial rentan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Nightingale pada tahun 1859 menyatakan bahwa hospital should no harm the patients

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN GANGGUAN KESEHATAN PERAWAT DI IRD RSUP DR.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. karena menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. mencari pertolongan medis sehingga harus dilakukan pengelolaan nyeri sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB I PENDAHULUAN. semua rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah Soreang. jabatan dilakukan pada bulan Maret tahun 1999.

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Clinical Pathway, selanjutnya disingkat CP, merupakan konsep perencanaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. World Health Organization (WHO) telah mencanangkan World

HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan.

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit.

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Seseorang cenderung bekerja dengan penuh semangat apabila memperoleh kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan (Arwani, 2006). perawat merasa puas dalam bekerja (Aditama,2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. konsumen menjadi salah satu sumber informasi mengenai produk yang

BAB I PENDAHULUAN. motivasi. Menurut Winardi (2007), motivasi merupakan karakteristik. psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Di era industrialisasi seperti sekarang ini, Rumah Sakit menjadi institusi

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

dasar yang paling penting dalam prinsip manajemen mutu (Hidayat dkk, 2013).

HUBUNGAN TINGKAT STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, penelitian, pendidikan dan sebagiannya; mencakupi skala profit

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia industri kesehatan terdiri dari beberapa jenis yaitu pelayanan klinik, puskesmas, dan rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dalam bidang keperawatan. Upaya ini dilakukan agar dapat menarik lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil maka dalam proses perencanaan tujuan tersebut akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang bersifat kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB IV HASIL PENELITIAN. diwilayah administrasi kabupaten Gorontalo, didirikan pada tanggal 25

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan berdasarkan pola pelayanan berfokus pada pasien (Patient

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan

BAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. keliru dan juga afek datar yang tidak sesuai serta gangguan aktivitas motorik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kolaborasi dengan berbagai pihak. Hal ini membuat perawat berada pada

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

Transkripsi:

1 I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi keperawatan memiliki pekerjaan yang kompleks dan rentan mengalami kejenuhan kerja. Kejenuhan kerja adalah keadaan kelelahan fisik, mental dan emosional yang biasa dialami individu yang bekerja di bidang pelayanan sosial dan memiliki kondisi pekerjaan yang sangat menuntut dalam jangka panjang (Weiten, 2010; Muslihudin, 2009; Potter & Perry, 2005). Sehingga, perawat sebagai profesi dibidang pelayanan sosial rentan mengalami kejenuhan kerja. Tingkat kejenuhan kerja yang dialami perawat cukup tinggi. Berdasarkan penelitian Chou (2013) di Taiwan tenaga kesehatan yang mengalami kejenuhan kerja: perawat 66%, dokter 38,6%, staf administrasi 36,1% dan teknisi medis 31,9%. Selanjutnya, Penelitian di Iran menunjukkan hasil bahwa perawat yang mengalami kejenuhan emosional 34,6%, kehilangan identitas pribadi 28,8%, dan penurunan hasrat pencapaian prestasi 95,7% (Moghaddasi, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Eropa pada bahwa sekitar 30 % perawat melaporkan jenuh untuk bekerja (Galindo, 2012). Sedangkan di Indonesia, berdasarkan penelitian Muthmainah (2014) di Palembang didapatkan 55,3% perawat berpotensi mengalami kejenuhan kerja. Selain itu, hasil penelitian Suharti (2013) di Jakarta menunjukkan bahwa 89% perawat mengalami kejenuhan kerja. 1 Selain itu, berdasarkan hasil survei dari PPNI (2006), sekitar 50,9% perawat yang bekerja di 4 provinsi di Indonesia mengalami kejenuhan kerja. Tingkat kejenuhan kerja terjadi pada perawat 1

