I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu sektor pertanian menjadi salah satu sektor prioritas bagi pemerintah. Perhatian pemerintah terhadap perkembangan sektor pertanian dapat dilihat dari berbagai kebijakan pemerintah di bidang pertanian. Kebijakan tersebut bertujuan untuk melindungi sektor pertanian yaitu dalam bentuk asuransi, kredit usahatani, bantuan alsintan, pupuk bersubsidi, dan program upaya khusus jagung, padi, kedelai (Upsus Pajale). Sektor pertanian juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di bidang tersebut sehingga sektor pertanian perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah. Berdasarkan data BPS (2016) menunjukkan bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi kepada Produk Domestik Bruto sebesar 13.52% yang bernilai Rp 1.560.399,30 milliar. Hal tersebut menunjukkan bahwa pertanian memiliki peranan penting terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pupuk merupakan salah satu komponen faktor produksi yang berperan penting dalam peningkatan usahatani di Indonesia. Pupuk berperan sebagai lini depan dalam usaha untuk meningkatkan produksi pangan dunia daripada jenis input lainnya. Pupuk memegang peranan penting dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman. Apabila hara tanaman rendah, maka produktivitas tanah dan hasil tanaman akan rendah. Oleh karena itu dengan memasok unsur hara esensial diharapkan tanaman dapat memproduksi hasil yang tinggi (Primaningtyas, 2009). Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang dapat meningkatkan produktivitas secara efektif. Oleh karena itu ketersediaan pupuk yang cukup dan sesuai menjadi hal yang penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian. Berdasarkan hal tersebut pemerintah berupaya menjamin ketersediaan pupuk bagi pertanian melalui pengadaan pupuk bersubsidi. Kebijakan pemerintah tersebut telah berlaku sejak tahun 1970 dengan terus dilakukan perbaikan terhadap sistem pengadaan dan distribusi pupuk bersubsidi. Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi di Indonesia adalah tidak tersedianya pupuk di pasaran terutama pupuk bersubsidi. Hal tersebut berdampak pada rendahnya produktivitas tanaman pangan seperti padi dan jagung yang dihasilkan dan akan berdampak pada pendapatan 1
petani yang rendah. Kelangkaan pupuk tersebut membuat tanaman padi tidak dipupuk secara 6 tepat, termasuk diantaranya tepat waktu dan tepat dosis. Pemerintah Indonesia pada akhir tahun 1998 pernah melakukan pencabutan pupuk bersubsidi. Pencabutan pupuk bersubsidi tersebut berpengaruh pada penurunan produksi padi nasional. Menurut data BPS (2016) pada tahun 1997 produktivitas padi di Indonesia rata-rata 44,34 kuintal/ha kemudian pada tahun 1998 menurun menjadi 41,97 kuintal/ha. Pada tahun 1996 produksi padi nasional 51,049 juta ton menurun menjadi 49,237 juta ton pada tahun 1998. Setelah subsidi pupuk diterapkan kembali oleh pemerintah pada tahun 1999 produksi padi berangsur mengalami kenaikan pada tahun 2000 produksi pada nasional mencapai 51,899 juta ton dengan produktivitas padi nasional mencapai 44,01 kuintal/ha. Kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi salah satunya dipengaruhi oleh sistem distribusi yang efisien. Efisiensi distribusi merupakan hal penting agar pupuk bersubsidi sampai ke tangan konsumen sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sistem distribusi pupuk bersubsidi yang kuat dan efisien akan menunjang keberhasilan di sektor pertanian. Sementara sistem distribusi yang tidak efisien dapat menimbulkan masalah kelangkaan dan penyimpangan penyaluran pupuk bersubsidi. Permasalahan distribusi pupuk bersubsidi semacam itu dapat berdampak lebih jauh lagi terhadap kestabilan sektor pertanian. Lembaga distribusi yang terlibat dalam penyaluran pupuk bersubsidi masing-masing memiliki peran dalam menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi. Oleh karena itu perlu adanya koordinasi antar lembaga distribusi untuk mewujudkan distribusi pupuk bersubsidi yang efisien sehingga ketersediaan pupuk bersubsidi untuk petani terjamin. 2
