BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS BESAR SISTEM KOMUNIKASI I SISTEM KOMUNIKASI RADAR

BAB III DESKRIPSI TEMPAT PLA DAN PELAKSANAAN PLA

Rahasia RADAR. Analogi dengan prinsip gema pada gelombang suara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. transmisi. Selain sebagai media transmisi, gelombang elektromagnetik juga biasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 2 A. PENGINDERAAN JAUH NONFOTOGRAFIK. a. Sistem Termal

Dibuat Oleh : Sinta Suciana Rahayu P / Dosen Pembimbing : Ir. Fitri Sjafrina, MM

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB 11 MICROWAVE ANTENNA. Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi super

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

Psssttt semuanya aman

BAB I PENDAHULUAN. Radio Detecting and Ranging (Radar) merupakan salah satu alat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GROUND PENETRATING RADAR (GPR)

RADAR. A. Pendahuluan

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

MAKALAH KONSEP TEKNOLOGI. Teknologi Antena TV

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

PERBEDAAN INTERPRETASI CITRA RADAR DENGAN CITRA FOTO UDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Prinsip Kerja GPS (Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN LITERATUR

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

09 - Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijital. by: Ahmad Syauqi Ahsan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Proses Stereoplotting Data IFSAR untuk Memutakhirkan Peta RBI Skala 1: Daerah Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan

Memantau apa saja dengan GPS

Radar I yg membuahkan gambar dikembangkan selama PD II, yakni B-Sacn (distorsi besar). PPI (Plan Position Indicator) distorsi dpt dikoreksi dg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIKTAT KULIAH RADAR DAN NAVIGASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, perkembangan teknologi berkembang pesat dalam

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

Komputer dan masyarakat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dalam implementasi Passive

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

Isfandiar M. Baihaqi

penginderaan jauh remote sensing penginderaan jauh penginderaan jauh (passive remote sensing) (active remote sensing).

Pemantulan Bunyi gaung gema

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Mata Kuliah : Sistem Informasi Spasial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

Bab 1 P e n d a h u l u a n

GETARAN DAN GELOMBANG. Gelombang. dibedakan berdasarkan. Gel. mekanik. contoh contoh contoh. Gel. air Gel. pada tali Gel. bunyi Gel.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemetaan Sawah Baku 2.2. Parameter Sawah Baku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN RADIASI ELEKTROMAGNETIK. Berikut beberapa pemanfaatan gelombang elektromagnetik dalam kehidupan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ISTILAH DI NEGARA LAIN

I. PENDAHULUAN. misalnya teknologi elektronik dengan keluarnya smartphone ataupun gadget

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara)

PEMETAAN BATHYMETRIC LAUT INDONESIA

Intro to GIS. by: Ahmad Syauqi Ahsan

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB III. Deskripsi Tempat PLA dan Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan dan Realisasi Antena Mikrostrip Polarisasi Sirkular dengan Catuan Proxmity Coupled

BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

PERANCANGAN DAN REALISASI ANTENNA CONTROL UNIT BERUPA PHASE SHIFTER DIGITAL UNTUK ANTENA PHASED ARRAY 4X4 PADA FREKUENSI S-BAND UNTUK RADAR 3D

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1].

GPS (Global Positioning Sistem)

Aplikasi Modulasi pada Gelombang Radar

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

MATA KULIAH PEMBUATAN PETA TEMATIK. Dr. Sumi Amariena Hamim, ST, MT

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

geofisika yang cukup popular. Metode ini merupakan metode Nondestructive Test yang banyak digunakan untuk pengamatan dekat

BAB II RADAR APERTUR SINTETIK INTERFEROMETRI. (Interferometric Synthetic Aperture Radar INSAR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMPONEN PENGINDERAAN JAUH. Sumber tenaga Atmosfer Interaksi antara tenaga dan objek Sensor Wahana Perolehan data Pengguna data

CUCU RATNASIH ( ) REFKA MAHERA ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mekanisme Persetujuan Peta untuk RDTR. Isfandiar M. Baihaqi Diastarini Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial

III. BAHAN DAN METODE

Sistem Ground Penetrating Radar untuk Mendeteksi Benda-benda di Bawah Permukaan Tanah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Stasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran

Stereokompilasi Unsur Rupabumi Skala 1: Menggunakan Data TerraSAR-X dan Citra SPOT-6

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Eko Yudha ( )

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKHNIK BIOLOGI LAPANGAN DAN LABORATORIUM OLEH TIM PENGASUH TEKHNIK BIOLOGI LAPANGAN DAN LABORATORIUM JURUSAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif. Terutama teknologi tentang pemetaan. Karena pemetaan di Indonesia sangatlah berkembang, jika kita melihat teknologi pemetaan di Negara-Negara maju seperti di eropa dan Amerika. Amerika sekarang sudah mengembangkan berbagai macam karya teknologi super canggih untuk dunia pekerjaan pemetaan. Untuk pemetaan daerah yang mayoritas adalah hutan diperlukan pemetaan yang efektif dan efisien sehingga alam pembuatan peta bisa mendapatkan hasil yang baik. Untuk pemetaan teristris adalah pemetaan yang dilakukan dengan cara pengukuran ke lapangan dengan menggunakan alat yang bernama theodolite, ada juga pengukuran dengan cara penginderaan jauh, pengukuran dengan penginderaan jauh dilakukan tidak langsung ke lapangan namun dilakukan dengan menggunakan citra sebagai bahan untuk pembuatan peta. Dilihat dari kemudahan dalam pembuatan peta yang mayoritas daerahnya adalah hutan serta memiliki kontur yang sangat menonjol maka data yang tepat untuk proses pembuatan peta adalah dengan menggunakan peta citra, citra menurut Kotler (2000; 599) menyatakan bahwa: "Gambar adalah keyakinan set, ide, dan kesan bahwa seseorang memegang pada objek".

Sedangkan Menurut Aacker & Myers (2000; 116): "Total kesan apa yang seseorang sekelompok orang berpikir dan tahu tentang atau objek". Selanjutnya Menurut Frank Jefkin (1987; 56): "Gambar yang sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman tentang fakta-fakta".dari Definisi-definisi tersebut, Maka dapat diambil pengertian umum dari citra yaitu: Citra merupakan hasil evaluasi dalam, diri seseorang berdasarkan persepsi dan pemahaman terhadap gambaran yang telah diolah, diorganisasikan, dan disimpan dalam, benak seseorang. Citra dapat diukur melalui pendapat, kesan atau respon seseorang dengan tujuan untuk mengetahui secara pasti apa yang ada dalam, pikiran setiap individu mengenai suatu objek, bagaimana mereka memahaminya dan apa yang mereka sukai atau tidak disukai dari objek tersebut. Ada beberapa jenis citra yang sering digunakan ada citra satelit, citra foto udara, dan citra radar. Citra satelit adalah citra tang dibuat dari antariksa atau angkasa luar, gunanya citra yaitu untuk penginderaan planet, untuk penginderaan cuaca, untuk penginderaan sumber daya bumi, dan untuk penginderaan laut (Hartono, 2007). Sedangkan citra foto udara yaitu foto yang dibuat dari pesawat atau balon udara, dan Radar kependekan dari Radio Detection and Ranging (Hartono, 2007). Radar merupakan system gelombang elektromagnetik yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak dan membuat map benda-benda seperti pesawat terbang, kendaraan bermotor dan informasi cuaca/hujan. Gelombang radio/sinyal yang dipancarkan dari suatu benda dapat ditangkap oleh radar kemudian dianalisa untuk mengetahui lokasi dan bahkan jenis benda tersebut. Walaupun sinyal yang diterima relatif lemah, namun radar dapat dengan mudah mendeteksi dan memperkuat sinyal tersebut. NASA menggunakan radar untuk memetakan bumi dan planet-planet lainnya, untuk melacak satelit dan puing-puing ruang angkasa. Militer