2 cukup tinggi berdasarkan data dari Indonesia maupun luar negeri. Dalam merawat pasien dapat menjadi faktor kejenuhan bagi perawat. Perawatan yang dilakukan oleh perawat HCU dilakukan secara lebih intensif. Menurut Kemenkes (2010) pelayanan HCU meliputi pemantauan pasien secara ketat, menganalisis hasil pemantauan serta melakukan tindakan medik dan asuhan keperawatan. Di ruang HCU terdapat bedset monitor, obatobat kedaruratan lengkap, perawat HCU selalu memantau pasien dan pemeriksaan vital sign tiap 15 menit atau sewaktu waktu (Tim RSDM, 2011). Pasien yang dirawat di HCU adalah pasien dengan kegawatan tinggi atau critical care yang memiliki tingkat ketergantungan penuh pada perawat atau total care, kondisi ini menjadi salah satu penyebab kejenuhan kerja perawat (Maryono, 2009). Kejenuhan kerja perawat dapat dilihat dari kondisi perawat saat bekerja. Kondisi perawat yang mengalami kejenuhan kerja sesuai dengan dimensinya. Dimensi kejenuhan kerja terbagi dalam 3 bagian, yaitu: 1) kejenuhan emosional dimana seseorang merasakan frustasi, sedih dan terkurasnya sumber daya emosional 2) kehilangan identitas pribadi dimana pikiran perawat menjadi negatif, bersikap sinis dan menjaga jarak dengan pasien 3) penurunan hasrat pencapaian prestasi dimana seseorang merasa sulit memberikan penghargaan terhadap dirinya sendiri (Hariono, 2010; Dorman, 2003; Maslach & Jackson, 2001). Jadi, kejenuhan kerja memberikan pengaruh negatif pada perawat dalam bekerja. Dampak kejenuhan kerja dapat mempengaruhi aktivitas perawat.

3 Kejenuhan kerja perawat dapat berdampak pada kualitas pelayanan. Kejenuhan kerja menjadi masalah karena membuat kondisi pikiran menjadi penuh dan kehilangan rasional yang mengakibatkan kewalahan dengan pekerjaan, keletihan mental dan emosional, kehilangan minat kerja, motivasi dan pada akhirnya kualitas kerja menurun (Dale, 2011; National Safety Council, 2004). Bahkan kejenuhan kerja dapat berdampak timbulnya keinginan keluar kerja (turnover intention) (Jewel dan siegall, 1998). Dimana menurut hasil penelitian Sari (2013) di Malang didapatkan bahwa 57,3% perawat mengalami turnover intention dan 70% perawat menyatakan akan keluar apabila ada kesempatan yang lebih baik. Dampak dari kejenuhan kerja sangat merugikan organisasi jika terjadi secara terus-menerus. Dampak tersebut dapat di hindari dengan mengetahui faktor penyebab terjadinya kejenuhan kerja. Kejenuhan kerja dapat terjadi dikarenakan faktor internal dan faktor eksternal. Dimana terdapat 6 faktor internal penyebab kejenuhan kerja yaitu: 1) usia, 2) jenis kelamin, 3) masa kerja, 4) status pernikahan, 5) tingkat pendidikan, dan 6) kepribadian. Selanjutnya terdapat 3 faktor eksternal penyebab yang menimbulkan terjadinya kejenuhan kerja yaitu: 1) faktor manajemen 2) faktor professional 3) faktor sosial (Jahromi, 2014; Farber, 1991). Faktor-faktor ini memiliki kondisi tertentu dalam menjadi penyebab kejenuhan kerja pada perawat. Kondisi usia dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikis perawat. Menurut Mizmir (2011) menunjukkan bahwa perawat yang berusia lebih tua

