PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH ANORGANIK MENJADI ANEKA KREASI DAUR ULANG DI LINGKUNGAN RW 06 KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KOTA PEKANBARU

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

BAB III STUDI LITERATUR

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

KUESIONER PENELITIAN

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN 108

BAB II KAJIAN PUSTAKA

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

PENGOLAHAN SAMPAH SEDERHANA. widyagama mahakam

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

pendahuluan dilakukan untuk memperoleh hasil pengolahan atau daur ulang yang mengefektifkan pengolahan sampah selanjutnya, termasuk upaya daur ulang.

BAB II. DAUR ULANG SAMPAH BOTOL PLASTIK

KuliaH KiNGKuNGN bisnis Kerajinan barang bekas

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

PERAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN KOMPOSTER SEDERHANA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

1. Pendahuluan ABSTRAK:

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

Soal Ujian Tengah Semester Kelas VIII

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

LAPORAN KEGIATAN PPM

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR

Kerajinan dari Limbah Organik

Tentang Lingkungan Hidup. Wan Muhamad Idris Baros Management

PELATIHAN PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN REUSABLE BAGUNTUK MELATIH SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH DALAM MELAKUKAN DIET PLASTIK

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENGEFEKTIFKAN PEMISAHAN JENIS SAMPAH SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI KOTA MAGELANG 1

MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH KATA PENGANTAR

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN LAMONGAN

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum bisa ditangani dengan tuntas, terutama dikota-kota besar. Rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan dan keindahan lingkungan haruslah diperhatikan oleh

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

Transkripsi:

PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH ANORGANIK MENJADI ANEKA KREASI DAUR ULANG DI LINGKUNGAN RW 06 KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KOTA PEKANBARU Muthia Anggraini ABSTRAK: Produksi sampah semakin hari semakin meningkat. Untuk meminimalisir keberadaan sampah diperlukan proses daur ulang, terutama sampah anorganik. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara pengelolaan sampah anorganik menjadi suatu kreasi yang dapat di daur ulang, dan untuk mengajak masyarakat dalam mengelolah sampah menjadi kreasi yang dapat di daur ulang. Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah ibu-ibu rumah tangga. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa kegiatan ceramah dan demonstrasi. Kegiatan ceramah berupa penjelasan tentang sampah, jenis sampah, pengelolalaan sampah, dan 3R (reduce, reuse, recycle). Untuk kegiatan demonstrasi yaitu pengelolaan sampah anorganik menjadi kreasi daur ulang. Pelaksanaan dari kegiatan ini berjalan baik, antusias peserta yang bersemangat mengikuti pelatihan ini. Dalam mengerjakan kegiatan latihan peserta bersemangat mengikutinya. Kegiatan pengabdian secara keseluruhan dapat dikatakan baik dan berhasil, dilihat dari keberhasilan target jumlah peserta pelatihan (100%), 100% peserta hadir dalam kegiatan ini memahami materi yang disampaikan, dan setuju dengan daur ulang sampah anorganik. Sebelum pelatihan lebih 80% peserta kurang paham tentang daur ulang, dan tidak bisa membuat daur ulang sampah anorganik. Kegiatan pengabdian dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang serta memberdayakan mereka dalam pengelolaan sampah anorganik (botol plastik bekas) menjadi aneka kreasi daur ulang (bunga, bros, dan aksesoris lainnya). Kata kunci: Sampah, Pengelolaan Sampah, Anorganik, Daur Ulang, Botol Pastik Bekas Pendahuluan Tiap tahun limbah sampah Pekanbaru meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Sampah itu kini hanya diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir sebagai lokasi akhir, tanpa dilakukan perlakuan. Selama ini hampir 90 persen daerah menerapkan cara konvesional dalam pengelolaan sampah di daerahnya. Sebanyak 69 persen pengelolaan dengan cara mengangkut dan menimbunnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) termasuk di Pekanbaru, 10 persen mengubur sampah dengan cara pengomposan, 7 persen didaur ulang, 5 persen sistem pengelolaan dengan cara membakar, dan 7 persen tidak dikelola (www.antarnews.com). Sampah merupakan salah satu yang menyebabkan permasalahan lingkungan yang memerlukan perhatian serius untuk menanganinya. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya (http://billyshare99.blogspot.co.id).