menggunakannya untuk mendeteksi musuh dan untuk mengarahkan senjata. Meteorologi menggunakan radar untuk melacak badai dan tornado. Tahun 1865 seorang ahli fisika Inggris James Clerk Maxwell mengembangkan dasar-dasar teori terntang elektromagnetik. Dan satu tahun kemudian, Heinrich Rudolf Hertz seorang ahli fisika Jerman berhasil membuktikan teori Maxwell dengan menemukan gelombang elektromagnetik. Penggunaan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi keberadaan suatu benda, pertama diterapkan oleh Christian Hülsmeyer pada tahun 1904 dengan mempertunjukkan kebolehan mendeteksi kehadiran dari suatu kapal pada cuaca berkabut tebal, tetapi belumsampai mengetahui jarak kapal tersebut. Pada tahun 1921 Albert Wallace Hull menemukan Magnetron sebagai tabung pemancar sinyal/transmitter efisien. Tahun 1922 A. H. Taylor and L.C.Young dan tahun 1930 L. A. Hyland dari Laboratorium Riset kelautan Amerika Serikat, berturut-turut berhasil menempatkan transmitter pada kapal kayu dan pesawatterbang untuk pertama kalinya. Sebelum Perang Dunia II yakni antara tahun 1934 hingga 1936, ilmuan dari setelah Perang Dunia II sistem radar berkembang sangat pesat, baik tingkat resolusi dan portabilitas yang lebih tinggi, maupun peningkatan kemampuan sistem radar sebagai pertahanan militer. Hingga saat ini sistem radar sudah lebih luas lagi penggunaannya yakni meliputi kendali lalu lintas udara (Air Traffic Control), pemantau cuaca dan jalan. Adapun jenis radar yang sering digunakan seperti Radar Doppler merupakan jenis radar yang menggunakan Efek Doppler untuk mengukur kecepatan radial dari sebuah objek yang masuk daerah tangkapan radar. Radar jenis ini sangat akurat dalam mengukur kecepatan radial. Contoh Radar

Doppler yaitu Weather radar yang digunakan untuk mendeteksi cuaca. Selanjutnya Radar Bistatic adalah jenis sistem radar yang mempunyai kompenen pemancar sinyal (transmitter) dan penerima sinyal (receiver) dipisahkan oleh suatu jarak yang dapat dibanding dengan jarak target/objek. Objek dideteksi berdasarkan pantulan sinyal dari objek tersebut ke pusat antena. Untuk menjawab semua jenis-jenis radar yang telah disebutkan, maka lahirlah salah satu tekologi yang dapat menghasilkan resolusi yang baik, yaitu peta citra radar IFSAR, namun radar IFSAR tidak sama dengan citra satelit yang seperti pembahasan di atas, yakni jika citra satelit menggunakan satelit ruang angkasa. Kalau peta citra radar menggunakan gelombang elektromagnetik. Hal-hal yang biasanya menjadi tujuan dalam penggunaan radar yaitu Mendeteksi keberadaan sebuah benda pada jarak tertentu, biasanya sesuatu yang bergerak, seperti pesawat terbang, namun radar juga dapat digunakan untuk mendeteksi benda-benda diam yang terkubur di bawah tanah. Dalam beberapa kasus, radar dapat mengidentifikasi obyek misalnya dapat mengidentifikasi jenis pesawat yang telah terdeteksi. Mendeteksi kecepatan obyek. Pesawat ulang-alik dan satelit mengorbit menggunakan sesuatu yang disebut Synthetic Aperture Radar untuk membuat peta topografi rinci dari permukaan planet dan bulan. Prinsip Kerja Radar, sama halnya seperti pada Echo (gema) dan Efek Doppler yang sering kita alami setiap hari. Dalam laporan ini penulis akan menjelaskan langkah-langkah pengolahan data dari radar ifsar dalam rangka Pembangunan Basisdata Spasial Nasional terpadu untuk Percepatan Rencana Tata Tuang Kabupaten/ Kota dikawasan Koridor Perluasan dan Pengambangan Ekonomi Indonesia (P3EI)) yang nantinya akan digunakan untuk membuat peta topografi/ RBI. Maka dari itu sebelum membahas proses pengolahanya, pembaca mencoba memberi gambaran dan teori tentang ifsar, agar nanti dalam pembahasan pembaca akan paham dan mengerti tentang apa yang akan penulis uraikan.

