ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

2014 MENINGKATKAN KEPERCAYAAN D IRI ANAK MELALUI KEGIATAN PANGGUNG BONEKA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PERMAINAN BAHASA PADA SISWA SD KOTA YOGYAKARTA. Siti Anafiah Ardian Arief

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB 2 LANDASAN TEORI

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

JURNAL PENELITIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 SD TERBITAN TIGA SERANGKAI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

Oleh: LITA AYU SOFIANA A

BAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas dan sebagainya. mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah. Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. individu memiliki penilaian moral yang berbeda-beda. Namun krisis moral

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI LAGU ANAK-ANAK. Heni Kusumawati FBS Universitas Negeri Yogyakarta

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan tentang bentuk-bentuk. kerjasama guru dan orang tua dapat disimpulkan, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi

PENDIDIKAN KARAKTER DAN KAITANNYA DENGAN KESANTUNAN BERBAHASA. Dyah Rohma Wati Akper 17 Karanganyar, Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

TIPE MANUSIA Berdasarkan Karakternya

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

PENERAPAN BAHASA KARAKTER PADA MAHASISWA PRODI PG-PAUD STKIP BINA BANGSA GETSEMPENA BANDA ACEH. Ayi Teiri Nurtiani 1 dan Elvinar 2.

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI

BAB V PENUTUP. MA Xaverius Kota bukittinggi. kesimpulan sebagai berikut: 1. Usaha Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Nilai Karakter yaitu

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

2015 PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang ada pada

Transkripsi:

STIMULUS KESANTUNAN BERBAHASA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK Octaria Putri Nurharyani Roch Widjatini Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Email: octariaputri97@gmail.com ABSTRAK Pendidikan karakter sangat penting ditanamkan sejak dini. Tidak hanya pendidikan agama dan budi pekerti yang harus diterapkan, tetapi pendidikan berbahasa juga harus diajarkan disertai dengan norma-norma yang mengaturnya terutama norma kesopanan atau kesantunan. Pemberian stimulus kesantunan berbahasa sedini mungkin, dapat meningkatkan pembentukan karakter serta kontrol sosial atau perilaku pada anak-anak. Penelitian ini bertujuan memaparkan peran kesantunan berbahasa dalam menunjang pembentukan karakter pada anak. Metode yang digunakan adalah observasi langsung dan terlibat langsung dalam peristiwa tutur. Penerapan kesantunan berbahasa harus dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, peran orang tua secara aktif sangat mempengaruhi penggunaan bahasa serta pembentukan karakter pada anak, selain faktor lingkungan dan masyarakat Kata Kunci: stimulus, kesantunan, karakter PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa, komunikasi tidak dapat berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini sangat perlu diperhatikan, karena tanpa adanya bahasa kita tidak dapat menyampaikan maksud atau tujuan kepada orang lain atau lawan bicara kita. Pemakaian bahasa tidak digunakan secara suka-suka, tetapi harus memeperhatikan faktor-faktor di dalamnya, yaitu faktor sosial dan faktor situasional. 1041 P a g e

Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa adalah status sosial, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan. Faktor situasional meliputi siapa yang berbicara dengan menggunakan bahasa apa, kepada siapa, kapan waktunya, di mana tempatnya, mengenai hal apa, ragam bahasa apa yang digunakan, tujuan pembicara (Nababan, 1986:7). Selain itu, pada hakikatnya peggunaan bahasa tergantung pada kemampuan pemakai bahasa itu sendiri, bagaimana pemakai bahasa mampu memilah dan memilih kata sesuai dengan porsinya yang kemudian disusun menjadi kalimat yang baik dan benar, serta santun. Oleh karena itu bahasa yang baik dan benar tidak hanya kosa kata yang digunakan sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, tetapi juga dipengaruhi oleh intuisi dan kemampuan pemakai bahasa untuk menggunakannya, serta sikap pemakai bahasa untuk memperhatikan norma-norma kesantunan. Berkaitan dengan hal tersebut, pendapat Yule (dalam Wahyuni, 1996: 104) menyatakan bahwa nilai kesopanan sebagai suatu konsep yang tegas dalam mengontrol tingkah laku sosial. Tingkah laku sosial dalam hal ini berkaitan dengan sikap pengguna dan penggunaanaan bahasa. Orang yang menggunakan bahasa secara baik dan santun akan memperlihatkan karakter atau sifat pengguna bahasa tersebut. Kesantunan merupakan salah satu aturan perilaku yang disepakati bersama dalam masyarakat tertentu. Kesantunan dapat berupa perilaku verbal dan nonverbal. Perilaku verbal itu sendiri dapat diartikan sebagai aturan perilaku yang menggunakan bahasa sebagai medianya, sedangkan kesantunan nonverbal adalah aturan perilaku yang tercermin dari gerak tubuh berupa tindak tanduk yang berhubungan dengan budi pekerti. Ketika berkomunikasi seyogyanya kita memperhatikan aturan atau normanorma budaya yang ada, tidak hanya mengemukakan ide atau gagasan tanpa memperhatikan etika serta tata aturan yang berlaku. Salah satu norma yang harus kita gunakan adalah norma kesantunan berbahasa. 1042 P a g e