Tabel 1.1 Rencana dan Realisasi Penyediaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi No. Jenis Pupuk Tahun 2013 2014 2015 1 Urea Target (ton) 3.860.101,00 4.100.000,00 4.100.000,00 Realisasi (ton) 3.885.658,00 3.979.765,00 3.655.477,00 Presentase (%) 100,66 97,07 89,16 2 SP-36 Target (ton) 805.396,00 850.000,00 850.000 Realisasi (ton) 824.055,00 795.179,00 798.758,00 Presentase (%) 102,32 93,55 93,97 3 ZA Target (ton) 1.075.000,00 1.050.000,00 1.050.000,00 Realisasi (ton) 1.070.419,00 971.824,00 944.896,00 Presentase (%) 99,57 92,55 89,99 4 NPK Target (ton) 2.131.224,00 2.550.000,00 2.550.000 Realisasi (ton) 2.277.873,00 2.372.539,00 2.404.672,00 Presentase (%) 106,88 93,04 94,30 5 Organik Target (ton) 739.329,00 1.000.000,00 1.000.000 Realisasi (ton) 800.360,00 738.763,00 766.429 Presentase (%) 108,25 73,88 76,64 Jumlah Target (ton) 8.611.050,00 9.550.000,00 9.550.000,00 Realisasi (ton) 8.858.365,00 8.858.070,00 8.570.232,00 Presentase (%) 102,87 92,75 89,74 Sumber: Direktorat Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian RI, 2014 dan 2015 (diolah) Berdasarkan tabel 1.1 diatas diketahui bahwa presentase realisasi pupuk bersubsidi dari tahun 2013 hingga tahun 2015 semakin menurun. Realisasi penyaluran pupuk bersubsidi lebih rendah dari target yang telah ditentukan. Hal tersebut dapat menggambarkan kinerja distribusi pupuk bersubsidi di Indonesia. Tidak tercapainya realisasi penyaluran pupuk bersubsidi sesuai target dapat menjadi indikator bahwa sistem distribusi yang berlaku masih belum efisien dan efektif. Penelitian ini akan mengkaji mengenai efisiensi distribusi pupuk bersubsidi terutama pupuk urea di Kabupaten Sragen yang dilihat dari prespektif distribusi. Saluran distribusi merupakan suatu struktur organisasi yang terdiri atas produsen, distributor, dan pengecer resmi sebagai perantara yang dilalui oleh perpindahanperpindahan barang fisik maupun perpindahan barang milik hingga ke konsumen. Kegiatan distribusi yang dikaji mencakup kegiatan pemindahaan barang pupuk urea bersubsidi dari produsen hingga ke petani. Pengkajian tentang efisiensi distribusi pupuk urea bersubsidi dapat menggambarkan ada atau tidaknya permasalahan pada pelaksanaan kebijakan pupuk bersubsidi terutama di Kabupaten Sragen. Terdapat 5 3
jenis pupuk yang pengadaannya di subsidi oleh pemerintah. Namun dalam penelitian ini hanya menganalisis efisiensi distribusi pupuk urea bersubsidi. Hal tersebut dikarenakan tingkat kebutuhan pupuk urea bersubsidi lebih tinggi dibandingkan keempat jenis pupuk bersubsidi lainnya. Tabel 1.2 Kebutuhan Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Sragen Tahun 2015 Luas Kebutuhan Pupuk (Ton) No. Kecamatan Lahan (ha) Urea SP-36 ZA NPK Organik 1 Kr.Malang 7.299 1.824,68 1.094,81 1.094,81 1.459,74 875,84 2 Kedawung 8.264 2.066,00 1.239,60 1.239,60 1.652,80 991,68 3 Sambirejo 4.475 1.118,75 671,25 671,25 895,00 537,00 4 Ngrampal 7.521 1.880,25 1.128,15 1.128,15 1.504,20 902,52 5 Sragen 4.422 1.105,50 663,30 663,30 884,40 530,64 6 Sidoharjo 9.933 2.483,25 1.489,95 1.489,95 1.986,60 1.191,96 7 Masaran 8.478 2.119,50 1.271,70 1.271,70 1.695,60 1.017,36 8 Tanon 9.500 2.375,00 1.425,00 1.425,00 1.900,00 1.140,00 9 Plupuh 10.336 2.584,00 1.550,40 1.550,40 2.067,20 1.240,32 10 Kalijambe 5.885 1.471,25 882,75 882,75 1.177,00 706,20 11 Gemolong 6.610 1.652,50 991,50 991,50 1.322,00 793,20 12 Miri 5.475 1.368,82 821,29 821,29 1.095,06 657,03 13 Sukodono 5.532 1.383,00 829,80 829,80 1.106,40 663,84 14 Mondokan 6.923 1.730,75 1.038,45 1.038,45 1.384,60 830,76 15 Sb.Lawang 8.900 2.225,00 1.335,00 1.335,00 1.780,00 1.068,00 16 Gesi 3.280 820,00 492,00 492,00 656,00 393,60 17 Tangen 6.758 1.689,50 1.013,70 1.013,70 1.351,60 810,96 18 Jenar 3.960 990,00 594,00 594,00 792,00 475,20 19 Gondang 7.450 1.862,50 1.117,50 1.117,50 1.490,00 894,00 20 Sb.Macan 6.953 1.738,22 1.042,93 1.042,93 1.390,57 834,34 Jumlah 137.954 34.488,46 20.693,08 20.693,08 27.590,77 16.554,46 Sumber: Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Sragen, 2016 Kabupaten Sragen merupakan salah