B. Rumusan Masalah Permasalahan-permasalahan yang saya alami pasa saat pengerjaan pengolaha data awal yaitu mengkonversikan data awal ayng tersedia dari IFSAR yaitu ORI dan DSM, agar data ORI dengan DSM dapat menyatu dan menjadi model stereo 3D, biasanya jika dalam proses konvert salah maka hasil peta 3D akan terlihat buram dan membuat penglihatan kita menjadi pusing karena modelnya kurang sempurna fokusnya, kalau stereoplotting diantaranya pada hari pertama yaitu masih bingung dalam menentukan control Z, karena pada proses stereoplotting ini titik kontrol harus menempel dengan ground pada peta 3D, karena jika tidak pas dengan ground maka hasil koreksinya akan melenceng, contohnya jika titk kontrol terlalu tinggi antara kontrol Z dengan groundnya maka akan terlihan seperti mengambang, namun jika terlalu dalam pete tersebut akan terlihat buram dan jika dilihat akan terasa pusing. Untuk dapat menguasai ground saya menghabiskan waktu selama satu minggu, denga cara berlatih ketejaman penglihatan saya, kemudian setelah menguasai kontrol Z, saya mencoba untuk memulai stereoplotting di dalam pekerjaan stereoplotting masalah yang di alami yaitu susah membedakan antara kebun, semak belukar, tegalan ladang dan susah membedakan antara kebun yang sudah di panen dengan kebun yang belum di panen karena di peta kebun yang sudah di panen terlihat seperti semak belukar atau tegalan ladang, cara memecahkan masalahnya yaitu dengan mempelajari dan menginterpretasi.

C. Tujuan dan Kegunaan Laporan 1. Tujuan Laporan a. Untuk mempermudah dalam proses stereoplotting b. Untuk menghasilkan data yang lebih efektif dan efisien c. Untuk mengkonversi data ORI (Orthorectified Radar Image) dan DSM (Digital Surface Model) d. Untuk pengolahan generate stereomate e. Untuk membuat stereo model f. Serta menyajikan output hasil dari: Citra IFSAR yang sudah di konversi 1). Stereomate 2). Model Stereo 2. Kegunaan Laporan Penulis berharap hasil dari laporan ini ada kegunaannya, diantaranya yaitu: a. Secara keilmuan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengolahan awal data IFSAR menggunakan software summit evolution. b. Untuk menghasilkan peta yang ber resolusi yang tinggi. c. Untuk menghasilkan data yang akurat dan teliti. d. Menghasilkan digitasi perairan, pemukiman, breakline, landuse, jalan, maspoint.

D. MANFAAT Begitu banyak peta hasil dari pengambilan data dari penginderaan jauh, yaitu ada foto udara, citra satelit, dan citra radar, dari semua jenis citra memiliki banyak kekurangan dan juga kelebihannya masing-masing, yang digunakan sesuai kebutuhan. Dengan adanya radar SAR ini saya dapat mengetahui bagaimana cara mengolah data ORI dan DSM sampai ke stereoplotting menggunakan peta hasil dari radar SAR yaitu IFSAR. Serta ilmu baru bagi saya karena dalam perkuliahan yang biasa dipelajari hanya jenis citra satelit, ternyata selain satelit msih ada cara mendapatkan peta citra yaitu dengan menggunakan radar. IFSAR juga adalah produk baru sehingga saya semakin tertarik untuk memperdalam tentang pengolahan data IFSAR itu sendiri. Dengan dudukung oleh software yang berkualitas juga penulis bisa menguasai teknologi canggih selain dari software arcgis dan autocad, ternyata summit evolution juga sebagai software yang mampu menjadi software pengolahan data, stereoplotting, editing, pembuatan kontur dan DEM (Digital Elevation Model), serta masih banyak keunggulan lain dari summut evolution ini, namun yang penulis pelajari hanya sebatas yang penulis terangkan.