4 memiliki tingkat kejenuhan kerja lebih rendah dibanding dengan yang berusia lebih muda. Menurut Maslach, et al. (2001) perawat yang berusia lebih muda memiliki tingkat kejenuhan kerja yang lebih tinggi daripada perawat yang berusia lebih dari 40 tahun. Hal ini karena perawat yang lebih tua kondisi fisik nya kurang tetapi pekerja ulet dan rasa tanggung jawabnya besar namun perawat yang lebih muda fisiknya lebih kuat namun cepat bosan, kurang tanggung jawab, inabsensi, harapan tinggi (Hasibuan, 2007). Jadi, pekerja dengan usia yang muda akan lebih mudah mengalami kejenuhan kerja. Pria dan wanita memiliki perbedaan kondisi dari segi psikologis. Menurut Gibson (2004) menyatakan bahwa secara umum pria lebih mudah mengalami kejenuhan kerja karena sering mengalami peningkatan tekanan kerja. Gejala-gejala seperti cepat lelah, cemas dan penyakit psikologis ringan rentan dialami oleh pria (Sirait, 2010). Sedangkan menurut Sulistiyowati (2005) wanita secara emosional lebih mampu dalam menangani tekanan yang lebih besar. Jadi, menurut faktor jenis kelamin seorang pria lebih rentan mengalami kejenuhan kerja dibanding wanita. Masa kerja perawat mempengaruhi komitmen perawat dalam menjalankan tugasnya. Menurut Suhendar (2012) diperoleh hasil semakin bertambah lama kerja responden semakin ringan tingkat stress kerja yang dialaminya. Sejalan dengan penelitian Robbins (2006) bahwa semakin lama seseorang berada dalam pekerjaan, semakin kecil kemungkinan ia mengundurkan diri. Hal ini disebabkan lamanya masa kerja bergantung pada

5 kenaikan gaji yang lebih baik sehingga mempunyai komitmen lebih tinggi (Robbins, 2003). Dengan masa kerja perawat yang lebih lama, maka perawat memiliki komitmen yang tinggi dalam bekerja. Status pernikahan seseorang berpengaruh pada psikologis saat bekerja. Seseorang yang sudah menikah memiliki kestabilan psikologis, kesiapan mental, kasih sayang dan dukungan motivasi dari keluarga (Schaufeli, 1993; Farber, 1991). Menurut hasil riset Robbins (2003) pekerja yang menikah lebih sedikit absensi, rendah mengalami pergantian dan lebih puas terhadap pekerjaan dibanding yang belum menikah. Jadi, perawat dengan status belum menikah akan mudah mengalami kejenuhan kerja karena kurangnya dukungan dan motivasi. Tingkat pendidikan seorang perawat dapat berpengaruh terhadap kejadian kejenuhan kerja. Menurut Gobel et al (2013) tingkat pendidikan yang tinggi menyebabkan semakin kuat keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan tantangan yang tinggi. Wu et al. (2014) juga menyatakan bahwa seseorang dengan pendidikan yang tinggi mempunyai harapan yang tinggi juga sehingga orang tersebut lebih mudah tertekan saat terjadi kesenjangan. Maslach (2001) juga berpendapat bahwa seseorang dengan pendidikan yang tinggi mempunyai tanggung jawab yang besar dan dapat menjadi stressor dalam melakukan tugasnya. Sehingga perawat dengan pendidikan yang tinggi justru memiliki tekanan yang lebih dalam menghadapi pekerjaan dan keinginannya yang tinggi. Kepribadian dibagi menjadi rentang kendali internal dan eksternal.