satu lumbung padi di Jawa Tengah hal tersebut dapat dilihat dari luas wilayah Kabupaten Sragen yang sebagian besar meliputi lahan sawah 97.444 ha (BPS, 2016). Sektor pertanian juga merupakan salah satu sektor basis yang menyumbang cukup tinggi PDRB di Kabupaten Sragen. Produksi hasil pertanian di Kabupaten Sragen yang tinggi salah satunya ditunjang oleh program pupuk bersubsidi yang dicanangkan oleh pemerintah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka pelaksanaan distribusi pupuk bersubsidi khususnya jenis pupuk urea menjadi salah satu faktor pendukung yang penting dalam perkembangan sektor pertanian di 4
Kabupaten Sragen. Tingkat keberhasilan pengadaan dan penyaluran pupuk urea bersubsidi yang tinggi maka dapat memberikan dampak yang positif bagi perkembangan pertanian dan kesejahteraan petani di Kabupaten Sragen. 2. Perumusan Masalah Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai efisiensi distribusi pupuk urea bersubsidi sebagai sarana produksi dalam sektor pertanian. Efisiensi distribusi pupuk urea bersubsidi dari produsen hingga ke konsumen dalam hal ini petani akan dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan pupuk urea bagi kelompok tani dengan mudah dan harga yang sesuai. Pendistribusian pupuk urea bersubsidi dari produsen hingga ke pengecer merupakan tanggungjawab distributor yang telah ditunjuk pada masing-masing daerah, selanjutnya petani dapat membeli pupuk urea bersubsidi berdasarkan RDKK dari pengecer resmi yang telah ditunjuk. Pupuk yang disiapkan disesuaikan dengan kebutuhan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Maka kelompok tani harus membuat rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK). Pemerintah daerah memiliki tanggungjawab untuk mengawasi proses tersebut. Distribusi pupuk urea bersubsidi menggunakan skema pipa tertutup Sehubungan dengan hal yang telah diuraikan sebelumnya maka telah disusun beberapa pertanyaan penelitian yang dapat membantu dalam mengkaji efisiensi distribusi pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Sragen, yaitu sebagai berikut: 1. Apakah harga pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Sragen yang diterima petani telah sesuai dengan HET? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi harga pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Sragen? 3. Bagaimana marjin pemasaran pada setiap lembaga distribusi pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Sragen? 4. Bagaimana share margin pada setiap lembaga distribusi pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Sragen? 5. Bagaimana tingkat monopoli pada setiap lembaga distribusi pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Sragen? 6. Bagaimana tingkat efisiensi distribusi pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Sragen? 5
3. Tujuan Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis efektivitas Harga Eceran Tertinggi pupuk urea bersubsidi di tingkat konsumen petani di Kabupaten Sragen 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Sragen 3. Menganalisis marjin pemasaran pada setiap lembaga distribusi pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Sragen 4. Menganalisis share margin pada setiap lembaga distribusi pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Sragen 5. Menganalisis tingkat monopoli pada setiap lembaga distribusi pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Sragen 6. Menganalisis tingkat efisiensi distribusi pupuk urea bersubsidi di Kabupaten Sragen 4. Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis, dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penelitian di bidang sosial ekonomi pertanian sekaligus sebagai syarat untuk memperoleh derajat sarjana (S1) di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 2. Bagi pemerintah, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan efisiensi distribusi pupuk urea bersubsidi 3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi, sumbangan pemikiran, bahan referensi, pembanding, dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bagi penelitian lebih lanjut. 6