1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Di masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. Lansia merupakan kelompok penduduk yang rentan masalah baik ekonomi, sosial, budaya, kesehatan dan psikologi (Partini,2004). WHO menggolongkan lanjut usia menjadi 4 golongan yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2000). Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di
2 Indonesia jumlah penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia 50 tahun ke atas, dan ±6,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822.831 (13,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara olah Negara (Nugroho, 2000). Menurut Hardywinoto dan Setiabudhi (2005) jumlah penduduk lanjut usia wanita pada umumnya lebih banyak dibanding pria. Hal ini dapat dilihat dari persentase pria dan wanita serta rasio jenis kelamin dari penduduk lanjut usia pria dan wanita. Menurut data Pusat statistik, jumlah lansia pada tahun 2010 meningkat secara signifikan sebesar 11,4 % atau sebanyak 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Tahun 2025 diperkirakan lansia wanita memiliki persentase sebanyak 13,8% dan pria 11,6%. Dan pada tahun 2050 nanti akan menjadi 23,1% untuk lansia wanita, sedangkan lansia pria menjadi 20,0%. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut berisiko mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem di tubuh kita cenderung mengalami kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena sel tidak dapat diganti (Azizah, 2011). Berdasarkan pernyataan teori seluler tersebut dengan terjadinya proses penuaan pada lansia maka akan banyak perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia, dan jika lansia tersebut tidak dapat beradaptasi dengan baik dalam mengatasi perubahanperubahan yang dialaminya maka dapat timbul berbagai masalah. Salah satu masalah fisik yang banyak dialami oleh lansia adalah masalah pada sistem kardiovaskular,
3 seperti aterosklerosis, hipertensi, gagal jantung kongestif, penyakit jantung koroner, dan sebagainya. Menurut Hans Peter Wolff (2007), penyakit di kehidupan modern yang penyebarannya paling luas adalah tekanan darah tinggi. Sekitar 20% dari semua orang dewasa menderita tekanan darah tinggi dan menurut statistik angka ini terus meningkat. Sekitar 40% dari semua kematian di bawah usia 65 tahun adalah akibat tekanan darah tinggi. Dan sekitar 40% dari semua orang yang pensiun dini adalah akibat penyakit-penyakit kardiovaskular, di mana tekanan darah tinggi sering menjadi penyebabnya. Darmojo et al (2004), dalam Azizah (2011) menyatakan bahwa menurut WHO-community study of the elderly, Central Java 1990 sebanyak 15,2% lansia menderita hipertensi dan CVD. Jumlah tersebut menjadi urutan penyakit tertinggi kedua setelah artritis/reumatisme. Dalam penelitian lain yang diadakan oleh Household Survey on Health, Dept. of Health menunjukkan bahwa penyakit tertinggi pertama yang banyak diderita oleh lansia yang berusia lebih dari 55 tahun adalah penyakit kardiovaskular sebanyak 15,7% per 100 pasien. Selain itu berdasarkan distribusi responden menurut jenis penyakit berdasar pemberitahuan dokter/petugas kesehatan menurut jenis kelamin pada tahun 1998, penyakit darah tinggi (hipertensi) memiliki persentase 33,1%, dengan penderita wanita sebanyak 33,7% dan penderita pria sebanyak 31,7%. Jumlah ini menempati kembali urutan kedua setelah penyakit reumatik. (Azizah, 2011). Hipertensi yang dialami oleh lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan dapat pula menimbulkan berbagai masalah. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan hipertensi antara lain makanan, keturunan, gaya hidup, pekerjaan, dan stress. Hal ini