Sampah yang dihasilkan terdapat dalam berbagai jenis dan sifatnya. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi sampah yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lainlain, sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain, sampah yang berupa debu/abu, dan sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya (Marliani Novi, 2014). Secara umum jenis dari sampah itu dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu sampah organik adalah sampah yang dapat diurai (degradable), dan sampah anorganik adalah sampah yang tidak terurai (undegradable). Keberadaan sampah itu dapat bersumber dari rumah tangga, kegiatan pertanian, kegiatan pertambangan, kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung, daerah perdagangan, maupun pada lembaga pendidikan (Suparmini dkk, 2014). Sumber sampah terbanyak adalah yang berasal dari pemukiman, komposisinya berupa 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya adalah sampah anorganik. Sampah organik telah banyak dijadikan sebagai bahan kompos dan biogas. Untuk sampah anorganik masih minim pengolahannya. Sampah anorganik sangat sulit untuk didegradasi oleh alam, sampah anorganik yang banyak dijumpai adalah jenis plastik khususnya botol plastik (Putra dkk, 2010). Upaya sederhana yang dapat dilakukan untuk meminimalkan sampah rumah tangga adalah melakukan pemilahan antara sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik dapat dijadikan kompos, sedangkan sampah anorganik dapat dijadikan aneka kreasi daur ulang ( K Angeliana Devi, 2016). Banyak jenis minuman yang dikemas dalam bentuk botol plastik, yang akhirnya botol plastik tersebut dibuang sabagai sampah. Plastik bukanlah material yang sempurna, plastik juga memiliki kelemahan yang cukup fatal dilihat dari sisi lingkungan yaitu hampir separuh jenis plastik yang dihasilkan oleh industri tidak dapat terurai dengan mudahnya di alam. Dan ada beberapa jenis plastik yang tidak bisa di lebur atau dihancurkan. Sehingga plastik yang tidak dapat dilebur tersebut akan dibuang dan menumpuk menjadi gunungan sampah yang akan terus bertambah seiring bertambahnya pemakaian. Lambat laun sampah plastik yang tidak dapat di lebur atau dihancurkan tersebut akan menjadi limbah yang apabila dibiarkan akan menjadi polusi bagi lingkungan (Sofiana, 2010). Pengetahuan dan penerapan konsep 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) secara sederhana dilakukan oleh 35% rumah tangga, misalnya menggunakan produk isi ulang, menggunakan kembali botol plastik menjadi vas bunga, bunga, dan tempat pensil (Nursruwening dkk,2015). Melestarikan sumber daya yang bernilai dan mengurangi jumlah sampah yang ditumpuk di tempat pembuangan akhir merupakan sesuatu yang esensial. Salah satu strategi dalam mengurangi sampah adalah dengan melakukan daur ulang di rumah (Dirgantara, 2013). Dari diskusi dengan salah satu warga di RW 06 kelurahan Sidomulyo Barat, sampah merupakan permasalahan penting yang ada di lingkungan mitra. Dalam hal ini mitra belum paham bagaimana cara pengelolaan sampah sehingga sampah yang ada di lingkungan mitra dapat diminimalisir. Upaya meminimalkan sampah dapat dilakukan dengan 3R, meliputi reduce (mengurangi), reuse (pakai ulang), dan recycle (daur ulang). Upaya tersebut dilandasi pemikiran bahwa setiap orang berhak atas lingkungan yang

layak dan nyaman, sehingga setiap orang wajib menjaga kenyamanan lingkungan, tanpa kecuali. Pengelolaan sampah dengan daur ulang menghasilkan berbagai kerajinan tangan yang dapat dipergunakan dan bahkan dapat diperjual belikan dalam berbagai event. Kreativitas ibu-ibu sangat diperlukan untuk menghasilkan kreasi daur ulang yang unik dan menarik. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang di lingkungan kelurahan Sidomulyo Barat RW 06 Kelurahan Sidomluyo Barat. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara pengelolaan sampah anorganik menjadi suatu kreasi yang dapat di daur ulang, dan untuk mengajak masyarakat dalam mengelolah sampah menjadi kreasi yang dapat di daur ulang. Dengan adanya pelatihan ini sampah rumah tangga dapat diminimalisir dengan didaur ulang menjadi aneka kreasi unik dan menarik, yang dapat memiliki manfaat tertentu dan bernilai ekonomi sehingga dapat menambah penghasilan keluarga. Metode Materi yang akan disajikan dalam pelatihan ini, diharapkan dapat memberi pengetahun kepada masyarakat dalam hal ini adalah ibu-ibu rumah tangga tentang sampah, jenis sampah, pengelolalaan sampah, dan 3R (reduce, reuse, recycle). 1. Pengertian Sampah Sampah menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah adalah suatu benda yang telah dipergunakan oleh manusia dan tidak digunakan lagi oleh manusia (Rizal, 2011). 2. Jenis Sampah Jenis sampah dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu (Suparmini dkk, 2014) : a. Sampah organik/basah Sampah organik/basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup. Sampah organik/basah, antara lain: daun-daunan, sampah dapur, sampah restoran, sisa sayur, sisa buah, dan lain-lain. Sampah ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. b. Sampah anorganik/kering Sampah anorganik/kering adalah sampah yang tidak dapat terdegradasi secara alami. Sampah anorganik/kering, antara lain: logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dan lain-lain. c. Sampah berbahaya Sampah jenis ini berbahaya bagi manusia. Sampah berbahaya, antara lain: baterai, jarum suntik bekas, limbah racun kimia, limbah nuklir, dan lain-lain. Sampah berbahaya memerlukan penanganan khusus. Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008, mengklasifikasikan jenis sampah yang dikelola menjadi 3 (tiga), yaitu: a. Sampah rumah tangga

Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. b. Sampah sejenis sampah rumah tangga Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. c. Sampah spesifik Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Sampah spesifik, meliputi: 1) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, 2) Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun, 3) Sampah yang timbul akibat bencana, 4) Puing bongkaran bangunan, 5) Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, 6) Sampah yang timbul secara tidak periodik. 3. Sumber Sampah Sumber sampah menurut Gilbert, dkk. (1996) dalam Ni Komang Ayu Artiningsih (2008), yaitu: a. Permukiman penduduk Pada permukiman penduduk, sampah dihasilkan oleh beberapa keluarga yang tinggal di suatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cenderung sampah organik, seperti sisa makanan atau jenis sampah lainnya yang dapat bersifat basah, kering, abu plastik, dan lainnya. Sampah dari permukiman penduduk disebut juga sampah rumah tangga. b. Tempat umum dan perdagangan Tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat tersebut mempunyai potensi cukup besar dalam memproduksi sampah, termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, kaleng, dan jenis sampah lainnya. c. Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah, misalnya tempat hiburan umum, pantai, masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang menghasilkan sampah kering dan sampah basah. d. Industri Dalam pengertian ini termasuk pabrik-pabrik atau perusahaan dalam melakukan kegiatan industri yang menghasilkan sampah, baik yang termasuk distribusi ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari industri biasanya berupa sampah basah, sampah kering, abu, dan sisa bahan bangunan e. Pertanian Sampah dihasilkan dari daerah pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

4. Pengelolaan Sampah dan 3R Pengelolaan sampah, meliputi tahapan: a. Penimbunan sampah b. Penanganan di tempat c. Pengumpulan d. Pengangkutan e. Pengolahan f. Pembuangan akhir. Beberapa teknik yang digunakan dalam pengelolaan sampah menurut Damanhuri, E., dkk. (2004), antara lain: a. Sampah diolah menjadi kompos Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan menimbun sampah tersebut di tanah dalam jangka waktu tertentu hingga membusuk. b. Sampah digunakan sebagai makanan ternak Sampah berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum sepenuhnya rusak dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikembangbiakkan. Umumnya sampah dari sayur dan buah dijumpai di pasar-pasar tradisional dan berserakan di mana-mana. c. Metode landfill Metode ini paling mudah karena hanya membuang dan menumpuk sampah di tanah yang rendah pada area terbuka. Metode ini mengganggu estetika lingkungan. d. Metode sanitary landfill Metode ini mirip metode landfill, namun sampah yang ada ditutup dan diuruk dengan tanah. Metode ini biasanya menggunakan alat-alat berat berharga mahal seperti backhoe/eskavator dan buldozer. e. Metode pulverisation Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut lepas setelah dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil. f. Metode incineration/incinerator Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara sederhana maupun modern secara masal. Teknologi memungkinkan hasil energi pembakaran diubah menjadi energi listrik. Reduce (mengurangi), Reuse (pakai ulang), Recycle (daur ulang) (3R) adalah prinsip utama mengelola sampah mulai dari sumbernya, melalui berbagai langkah yang mampu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. Menurut Ni Komang Ayu Artiningsih (2008), tindakan yang dapat dilakukan pada setiap sumber sampah melalui 3R adalah: a. Reduce (mengurangi), melalui tindakan: 1. Menghindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar. 2. Menggunakan produk yang dapat diisi ulang, misalnya penggunaan cairan pencuci dengan wadah isi ulang. 3. Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai, misalnya penggunaan tisu yang diganti dengan sapu tangan atau serbet. b. Reuse (pakai ulang), melalui tindakan:

1. Menggunakan kembali wadah untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya, misalnya penggunaan kaleng dan botol bekas. 2. Menggunakan wadah yang dapat digunakan berulang-ulang, misalnya saat belanja membiasakan membawa tas belanja sendiri sehingga tidak memerlukan tas plastik lagi. c. Recycle (daur ulang), melalui tindakan: 1. Memilih produk yang dapat didaur ulang dan mudah terurai. 2. Menggunakan sampah organik untuk dijadikan kompos dengan berbagai cara yang ada. 3. Menggunakan sampah anorganik untuk dijadikan aneka kreasi barang yang bermanfaat. 5.Pengelolaan Sampah Anorganik menjadi Aneka Kreasi Daur Ulang Dalam sistem atau model pengelolaan sampah berbasis masyarakat ditunjukkan bahwa sampah rumah tangga berupa sampah organik dapat dijadikan kompos, sedangkan sampah anorganik dapat didaur ulang, digunakan kembali, dan dimusnahkan (ESP-USAID dalam Suparmini dkk, 2014). Daur ulang adalah suatu proses pemanfaatan barang bekas atau sampah untuk menghasilkan produk yang dapat digunakan kembali. Manfaat dari daur ulang adalah: (a) Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (b) Mengurangi dampak lingkungan yang terjadi akibat menumpuknya sampah di lingkungan (c) Dapat menambah penghasilan melalui penjualan produk daur ulang yang dihasilkan (d) Mengurangi penggunaan bahan alam untuk kebutuhan industri plastik, kertas, logam, dan lain-lain. Kegiatan daur ulang sampah anorganik dapat dilakukan di tingkat rumah tangga ataupun komunal (RT, RW, desa). Di tingkat rumah tangga, sampah anorganik dapat dikelola dengan menyediakan ruangan di suatu pojok rumah yang tidak mengganggu kegiatan lainnya, namun diketahui dan mudah dicapai oleh semua anggota keluarga. Sampah plastik seperti botol plastik dapat dikreasikan menjadi berbagai macam karya, diantaranya dibuat vas bunga, bunga, tempat pensil, tudung saji dan lain-lain. Untuk menjadikan hasil daur ulang yang unik dan menarik diperlukan kreatifitas yang tinggi sehingga menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai jual. Metoda yang akan dilakukan untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah : 1. Ceramah Metode ceramah dilakukan untuk menyampaikan konsep tentang sampah, jenis sampah, sumber sampah, pengelolaan sampah dan 3R (reduce, reuse, recycle), serta pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang. Selama pelaksanaan peaparan materi, peserta dapat memberikan pertanyaan secara lamgsung tanpa menunggu sesi tanya jawab. Materi ceramah dipaparkan melalui pemanfaatan laptop dan LCD dalam bentuk powerpoint dan dilengkapi dengan gambar-gambar, termasuk juga didalamnya penayangan video pengolahan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang. Metode ini dapat membantu peserta pelatihan supaya lebih mudah memahami pengelolaan sampah anorganik, mengingat materi pelatihan dimana waktu pelatihan yang terbatas.

