PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan tersebut yakni industri perbankan. untuk menjalankan industri perbankan agar tidak merusak tatanan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Bank menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali. No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Perbankan adalah segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. Karena laba merupakan suatu hal yang akan menjamin dari kelangsungan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dan perbedaan kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berkembang sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraaan masyarakat. Proses tersebut melibatkan banyak pihak dimana

BAB I PENDAHULUAN. negara. Bank sebagai salah satu lembaga keuangan adalah sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Peran Perbankan sebagai lembaga intermediasi cukup penting dalam

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. intermediaris atau perantara yang menghubungkan pihak pihak yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia. mencapai 304,492 milyar rupiah atau meningkat sebesar 13,02 persen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan kredit perbankan sebelum krisis ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015, perekonomian global secara umum melemah berdampak pada

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

kemaslahatan, Keseimbangan, dan Universalisme.

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. atau nasabah. Sebagai lembaga kepercayaan maka bank dalam operasinya selalu

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu penopang yang memperkuat sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis sebagai intermediary institution dan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sistem pengelolaan yang berbeda, walaupun dalam beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena yang terjadi adalah dimana keadaan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

Transkripsi:

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan sistem perbankan merupakan persyaratan penting untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006). Bank adalah bagian utama dari sektor keuangan dalam perekonomian apapun. Perbankan mempunyai peran yang sangat vital dalam pencapaian tujuan nasional yang berkaitan dalam peningkatan dan pemerataan taraf hidup masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Bank juga mempunyai peran sebagai pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan (Booklet Perbankan Indonesia 2009). Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana ini, bank sering pula disebut lembaga kepercayaan. Sejalan dengan karakteristik usahanya tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah. (Siamat, 2005). Secara lebih spesifik, fungsi bank adalah sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services. Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran

dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya akan aman dan dikelola dengan baik oleh bank. Sebagai agent of development, bank bertugas sebagai penghimpun dan penyalur dana untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. Fungsi yang terakhir adalah agent of services. Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa jasa yang ditawarkan ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum (Santoso, et al, 2000). Rendahnya kualitas perbankan antara lain tercermin dari lemahnya kondisi internal sektor perbankan, lemahnya manajemen bank, moral Sumber Daya Manusia (SDM), serta belum efektifnya pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Kuantitas bank yang banyak menciptakan persaingan yang semakin ketat dan kinerja bank yang menjadi rendah karena ketidakmampuan bersaing di pasar, sehingga banyak bank yang sebenarnya kurang sehat atau bahkan tidak sehat secara financial. Sehat tidaknya suatu perusahaan atau perbankan, dapat dilihat dari kinerja keuangan terutama kinerja profitabilitasnya dalam suatu perusahaan perbankan tersebut (Prastiyaningtyas, 2010). Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh

perkembangan di luar dunia bank, seperti sektor riil dalam perekonomian, politik, sosial, hukum, pertahanan dan keamanan. Dimulai pada tahun 1983 ketika berbagai macam deregulasi mulai dilakukan oleh pemerintah. Deregulasi dan penerapan kebijakan yang terkait dengan sektor moneter dan riil telah menyebabkan sektor perbankan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kinerja ekonomi makro di Indonesia. Bisnis perbankan ini berkembang pesat pada kurun waktu 1988-1996. Namun, pada pertengahan tahun 1997, industri perbankan mengalami kemunduran total akibat terjadinya krisis moneter dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 mengakibatkan seluruh potensi-potensi ekonomi mengalami kemunduran dan diambang kebangkrutan (Sari, 2010). Penilaian kinerja keuangan perbankan merupakan salah satu faktor yang penting bagi perbankan untuk melihat bagaimana bank tersebut dalam melakukan kinerjanya apakah sudah baik atau belum. Selain itu penilaian juga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar profitabilitas atau keuntungan bank dengan membandingkan hasil laba pada tahun tertentu dengan laba tahun-tahun sebelum dan sesudahnya atau membandingkan kinerja perbankan yang satu dengan perbankan yang lainnya. Pada umumnya penilaian kinerja keuangan suatu bank bisa dilihat dari laporan keuangannya yang berasal dari perhitungan rasio keuangannya (Nugroho, 2010). Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian terhadap kinerja bank dilakukan melalui analisis terhadap laporan keuangannya. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping informasi lain

seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen, dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2007). Laporan keuangan bank terdiri atas neraca dan laporan laba rugi yang dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pihak eksternal bank, seperti bank sentral, masyarakat umum, dan investor, yang berisi tentang gambaran posisi keuangannya. Melalui gambaran tersebut, pihak eksternal dapat menggunakannya untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, dan manajemen risiko (Adyani, 2011). Kinerja perbankan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah struktur perbankan itu sendiri dalam suatu wilayah. Penelitian tentang struktur pasar akan memberikan gambaran tentang tingkat persaingan yang ada. Dalam kondisi persaingan yang ketat, hanya bank-bank yang sehat yang akan mampu bertahan. Hanya perbankan yang berkinerja baik yang mampu untuk tumbuh menjadi bank yang (lebih) sehat (Subanidja, 2006). Kinerja keuangan dapat diukur dari profitabilitas industri. Rasio profitabilitas yang semakin tinggi dapat menarik pendatang baru untuk masuk ke dalam industri. Perbankan yang beroperasi di Indonesia berlomba-lomba untuk mencapai tingkat keuntungan yang maksimal (Info Bank, 2008). Besaran profitabilitas diukur dengan digunakannya rasio keuangan Return On Asset (ROA) karena rasio ROA lebih memperhatikan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan earning dalam operasi perusahaan secara keseluruhan. Selain itu, dalam menentukan tingkat kesehatan bank, penilaian ROA lebih dipentingkan daripada ROE oleh Bank Indonesia, karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan

asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat sehingga ROA lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan (Dendawijaya, 2001). Gambar 1.1 Perkembangan total asset perbankan di Indonesia, April 2014 Mei 2015, Sumber: Statistik Perbankan Indonesia OJK (2015) Ide pemilihan sektor perbankan sebagai subjek dalam penelitian ini terinspirasi dari fenomena yang terjadi di Dunia pada sektor perbankan. Dapat dilihat pada Gambar 1.1 diatas yang dikutip dari Macroeconomicdashboard (2015) menunjukkan Total aset perbankan pada Mei 2015 mencapai IDR 11.675 triliun atau tumbuh 14,52 persen y-o-y. Total aset Bank Umum pada Mei 2015 mencapai 5.873 IDR triliun dan tumbuh 17,25 persen y-o-y. Adapun Bank Persero membukukan total aset sebesar 2.045 IDR triliun, tumbuh 14,13 persen. Total aset Bank BUSN Devisa mencapai IDR 2.290 triliun, tumbuh 14,33 persen. Sedangkan, total aset Bank Pembangunan Daerah (BPD) tumbuh 21,62 persen

atau mencapai 537 IDR triliun. Bank Asing membukukan total aset sebesar IDR 479 triliun atau tumbuh 17,87 persen. Selanjutnya pada total aset Bank BUSN Non-Devisa tumbuh 11,55 persen atau mencapai IDR 184 triliun. Total aset Bank Campuran tumbuh 4,34 persen, atau hanya mencapai IDR 300 triliun. Secara total, aset perbankan Indonesia hanya mencapai IDR 11.675 triliun pada Mei 2015 atau hanya tumbuh 14,52 persen lebih rendah dari kuartal sebelumnya Maret 2015 yang mecapai 17,25 persen. Dari data tersebut penulis menyimpulkan bahwa sektor perbankan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan pada tahun 2014-2015. Sehingga menjadikan fenoma ini sebagai alasan penulis memilih sektor perbankan sebagai subjek dalam melakukan penelitian. Gambar 1.2 Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) per kelompok Bank April 2014 Maret 2015, Sumber: OJK dan CEIC (2015)

Fenomena selanjutnya yang menjadikan alasan penulis memilih Capital Adequancy Ratio (CAR) sebagai variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.2. Berdasarkan data dari Macroeconomicdashboard (2015) ketahanan permodalan perbankan mencatatkan penurunan namun masih berada pada batas aman yang ditentukan. Perkembangan rata-rata CAR bank umum mengalami kenaikan dari 19,45 persen April 2015 sampai Maret 2015 sebesar 20,98 namun pada akhir Maret 2015 mengalami sedikit penurunan sebesar 20,51 persen. Nilai CAR tersebut namun masih berada pada batas aman karena masih jaun ditas ketentuan minimum sebesar 8 persen. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa daya tahan perbankan masih cukup tinggi ketika dalam gejolak perekonomian yang tak kian menentu. Perkembangan CAR menurun pada Mei 2015 namun masih diatas rata-rata yang ditentukan. Berdasarkan analisa pada fenemona tersebut penulis berpendapat bahwa CAR adalah salahsatu faktor penting dalam menilai kinerja perusahaan pada sektor perbankan. Gambar 1.3 Kinerja Bank Umum Januari 2012 Mei 2015, Sumber: CEIC dan Bank Indonesia (2015)