4 didukung pula dengan adanya faktor-faktor psikologis seperti tipe kepribadian lansia, faktor pendidikan, serta faktor dukungan keluarga. Makanan makanan yang kurang sehat dengan kadar kolesterol dan lemak yang tinggi dapat berpengaruh buruk pada pembuluh darah, sehingga dapat timbul hipertensi. Faktor keturunan keluarga menjadi faktor yang tidak dapat diubah dalam terjadinya hipertensi, gaya hidup tidak sehat seperti merokok, kurang olah raga juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Stres dan pekerjaan yang menimbulkan terjadinya stress dapat meningkatkan tekanan darah seseorang dan jika hal ini terjadi secara terus menerus akan berakibat timbulnya hipertensi yang kronis. Sedangkan dampak yang dapat timbul akibat hipertensi yang diderita lansia antara lain semakin bertambahnya derajat hipertensi sehingga dapat mengakibatkan terjadinya stroke yang berpotensi menyebabkan kecacatan pada lansia. Kecacatan pada lansia ini berakibat meningkatnya ketergantungan lansia dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Kehidupan sehari-sehari di rumah menjadi perhatian karena mempengaruhi psikologis lansia yang akan menyebabkan terjadinya hipertensi. Seperti pada lansia wanita di Dusun Kembangan Desa Mojojajar Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto mempunyai karakter dan tingkah laku yang berbeda-beda. Ada sebagian lansia yang hanya menyendiri di kamar, dan ada sebagian lansia yang memilih untuk berkumpul dengan orang orang di sekitarnya. Hal ini di buktikan ketika di lakukan studi pendahuluan terhadap 10 orang lansia wanita di Dusun Kembangan Desa Mojojajar Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto 4 dari 10 orang lansia cenderung lebih pendiam dan 6 dari 10 orang lansia cenderung lebih terbuka lebih bersosialisasi dengan lingkungan. Pola tingkah laku tersebut termasuk ciri tipe kepribadian tertutup (introvert) dan terbuka (ekstrovert).
5 Curl Gustav Jung, ahli psikologi, mengemukakan dua ciri kepribadian utama yang dikenal istilah tipe kepribadian tertutup (introvert) dan tipe kepribadian terbuka (ekstrovert). Tipe tersebut berpengaruh terhadap pola interaksinya. Tipe kepribadian tertutup lebih mengutamakan pikiran, perasaan, cita - citanya sendiri yang menjadi sumber dan minatnya. Lebih suka merenung dan merencanakan sehingga sering tampak menyendiri, tingkah lakunya lamban dan ragu-ragu (Sabri,2001). Tipe kepribadian ini tidak suka dengan pola kehidupan yang melibatkan orang banyak sehingga tidak bisa memuaskan perasaannya jika mereka sangat akrab dengan orang lain. Sebaliknya, tipe kepribadian terbuka lebih berorientasi ke dunia luar. Mempunyai prinsip yang praktis, cepat bertindak dan cepat mengambil keputusan. Tipe kepribadian ini lebih suka turut serta aktif di tengah orang-orang sehingga mudah menyesuaikan diri dan biasanya disenangi lingkungannya (Iskandar,2004). Kepribadian oleh Eysenck di bedakan menjadi 2 tipe kepribadian, yaitu tipe kepribadian terbuka (ekstrovert) dan tipe kepribadian tertutup (introvert). 2 tipe kepribadian tersebut untuk menyatakan adanya perbedaan dalam reaksi - reaksi terhadap lingkungan sosial dan tingkah laku sosial. Tipe kepribadian terbuka adalah individu yang senang bersosialisasi, sangat suka dengan pesta, memiliki banyak teman, membutuhkan kegembiraan, berperilaku tanpa di pikirkan terlebih dahulu dan kurang menuruti kata hati. Sedangkan orang orang tipe kepribadian tertutup lebih cenderung pendiam, introspeksi, bersikap hati hati, termenung, keputusan yang berdasarkan kata hati. Tipe kepribadian tertutup (introvert) adalah suatu orientasi ke dalam diri sendiri. Orang yang mempunyai kepribadian tertutup lebih cenderung menarik diri dari kontak sosial. Menurut Jung dalam Naisaban, perilaku kepribadian tertutup lebih pendiam, menjauhkan diri dari kejadian kejadian luar, tidak mau
6 terlibat dengan dunia luar, tidak senang berada di tengah kerumunan banyak orang (Naisaban, 2003). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan tipe kepribadian dengan tingkat hipertensi pada lansia di Dusun Kembangan Desa Mojojajar Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan tingkat hipertensi pada lansia di Dusun Kembangan Desa Mojojajar Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tipe kepribadian lansia di Dusun Kembangan Desa Mojojajar Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. b. Mengidentifikasi tingkat hipertensi pada lansia di Dusun Kembangan Desa Mojojajar Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto. c. Menganalisis hubungan tipe kepribadian dengan tingkat hipertensi pada lansia di Dusun Kembangan Desa Mojojajar Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto 1.4. Manfaat Peneitian 1.4.1. Bagi lansia Mengetahui hubungan tipe kepribadian dengan tingkat hipertensi.
