BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prediabetes merupakan pencetus Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2). Penanda prediabetes yaitu kadar glukosa darah puasa 100-125 mg/dl dan atau kadar glukosa darah 2 jam post prandial 140-199 mg/dl.dalam jangka waktu 3-5 tahun, 25% prediabetes dapat berkembang menjadi DMT2, 50% tetap dalam kondisi prediabetes, dan 25% kembali pada kondisi glukosa darah normal (Singh et al., 2012). Prediabetes merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Selain itu, umumnya prediabetes memiliki faktor risiko kardiovaskular lain seperti obesitas, hipertensi, dan dislipidemia (Chiasson&Bernard, 2011). Studi yang dilakukan oleh AusDiab, Framingham, Diabetes REduction Assessment with ramipril and rosiglitazone Medication (DREAM), dan Study to Prevent Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus(STOP-NIDDM) menemukan bahwa risiko terjadinya kardiovaskular dua kali lebih tinggipada prediabetes dibanding individu dengan glukosa darah normal(soewondo&pramono, 2011). Pada tahun 2030 International Diabetes Federation(IDF)memprediksikan terdapat 398 juta penduduk dunia mengalami prediabetes(idf, 2011).Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi DMT2 daerah perkotaan di Indonesia adalah 5,7% sedangkan prevalensi prediabetes hampir dua kali lipatnya yaitu 10,2%. Di Jawa Tengah prevalensi DMT2 7,8% sedangkan prevalensi prediabetes 13,1% (Balitbangkes, 2008). Jika diperkirakan prevalensi DMT2 meningkat, maka prevalensi prediabetes akan meningkat lebih tinggi karena menyerupai fenomena gunung es dimana jumlah individu yang belum terdeteksi DMT2 (termasuk prediabetes) lebih banyak dibanding DMT2. Jumlah kejadian DMT2 di Kota Semarang adalah 37.759 kasus pada tahun 2010 dan 45.551 kasus tahun 2011. Kejadian DMT2paling banyak ditemukan di Puskesmas Tlogosari Kulon sebanyak 2957 kasus. Selain itu, kejadian hipertensi di Puskesmas Tlogosari juga tinggi yaitu mencapai 4979 kasus (DKK Semarang, 2012).Jika kejadian DMT2 meningkat maka prediabetes pun meningkat, 1
2 menyerupai fenomena gunung es. Penelitian ini dilakukan pada subjek wanita karena beberapa penelitian menyebutkan bahwa wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalami prediabetes dibanding pria (Xu et.al., 2012), (Soewondo&Pramono, 2011). Wanita berisiko lebih tinggi mengalami prediabetes karena wanita lebih sensitif terhadap efek penekanan peningkatan berat badan dibanding pria sehingga risiko overweight dan obesitas lebih tinggi dialami oleh wanita (William, 2004). Selain itu,wanita lebih berisiko prediabetes jika pernah melahirkan bayi dengan berat lahir > 4 kg (Chiasson & Bernard, 2011). Prediabetesberkaitan dengan sindrom metabolik (sindrom resistensi insulin), salah satunya hipertensi (Fronzo&Ghani, 2011).Hiperinsulinemia pada prediabetesmenyebabkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, peningkatan reabsorbsi natrium dan air, serta hipertrofi otot polos vaskular. Hipertrofi otot polos vaskular menyebabkan disfungsi endotel dan penurunan produksi nitrit oksida sehingga menimbulkan hipertensi (Sachdev, 2009), (Rohman, 2007). Risiko hipertensi pada prediabetes 2-3 kali lebih tinggi dibanding individusehat (Fronzo&Ghani, 2011).Hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada prediabetes 15,1% sedangkan pada nonhipertensi 8,4% (Balitbangkes, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi banyak dialami oleh prediabetes. Pasien prediabetes dengan hipertensi memilikirisiko tinggi terjadi morbiditas dan mortalitas karena penyakit kardiovaskular dini (Agarwal, 2013). Oleh karena itu, kejadian hipertensi pada prediabetes perlu dicegah sehingga prevalensi penyakit kardiovaskular dapat ditekan. Asupan makan yang tidak sehat dapat meningkatkan risikohipertensipada prediabetes. Diet tinggi energi dan tinggi lemak berkaitan dengan peningkatan risiko resistensi insulin (Ramachandran&Snelatha, 2005). Hasil sistematik review menunjukkan bahwa penurunan asupan karbohidrat total dapat memperbaiki kontrol glikemik dan sensitivitas insulin (Spritzler, 2012).Studi Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH)dietmenunjukkan bahwa diet tinggi sayur, buah, dan hasil olahan susu rendah lemak yang rendah lemak jenuh dan lemak total serta tinggi kandungan kalium, kalsium, dan magnesium dapat