Tanpa disadari penggunaan bahasa yang santun merupakan salah satu faktor pembentuk karakter atau sifat pada manusia, hal ini terlihat ketika bagaimana seseorang yang menggunakan bahasa yang baik dan santun berpengaruh terhadap pembentukan karakter atau sifat yang santun pula, berbeda dengan sesorang yang terbiasa menggunakan bahasa yang tidak sopan dan tidak sesuai dengan norma-norma kesantunan berbahasa, sifat atau karakter orang tersebut cenderung lebih tidak mampu mengontrol diri. Oleh karena itu perlu diperhatikan penggunaan kesantunan berbahasa demi kelancaran berkomunikasi. Penenlitian ini akan memaparkan pemberian stimulus melalui kesantunan berbahasa akan dapat menunjang terbentuknya karakter yang baik terutama pada masa kanak-kanak. Kesantunan berbahasa dapat ditanamkan sejak dini dalam berkomunikasi. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk mengajarkan segala hal, baik dalam berbahasa maupun berperilaku. Namun perlu disadari, bahwa anak-anak mencontoh perilaku berbahasa dan bersikap dari orang-orang terdekatnya terutama orang tua. Oleh karena itu, sebelum kita mengajarkan hal-hal tersebut, tentunya harus ada kesadaran dan peran aktif dari kita sebagai orang tua untuk berbahasa dan berperilaku dengan baik dan benar. Ketika anak-anak ditanamkan kesantunan dalam berbahasa sejak dini, maka kita sudah membentuk karakter anak-anak kita untuk terbiasa berperilaku sopan dan santun. Meskipun masih kanak-kanak diharapkan mampu untuk mengendalikan diri dalam bertutur kata maupun bertingkah laku dengan baik dan benar. Makalah ini akan membahas mengenai pengajaran kesantunan berbahasa pada anak sedini mungkin, akan mempengaruhi pembentukan karakter pada anak itu sendiri. TINJAUAN PUSTAKA Pendidikan Karakter 1043 P a g e

Alwisol (2009: 7) mengatakan bahwa karakter adalah penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Secara eksplisit dapat diartikan karakter seseorang dapat dilihat melalui tindakan atau perilaku yang dilakukan dan ditunjukkannya, sedangkan secara implisit dapat diartikan karakter seseorang dapat dilihat melalui pemakaian bahasa yang digunakan serta pembawaan diri pelaku bahasa itu sendiri. Karakter dapat diarahkan dan dibentuk melalui tuntunan atau pembimbingan. Hal ini dapat diaplikasikan melalui penanaman pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat diartikan usaha atau upaya yang dilakukan melaui penanaman nilainilai atau etika dasar. Menurut Zuriah (2011:38) etika dasar atau nilai-nilai ini dapat diperoleh melalui proses internalisasi dari apa yang diketahui, yang membutuhkan waktu sehingga terbentuklah pekerti yang baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pendidikan karakter sebagai upaya pembentukan sifat terhadap anak perlu diterapkan sedini mungkin. Salah satu hal yang dapat diterapkan pada pendidikan karakter adalah stimulus penggunaan bahasa disertai norma-norma kesantunan dalam berbahasa. Pendidikan karakter ini dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Usia dini merupakan masa kritis dan sesuai untuk menanamkan berbagai hal baik mengenai sikap, tingkah laku, maupun tutur kata. Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini, akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya. Megawangi (2006: 40) mengatakan, dalam pendidikan karakter terdapat sembilan pilar karakter yang dijadikan dasar, yaitu: 1) cinta Tuhan dan segenap ciptan-nya, 2) kemandirian dan tanggung jawab, 3) kejujuran atau amanah, bijaksana, 4) hormat dan santun, 5) dermawan, suka menolong, dan gotong royong, 6) percaya diri, kreatif, dan pekerja keras, 7) kepemimpinan dan keadilan, 8) baik dan rendah hati, 9) toleransi, kedamaian, dan kesatuan. 1044 P a g e

Pusat Kurikulum dan Perbukuan Pendidikan Nasional (www.p4tkbispar.net/.../43-pedoman-pelaksanaan-pendidikan-karakter.htm) telah mengidentifikasi 18 pendidikan karakter yang bersumber dari agama, budaya, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13) bersahabat atau komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, 18) tanggung jawab. Dasar-dasar pendidikan karakter di atas, apabila ditanamkan sejak dini dan distimulus secara perlahan dan bertahap kepada anak, serta diselaraskan dan disampaikan dengan menggunakan media bahasa yang baik, tentunya akan dapat mendukung terwujudnya sikap dan perilaku yang baik pula. Kesantunan Berbahasa Bahasa sebagai sebuah sistem, maka bahasa itu terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu. Salah satu aturan berbahasa yang seharusnya kita gunakan sebagai suatu kebiasaan adalah mengenai kesantunan berbahasa. Kesopanan atau kesantunan adalah suatu sistem hubungan antarmanusia yang diciptakan untuk mempermudah hubungan dengan meminimalkan potensi konflik dan perlawanan yang melekat dalam segala kegiatan manusia (Yule, 1996: 183). Percakapan atau peristiwa tutur dianggap sebagai suatu tindakan kebebasan untuk berekspresi, tetapi apabila dalam peristiwa tutur tersebut tidak ada kontrol sosial yang membatasi maka akan timbul kesalahfahaman dalam penyampaian informasi, dan bahkan akan menimbulkan dampak yang lebih besar seperti konflik dalam peristiwa tutur tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, pembentukan karakter pada anak apabila tidak diimbangi dengan penggunaan bahasa yang baik, maka penalaran serta logika yang 1045 P a g e