7 1.4.2. Bagi petugas kesehatan Sebagai wacana dan menambah pengetahuan petugas kesehatan tentang tipe kepribadian dengan tingkat hipertensi pada lansia. 1.4.3. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan menjadi sumber data untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 1.5 Batasan istilah penegasan 1.5.1. Lansia Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan YME. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Di masa ini seorang akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial secara bertahap (Azizah, 2011). Menurut Surini dan Utomo (2003) dalam Azizah (2011), lanjut usia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan dijalani semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Sedangkan menurut Stanley and Beare (2007), mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan hilangnya gigi.
8 1.5.2. Tipe kepribadian terbuka (ekstrovert) dan tipe kepribadian tertutup (introvert) Profesor C.G Jung membedakan dua tipe kepribadian, bergantung pada sikapnya terhadap dunia luar dan dunia batiniah sendiri yaitu tipe kepribadian terbuka (ekstrovert), tipe kepribadian tertutup (introvert) (Sunaryo, 2004). Menurut Jung tipe kepribadian terbuka (ekstrovert) berarti minat yang terarah keluar (termasuk dunia manusia), sedang tipe kepribadian tertutup (introvert) menunjukkan bahwa minat dan nilai terutama dari dirinya ; pikiran perasaan, cita-citanya sendiri yang menjadi sumber dan minat-minat dan nilai-nilainya (Sunaryo, 2004). 1.5.3. Hipertensi Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan dan angka kematian (Dalimartha et al, 2008). Widjaja (2009) juga mendefinisikan hipertensi atau penyakit darah tinggi sebagai kondisi medis saat tekanan darah dalam arteri yang meningkat hingga melebihi batas normal. Tekanan darah yang di ukuran di tunjukkan dengan menggunakan angka, misalnya 120/80mmHg. Nilai 120 disebut dengan tekanan darah sistolik yaitu tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi. Sedangkan nilai 80 di sebut dengan tekanan darah diastolik yaitu tekanan darah pada saat relaksasi. 1.6 Keaslian penelitian 1. Pada penelitian, Yosefin Ratnaningtyas (2011) Hubungan Kepribadian Tipe D Dengan Kejadian Hipertensi di RSUD Prof. DR. Margono Soekardjo. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.
9 Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Perbedaan penelitian dari variabel independen yang digunakan, pada penelitian ini digunakan tipe kepribadian tertutup (Introvert) dan tipe kepribadian terbuka (Ekstrovert). Dan tempat penelitiannya dilakukan di Kabupaten Mojokerto. Sedangkan penelitian diatas menggunakan variabel independen tipe kepribadian tipe D dan penelitian dilakukan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas. 2. Pada penelitian, Yunita Kumala Indah (2014) Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Mengonsumsi Minyak Zaitun Extra Virgin Pada Penderita Hipertensi di Panti Werdha Pangesti Kecamatan Lawang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah Proportionate Stratified Random Sampling. Perbedaan penelitian dari variabel independen yang digunakan, pada penelitian ini digunakan tipe kepribadian. Dan tempat penelitiannya dilakukan di Kabupaten Mojokerto. Sedangkan penelitian diatas menggunakan variabel independen pemberian minyak zaitun extra virgin. Dan penelitian di lakukan di panti werdha pangesti, Kecamatan Lawang, Malang.