2. Demonstrasi (praktek) Metode ini dipilih untuk melakukan praktek dari materi daur ulang yang disampaikan pada metode ceramah, sehingga dapat memberikan kemudahan bagi peserta pelatihan. Pelaksanaan praktek daur ulang sampah anorganik ini dipandu secara langsung. Sehingga peserta dapat dengan mudah melaksanakn praktek daur ulang ini secara sempurna. Prosedur atau langkah-langkah kegiatan pelatihan ini adalah : 1. Metode ceramah dengan memaparkan materi tentang sampah, jenis sampah, sumber sampah, pengelolaan sampah dan 3R (reduce, reuse, recycle), serta pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang dengan menggunakan laptop dan infokus. 2. Melakukan metode tanya jawab dengan menyebarkan kuisoner sebelum dan sesudah pelatihan, sehingga dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta terhadap apa yang telah disampaikan. 3. Metode diskusi akan dilakukan antara pelaksana dan peserta dengan melakukan dialog yang membahas masalah pembuatan kreasi daur ulang sampah anorganik. 4. Metode praktek dilakukan yaitu praktek pembuatan kreasi daur ulang sampah anorganik. 5. Pendampingan dan evaluasi dilakukan selama mitra mengikuti pelatihan. Hasil dan Pembahasan Hasil yang telah dicapai setelah melaksanakan pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi kreasi daur ulang ini adalah diambil dari penyebaran kuisoner kepada peserta sebelum dan sesudah pelatihan. Dapat diketahui antusias peserta dalam mengikuti pelatihan, pemahaman peserta terhadap materi yang diberikan, serta sikap peserta tentang pengolahan sampah dengan daur ulang. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan diperoleh hasil : 1. Data diri responden Berdasarkan tingkat umur responden diperoleh 36% responden memiliki usia 50 tahun keatas. Selebihnya sebesar 64% responden memilii usia diantara 15-49 tahun. Dari hasil tersebut terlihat antusias peserta yang hadir adalah usia produktif. Yang memiliki banyak ide kreatif untuk berimajinasi dalam mendaur ulang sampah anorganik (botol plastik bekas) menjadi aneka kreasi barang yang bermanfaat. Usia lanjut masih tetap semangat untuk mengikuti pelatihan ini, sehingga pengetahuan tentang daur ulang tidak hanya ingin diketahui oleh peserta yang usia produktif saja, tetapi juga peserta yang usia lanjut.

Gambar 1. Persentase tingkatan umur peserta Berdasarkan tingkatan pendidikan responden yang hadir dapat diketahui bahwa sebesar 79% responden memiliki pendidikan terakhir tingakt SLTP/Sederajat atau SLTA/sederajat. Selebihnya sebesar 21% memiliki tingkat pendidikan Akademi atau perguruan tinggi. Pemahaman materi yang diberikan dapat terserap dengan baik oleh peserta. Gambar 2. Status pekerjaan Berdasarkan Status pekerjaan seluruh peserta adalah ibu ibu rumah tangga. Sehingga tercapai target dari pelatihan ini yang diperuntukkan untuk ibu ibu rumah

tangga Dengan adanya pelatihan ini termotivasi untuk menghasilkan kreasi daur ulang. Gambar 3. Status pekerjaan Keberhasilan target jumlah peserta pelatihan sangat baik. Target jumlah peserta pelatihan sebanyak 14 orang dan dalam pelaksanaan pengabdian yang hadir sebanyak 14 orang (100%). Hal ini didukung peran Ibu Ketua RW, terutama ibu RW mulai dari persiapan, penyebaran undangan, dan penyediaan tempat. 2. Pemahaman responden terhadap materi yang disampaikan Hasil kusioner sebelum dilaksanakan pelatihan adalah lebih dari 50% peserta belum mengetahui tentang pengolahan sampah terutama daur ulang sampah. Untuk pembuatan daur ulang sampah anorganik, rata-rata peserta belum pernah melakukannya. Gambar 4. Hasil pemahaman materi sebelum pelatihan

Untuk kuisoner yang dibagikan sesudah pelatihan 100% peserta memahami materi yang diberikan, dan sudah bisa membuat daur ulang sampah anorganik. Disini terlihat keseriusan peserta dalam mengikuti pelatihan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar ini. Gambar 5. Hasil pemahanan responden terhadap materi setelah peatihan dilaksanakan Ketercapaian target materi yang telah direncanakan dapat dikatakan baik. Semua materi pelatihan dapat disampaikan secara keseluruhan meskipun tidak secara detil karena keterbatasan waktu. Materi pelatihan yang telah disampaikan adalah kajian sampah, jenis sampah, dan sumber sampah, pengelolaan sampah dan 3R (reduce, reuse, recycle), serta pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang. 3. Sikap responden Terhadap Materi yang Disampaikan Kuisioner sikap dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan respoden tentang cara pengolahan sampah dengan daur ulang. Untuk kuisoner sebelum pelatihan diperoleh lebih dari 80% peserta setuju pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, prinsip 3R mampu mengurangi jumlah sampah yang ada, mengatasi sampah anorganik dengan daur ulang. Selebihnya peserta kurang setuju dan tidak setuju. Peserta yang kurang setuju dan tidak setuju karena belum paham tentang prinsip 3R ataupun daur ulang.