dimiliki oleh anak tidak akan berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, tahap awal yang dapat dimulai untuk kelancaran berkomunikasi dalam hal penyampaian stimulus bahasa untuk membentuk karakter adalah penyertaan kesantunan berbahasa. Leech (1983) mengemukakan lima prinsip kesopanan dalam tindak komunikasi yang disebut maksim kesopanan, yaitu: 1) maksim kebijaksanaan, 2) maksim kedermawanan, 3) maksim penghargaan, 4) maksim kesederhanaan, 5) maksim kemufakatan. Maksim kebijaksanaan berhubungan dengan kesantunan kepada lawan tutur secara maksimal. Stimulus bahasa yang digunakan: (1) Bunda: Alhamdulillah, Aufar hebat sekali sudah mampu menulis nama sendiri. Aufar: Alhamdulillah Bunda, terimakasih. Maksim kedermawanan berhubungan dengan penutur lebih merendahkan diri terlebih dahulu dari lawan tutur. Stimulus bahasa yang digunakan: (2) Bunda: Permisi Aufar, apakah Bunda boleh meminjam buku penghubung yang diberikan Bu Guru? Aufar: Boleh Bunda, Aufar ambilkan dulu ya Maksim penghargaan berhubungan dengan meminimalisir penghinaan kepada orang lain dan lebih memberikan penghargaan. Stimulus bahasa yang digunakan: (3) Aufar: Bunda, Aufar tadi membuat gambar ikan, bagus tidak? Bunda: Wah bagus sekali sayang, tetapi kalau bisa besok jangan lupa diberi mata ya, supaya ikannya bisa melihat ketika berenang. Maksim kesederhanaan berhubungan dengan meminimalkan penghargaan untuk diri sendiri, dan memaksimalkan penghargaan untuk orang lain. Stimulus yang digunakan: (4) Bunda: Alhamdulillah Aufar sekarang sudah pintar memakai baju sendiri. Aufar: Iya Bunda, kata Bu Guru, di sekolah harus bisa mandiri. Aufar saying Bu Alyah dan Bu Nisa. 1046 P a g e

Maksim kemufakatan berhubungan dengan meminimalkan ketidakcocokan dan memaksimalkan kecocokan antara penutur dan mitra tutur. Stimulus bahasa yang digunakan: (5) Aufar: Bunda, Aufar tidak suka makan buah, buah tidak enak. Bunda: Sayang, buah itu membuat badan kita sehat dan kuat lo, rasanya juga enak, seperti ketika Bunda membuat jus jambu. Aufar suka kan dengan jus jambu? Jambu termasuk buah sayang. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk memaparkan bahwa melalui stimulus bahasa, pembentukan karakter dapat dibangun lebih baik lagi. Penelitian ini mengambil data dari beberapa siswa TK yang bersekolah di taman kanak-kanak yang berbasis pendidikan karakter. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung dan ikut berperan serta dalam percakapan, wawancara, dan pengamatan perkembangan pembentukan karakter pada sisiwa. Simpulan Penelitian ini masih membutuhkan penelitian lanjutan, oleh karena itu peneliti akan melanjutkan kembali penelitian mengenai stimulus kesantunan berbahasa sebagai pembentuk karakter pada sekolah taman kanak-kanak di Banjarnegara yang berbasis adab karakter. Namun dari beberapa data yang ada, dapat ditarik sedikit kesimpulan bahwa penanaman pendidikan karakter melalui stimulus bahasa, membutuhkan kesabaran dan kemampuan komunikasi yang baik dari orang tua. Oleh karena itu, sebagai orang tua harus mampu membiasakan diri untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar ketika berkomunikasi, karena anak diibaratkan sebagai mesin peniru, yang tentunya melihat dan memperhatikan apa yang dilakukan oleh orang tua. 1047 P a g e

DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Leech, Geoffrey N. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman. Megawangi, Ratna. 2006. Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation. Rohali. 2011. Kesantunan Berbahasa Sebagai Pilar Pendidikan Karakter: Perspektif Sosiopragmatik, Makalah. Yogyakarta: FBS UNY. www. p4tk-bispar.net/ /43-pedoman-pelaksanaan-pendidikan-karakter.htm. Diunduh tanggal 13 September 2017. Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1048 P a g e