6 Menurut hasil penelitian Asberg & Renk (2012) menyatakan bahwa seorang yang berorientasi dengan kepribadian rentang kendali eksternal cenderung untuk melakukan pola penyelesaian masalah secara negatif. Perawat dengan kepribadian rentang kendali internal diketahui memiliki pemikiran yang lebih sehat dan lebih banyak terlibat dengan lingkungan sekitarnya dibanding faktor eksternal (Patten, 2005; Lao, 2010). Maka perawat dengan kepribadian rentang kendali eksternal lebih rentan mengalami kejenuhan kerja. Faktor manajemen adalah faktor eksternal penyebab kejenuhan kerja. Manajemen keperawatan adalah kerja sama antara manajer dan kelompok staf perawat yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan untuk mencapai tujuan yaitu memberikan suatu pelayanan asuhan keperawatan yang professional (Huber, 2000; Swanburg, 2000; Nursalam, 2002). Jadi, faktor manajemen berhubungan dengan kerja sama antar perawat dalam memberikan pelayanan. Faktor kedua penyebab kejenuhan kerja adalah faktor professional. Faktor professional perawat penting dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Menurut Hawes (2009) perawat dikenal sebagai tenaga professional untuk melayani, memberi perawatan dan perlindungan bagi pasien. Husein (1994) mengatakan bahwa tugas perawat juga bersinggungan dengan profesi lain sehingga sering muncul masalah komunikasi antar tenaga kesehatan yang dapat meningkatkan stress dan kejenuhan kerja yang dialami oleh perawat. Jadi, masalah professionalitas antar tenaga kesehatan dapat menjadi faktor kejenuhan kerja. Faktor ketiga penyebab kejenuhan kerja

7 adalah faktor sosial. Faktor sosial merupakan hal penting untuk perawat dalam lingkup lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial dapat berpengaruh pada pelaksanaan perawat dalam pemberian pelayanan, dengan banyaknya tekanan saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dapat menjadi stressor dalam bekerja dan menjadi kejenuhan kerja (Cohen, Wills & Cutrona,1997; Niven, 2002). Sumber - sumber faktor sosial dapat berasal dari dukungan keluarga, rekan kerja, atasan dan orang-orang disekitar (Shamila & Sohail, 2013). dukungan secara interpersonal yang dirasakan perawat dapat mencegah kejadian kejenuhan kerja. Jadi, lingkup sosial perawat dapat mempengaruhi kejadian kejenuhan kerja. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil Padang adalah rumah sakit pemerintah pusat dengan akreditasi A. Rumah sakit ini menjadi rumah sakit rujukan Sumatera bagian tengah yang meliputi Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Rumah sakit ini juga memiliki perencanaan untuk memenuhi standar internasional dalam pelayanan dengan mendapatkan Sertifikasi International Organization For Standardization (ISO) dan Joint Commission International (JCI). Sertifikasi ini merupakan upaya untuk memiliki kualitas pelayanan yang bertaraf Internasional (Bagian perencanaan RSUP Dr. M Djamil Padang, 2013). Studi pendahuluan di lakukan pada tanggal 10-23 April 2017 di RSUP DR. M Djamil Padang. Didapatkan bahwa terdapat 4 ruang HCU yaitu : 1) HCU penyakit dalam 2) HCU bedah 3) HCU anak dan 4) HCU kebidanan. Jumlah seluruh perawat HCU adalah 80 perawat.

8 Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan kepala instalasi ruang HCU Bedah didapatkan informasi bahwa RSUP DR. M Djamil telah melakukan studi banding ke RSUD Kariadi Semarang pada bulan Maret 2017 terkait dengan peningkatan mutu pelayanan berdasarkan standar JCI. Selain itu ruang HCU juga akan di lengkapi dengan peralatan baru yaitu ventilator portable. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesiapan skill dan pengetahuan perawat dalam memberikan pelayanan yang modern dan berkualitas untuk pasien. Namun, menurut salah satu perawat pelaksana di HCU RSUP Dr. M Djamil hal ini juga menjadi stressor karena pemantauan juga harus ditingkatkan. Pada studi awal juga dilakukan penyebaran kuesioner. Hasil kuesioner didapat bahwa 12 dari 16 orang perawat merasa jenuh dengan pekerjaannya, 5 orang perawat merasakan lelah saat bangun dipagi hari dan saat bekerja setiap hari, dan 6 orang perawat merasakan pekerjaannya menguras emosi. Akibat dari kejenuhan kerja yang dialami perawat juga terlihat perawat jarang tersenyum kepada pasien. Selain itu terlihat adanya sikap kurang memperhatikan kebutuhan pasien. Hasil kuesioner faktor-faktor penyebab kejenuhan kerja dari 16 orang perawat didapatkan bahwa 12 perawat termasuk dalam rentang kendali internal dan 4 orang perawat termasuk dalam rentang kendali eksternal. Selain itu pada faktor manajerial 3 perawat mengatakan sistem manajerial HCU kurang baik. Terkait dengan faktor professional perawat di HCU 7 perawat mengatakan sudah baik dan 2 perawat mengatakan kurang baik. Pada faktor sosial perawat menyatakan