Gambar 6. Sikap dan pemahaman responden terhadap materi sebelum pelatihan dilaksankan Untuk kuisoner sesudah pelatihan 100% peserta setuju dengan materi yang diberikan, dan paham serta bisa membuat daur ulang yang telah dipraktekkan. Disini diberikan 5 (lima) pertanyaan yang diberikan kepada peserta sesuai dengan materi yang telah disampaikan. Gambar 7. Sikap dan pemahaman responden terhadap materi sesudah pelatihan dilaksankan Kegiatan pengabdian ini berhasil memberdayakan ibu ibu di lingkungan RW 06 Kelurahan Sidomulyo Barat Kota Pekanbaru. Dengan mengolah/mendaur ulang sampah anorganik (botol plastik bekas) menjadi aneka kreasi seperti tempat pensil, celengan, vas bunga, dan bunga.

Untuk pemahaman peserta tentang cara daur ulang sebelum pelatihan, lebih dari 50 persen peserta kurang paham tentang cara daur ulang, sisanya ada yang paham dam tidak paham. Gambar 8. Pemahaman responden tentang cara daur ulang sebelum pelatihan Untuk pemahaman peserta tentang cara daur ulang sesudah pelatihan, seluruh peserta paham tentang cara daur ulang. Materi yang disampaikan dapat diserap sepenuhnya oleh peserta. Setelah dilakukan pelatihan ini seluruh peserta paham tentang cara daur ulang. Gambar 9. Pemahaman responden tentang cara daur ulang setelah pelatihan Untuk pembuatan kreasi daur ulang sampah anorganik (botol plastik bekas), hasil penyebaran kuisoner sebelum pelatihan lebih dari 80% peserta tidak bisa membuat kreasi daur ulang. Sehingga dengan adanya pelatihan ini dapat membantu peserta bagaimana cara membuat kreasi daur ulang sampah anorganik (botol plastik bekas).

Gambar 9. Pemahaman responden tentang cara daur ulang sebelum pelatihan Secara keseluruhan kegiatan pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang dinilai berhasil. Keberhasilan ini selain diukur dari ketiga komponen di atas, juga dapat dilihat dari antusias peserta setelah mengikuti kegiatan pelatihan. Manfaat yang dapat diperoleh para peserta pelatihan adalah memahami pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang sehingga dapat turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil dalam pembahasan adalah : 1. Peserta secara keseluruhan berpastisipasi secara aktif dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan mulai dari penyajian materi, diskusi, pengisian kuisioner, dan praktek. 100% peserta hadir dalam kegiatan ini, memahami materi yang disampaikan, dan setuju dengan daur ulang sampah anorganik. 2. Pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang di lokasi pengabdian meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang serta memberdayakan mereka dalam pengelolaan sampah anorganik (botol plastik bekas) menjadi aneka kreasi daur ulang seperti tempat pensil, celengan, vas bunga, bunga, dan tudung saji.

Daftar Pustaka Angeinal,D. 2016. Meningkatkan Pemahaman Masyarakat Melalui Sosialisasi Persampahan dan Rumah Sehat di Permukiman Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Neglasari Tangerang. Abdimas.2.(2). Artiningsih,A.K.M. 2008.Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus di Simpangan dan Jomblang Kota Semarang. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang Damanhuri,E, Padmi.T. 2010. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. Edisi Semester I 2010/2011. Bandung: ITB. Dirgantar,B.M.I. 2013. Pengetahuan Mendaur Ulang Sampah Rumah Tangga dan Niat Mendaur Ulang Sampah. Studi Manajemn dan Organisasi.10.(1):2. http://billyshare99.blogspot.co.id. Diakses tanggal 01 September 2016. Marliani,M. 2014. Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga (Sampah Anorganik) Sebagai Bentuk Implementasi Dari Pendidikan Lingkungan Hidup. Formatif.4.(2):124 132. Putra,P.A. dan. Yuriandala,Y. 2010. Studi Pemanfataan Sampah Plastik Menjadi Produk dan Jasa Kreatif. Sains dan Teknologi.2.(1):21 31. Rizal,M. 2011.Analisis Pengelolaan Persampahan Perkotaan (Studi Kasus Pada Kelurahan Boya Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala). Smartek.9.(2):155 172. Suparmini, Setyawan.S, Sumunar.D.R.S, Khotimah.N. 2014. Pelatihan Pengelolaan Sampah Anorganik Menjadi Aneka Kreasi Daur Ulang Bagi Ibu Rumah Tangga dan Remaja Putri di Desa Trimulyo Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Laporan Pengabdian. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Sofiana,Y. 2010. Pemanfaatan Limbah Plastik Sebagai Alternatif Bahan Pelapis (Upholstery) Pada Produk Interior. INASEA.11.(2):96 111. Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. www.antarnews.com. Diakses tanggal 01 September 2016.