3 menurunkan tekanan darah sistolik 6-11 mmhg dan tekanan darah diastolik 3-6 mmhg (Krummel, 2004). Studi kohort menunjukkan bahwa pola makan DASH diet berhubungan dengan rendahnya insidensi hipertensi pada wanita (Forman et.al., 2009). Pada penelitian ini asupan makan menggunakan pedoman DASH diet hanya saja terdapat beberapa zat gizi yang anjuran konsumsinya menggunakan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk populasi Indonesia. Oleh karena itu, asupan makan pada penelitian ini disebut asupan makan DASH like diet. Jumlahprediabetes di Indonesia semakin tinggi namun manajemen untuk pasien prediabetes dengan hipertensi belum banyak dikaji terutama dari aspek asupan makan. Selain itu, kurangnya pedoman dan skrining prediabetesmembuat kondisi prediabetes tidak diketahui dan tidak diamati (Soewondo & Pramono, 2011). Jika kondisi prediabetes dengan hipertensi dapat diketahui sejak dini maka peningkatan prevalensi diabetes dan penyakit kardiovaskular yang berhubungan dengan morbiditas, mortalitas, biaya, dan risiko progresifitas penyakit dapat dicegah. Risiko hipertensi pada prediabetes perlu dicegah karena hipertensi dan hiperglikemia bekerja secara sinergi dalam perkembangan komplikasi makrovaskular (penyakit jantung koroner, serebrovaskular, arteri perifer), komplikasi mikrovaskular (nefropati, retinopati, neuropati), dan gagal jantung (Bellet al., 2006). Beberapa faktor prediktif prediabetes untuk tujuan pencegahan dan penatalaksanaanperlu dikaji. Namun, di Indonesia belum terdapat penelitian mengenai asupan makan pada prediabetes dengan risiko hipertensi. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka peneliti bermaksud menelitimengenai hubungan asupan makandash like dietdengan risiko hipertensi pada wanitaprediabetes di daerah Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan asupan makan DASH like dietdengan risiko hipertensi pada wanita prediabetes di daerah Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang?
4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Membuktikan bahwa asupan makanyang tidak sesuai DASH like dietberhubungan dengan risiko hipertensi pada wanita prediabetes di daerah Puskesmas Tlogosari KulonKota Semarang 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan asupan makan DASH like diet pada wanita prediabetes b. Mengetahui hubungan asupan makan DASH like dietdengan risiko hipertensi pada wanita prediabetes di daerah Puskesmas Tlogosari KulonKota Semarang D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada subjek penelitian mengenai asupan makan yang dapat meningkatkan risiko hipertensi pada prediabetes agar dapat dilakukan upaya pencegahan terjadinya hipertensi yang dapat mengakibatkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular 2. Sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan 3. Hasil penelitian diharapkan menjadi pertimbangan dan landasan kebijakan bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang dalam upaya pencegahan hipertensi pada prediabetes 4. Meningkatkan wawasan, ilmu pengetahuan, dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian terkait asupan makan DASH like diet dengan risiko hipertensi pada wanita prediabetes
5 E. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan terkait penelitian ini seperti terdapat pada tabel 1. Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan Riyadi (2006) Asupan Gizi dan Asupan natrium Variabel dependen : Desain penelitian : case Status Gizi Sebagai (p=0,0034), stress hipertensi control Faktor Risiko (p=0,025), dan obesitas Subjek penelitian : lansia Hipertensi Esensial (p=0,008) merupakan Variabel independen : pada Lansia di faktor risiko kejadian asupan makan Puskesmas Curup dan hipertensi esensial, Perumnas Kabupaten sedangkan asupan Rejang Lebong kalium (p=0,025) Provinsi Bengkulu merupakan faktor protektif hipertensi esensial pada lansia. Morton et al. Consistency with the Individu dengan Desain penelitian : cross Subjek penelitian : (2012) DASH Diet among diabetes memiliki sectional individu dengan diabetes Adults with Diabetes asupan serat (p=0,02) Variabel independen : Penilaian asupan makan : dan persentase total menggunakan skor menggunakan food recall lemak terhadap energi yang tinggi (p=0,006) DASH diet. 2x24 jam sedangkan individu dengan diabetes dan hipertensi memiliki asupan natrium yang tinggi (p=0,04). Bardenheier et A Novel Use of Lingkar pinggang Desain penelitian : cross Subjek penelitian : al. (2013) Structural Equation (p<0,01) merupakan sectional dewasa usia >50 tahun Models to Examine faktor yang paling kuat Penilaian asupan makan : Factors Associated hubungannya pada menggunakan metode With Prediabetes kejadian prediabetes. food recall 10x24 jam Among Adults Aged Lingkar pinggang 50 Years and Older merupakan faktor confounding pada efek langsung tekanan darah terhadap prediabetes. de Paula et al. The Role of DASH Sayur (p=0,04) dan buah Desain penelitian : cross Subjek penelitian : pasien (2012) Diet Food Groups in (p=0,039) pada DASH sectional Tujuan DMT2 Blood Pressure in diet dihubungkan penelitian : mengetahui Penilaian asupan makan : Type 2 Diabetes dengan penurunan asupan makan yang menggunakan food tekanan darah pada sesuai untuk mencegah weighing individu dengan DMT2, hipertensi serta konsumsi sayur dan buah memberikan efek protektif untuk mencegah peningkatan tekanan darah.