9 bahwa 4 perawat pernah mengalami masalah di rumah karena pekerjaannya dan 5 perawat pernah mengalami masalah dengan rekan kerjanya. Berdasarkan fenomena permasalahan tersebut maka, peneliti melakukan penelitian mengenai Analisis Kejenuhan Kerja Perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang dan Faktor-Faktor Determinannya Tahun 2017. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejenuhan Kerja Perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang Tahun 2017. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor internal meliputi usia, jenis kelamin, masa kerja, status pernikahan, tingkat pendidikan dan kepribadian perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang. b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor eksternal meliputi faktor manajerial, faktor professional dan faktor sosial perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang. c. Mengidentifikasi distribusi frekuensi kejenuhan kerja perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang. d. Menganalisis hubungan antara faktor internal meliputi usia, jenis kelamin, masa kerja, status pernikahan, tingkat pendidikan

10 dan kepribadian dengan kejenuhan kerja perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang. e. Menganalisis hubungan antara faktor eksternal meliputi faktor manajerial, faktor professional dan faktor sosial dengan kejenuhan kerja. f. Menganalisis faktor paling dominan yang berhubungan dengan kejenuhan kerja pada perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Pengembangan ilmu keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan terhadap pembelajaran didalam pendidikan ilmu keperawatan terutama pada mata ajar manajemen keperawatan. 2. Bagi pelayanan ilmu keperawatan Pihak rumah sakit dapat mengetahui tingkat kejenuhan kerja perawat dan dapat memodifikasi suasana kerja yang lebih baik bagi perawat sehingga dapat menjaga kualitas pelayanan di rumah sakit. 3. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi/sumber kepustakaan serta sebagai bahan masukan

11 untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan manajemen keperawatan, khususnya yang berhubungan dengan kejadian kejenuhan kerja. Hipotesis H 0 = 1.4 Hipotesis 1. Tidak ada hubungan antara umur dengan kejenuhan kerja perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang 2. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejenuhan kerja 3. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejenuhan kerja 4. Tidak ada hubungan antara status pernikahan dengan kejenuhan kerja 5. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejenuhan kerja 6. Tidak ada hubungan antara kepribadian dengan kejenuhan kerja 7. Tidak ada hubungan antara manajemen dengan kejenuhan kerja

12 8. Tidak ada hubungan antara professional dengan kejenuhan kerja 9. Tidak ada hubungan antara sosial dengan kejenuhan kerja perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang 10. Tidak ada faktor yang paling dominan terkait dengan kejenuhan kerja Hipotesis H 1 = 1. Ada hubungan antara umur dengan kejenuhan kerja perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang 2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejenuhan kerja 3. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejenuhan kerja perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang 4. Ada hubungan antara status pernikahan dengan kejenuhan kerja 5. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejenuhan kerja 6. Ada hubungan antara kepribadian dengan kejenuhan kerja perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang

13 7. Ada hubungan antara manajemen dengan kejenuhan kerja perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang 8. Ada hubungan antara professional dengan kejenuhan kerja perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang 9. Ada hubungan antara sosial dengan kejenuhan kerja perawat HCU di RSUP Dr. M Djamil Padang 10. Ada faktor yang paling dominan terkait dengan kejenuhan kerja