Dalam menentukan Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebagai variabel dalam penelitian ini penulis melihat pada fenoma yang terjadi pada Gambar 1.3. Pada gambar 1.3 Macroeconomicdashboard (2015) menyatakan bahwa rentabilitas perbankan relatif baik dan stabil serta Risiko Kredit dan Likuiditas perlu dijaga. Profitabilitas dan Efisiensi pebankan dicerminkan dalam perkembangan Return on Asset (ROA) menunjukan tren penurunan dan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat. ROA pada Mei 2015 sebesar 2,58 persen menurun tipis pada kuartal sebelumnya Maret 2015 sebesar 2,69 persen. Sedangkan, perkembangan LDR pada Mei 2015 mengalami peningkatan menjadi 88,79 persen dibandingkan dengan Maret 2015 sebesar 87,58 persen. Penurunan terjadi karena pertumbuhan kredit yang lambat serta risiko kredit yang mulai meningkat. Perkembangan Net interest Income (NIM) bank umum mengalami peningkatan. Pada posisi Mei 2015, NIM bank umum tercatat 5,33 persen lebih tinggi dibandingkan sebelumnya Maret 2015 sebesar 5,29 persen. Kenaikan NIM didorong adanya penurunan BI Rate sebesar 7,50 persen yang sebelumnya

mencapai 7,75 persen. Penurunan BI Rate direspon bank dalam menurunakan suku bunga deposito perbank. Penurunan suku bunga ini diharapkan akan memperbaiki likuiditas perbankan. Perkembangan risiko kredit terlihat dari Rasio Non-Performing Loan (NPL) mengalami peningkatan. Pada Mei 2015, rasio NPL mencapai 2,58 persen naik dibandingkan dengan akhir Maret 2015 sebesar 2,48 persen. Penyebab kenaikan tersebut kondisi ekonomi yang cenderung melambat serta nilai tukar yang terus melemah. Selain itu sektor komoditas mempunyai andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi, sehingga ketika terjadi penurunan harga komoditas. Efisiensi perbankan dicerminkan dalam perkembangan Biaya Operasional terhadap Pendaptan Operasional (BOPO) mengalami peningkatan. Dalam efisiensi perbankan, rasio BOPO mengalami kenaikan menjadi 80,42 persen pada Mei 2015 dibandingkan dengan Maret 2014 sebesar 76,49 persen. Kenaikan BOPO ini dikarenakan biaya operasional yang terus membesar. Hal ini menunjukan tingkat efisiensi perbankan masih rendah sehingga banyak biaya operasional yang harus ditekan untuk meningkatlkan efisiensi kinerja perbankan. Angka tersebut terbilang cukup besar, sehingga Otoritas Jasa Keungan (OJK) berencana untuk menurunkan BOPO di level 60 persen. Berdasarkan analisa pada fenemona tersebut penulis berpendapat bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah faktor penting dalam menilai kinerja perusahaan pada sektor perbankan.

Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kinerja perbankan dengan menggunakan rasio keuangan untuk menilai profitabilitas perbankan antara lain: Hasil penelitian Capital Adequacy Ratio (CAR) yang diteliti oleh Mahardian (2008) dan Riski (2013) menunjukkan adanya pengaruh yang positif antara CAR terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan Prasnanugraha (2007), Wawan (2015), dan Yogi, Wayan (2013) menunjukkan adanya pengaruh yang negatif antara CAR terhadap ROA. Hasil penelitian Loan to Deposit Ratio (LDR) yang diteliti oleh Riski (2013), dan Yogi, Wayan (2013) menunjukkan adanya pengaruh yang positif antara LDR terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan Mabruroh (2004), dan Wawan (2015) menunjukkan adanya pengaruh yang negatif antara LDR terhadap ROA. Hasil penelitian Non Performing Loan (NPL) yang diteliti oleh Prasnanugraha (2007), Triono (2007), dan Wawan (2015) menunjukkan adanya pengaruh yang positif antara NPL terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan Mawardi (2005), Mabruroh (2004), Nugroho (2011), dan Riski (2013) menunjukkan adanya pengaruh yang negatif antara NPL terhadap ROA. Hasil penelitian Net Interest Margin (NIM) yang diteliti oleh Wawan (2015) menunjukkan adanya pengaruh yang positif antara NIM terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan Putro (2007) menunjukkan bahwa NIM tidak berpengaruh terhadap Profitabilitas. Hasil penelitian Giro Wajib Minimum (GWM) yang diteliti oleh Husnah (2006), dan Mabruroh (2004) menunjukkan adanya pengaruh yang positif antara

GWM terhadap ROA. Sedangkan penelitian yang dilakukan Triono (2007) menunjukkan adanya pengaruh yang negatif antara GWM terhadap ROA. Dengan hasil dari penelitian tersebut peneliti memutuskan untuk menambahkan GWM sebagai variabel dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas, peneliti memberi judul Pengaruh CAR, LDR, NPL, NIM, Dan GWM Terhadap Return On Assets (Studi pada perusahaan bank yang terdaftar di BEI periode 2011-2015).