PENERAPAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL SAINTIFIK VOL 3 NO.1, JANUARI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

PENERAPAN MODEL ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESMENT AND SATISFACTION ) DALAM PEMBELAJARAN TIK (TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU TIPE CONNECTED DALAM RANGKA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 29 SATAP MALAKA KAB.

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SATAP LIUKANG KALMAS KABUPATEN PANGKEP

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Objek

BAB III METODE PENELITIAN

The Influences of Science Technology Society (STS) Model Learning to Student Result Learning on Pollution Environment Material

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. saat semester II Tahun Ajaran 2013/2014, yaitu pada tanggal 9 s.d 25 Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA MAN Poncowati

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 01 Tahun 2014, ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

BAB III METODE PENELITIAN

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DENGAN TSTS TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI TEORI KINETIK GAS

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pra eksperimen

DAFTAR ISI Utami Widyaiswari,2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Campbell & Stanley dalam Arikunto (2006 : 84) mengelompokkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH BERBASIS KONSEP

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Kata kunci: Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Tim Kuis, Eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

PEMBELAJARAN FISIKA MODEL DISKUSI DITINJAU DARI KECERDASAN INTRAPERSONAL SISWA

Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif khususnya pada metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

2 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Experimental Design. Penelitian ini dilakiikan pada satu kelompok yaitu kelompok

MODEL QUANTUM TEACHING DISERTAI METODE EKSPERIMEN DAN DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP. Winda Ayu Wijayanti, Indrawati, Trapsilo Prihandono

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung yang berjumlah 38 siswa. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN RODA LOGIKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN

*Mariana **Hayati *Dosen FKIP Universitas Lancang Kuning *Alumni FKIP Universitas Lancang Kuning

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode, Bentuk, dan Rancangan Penelitian. Sugiyono (2013: 2) bahwa Metode penelitian adalah cara ilmiah

Pemanfaatan Media Animasi Dalam Pembelajaran Kimia Untuk meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Di SMAN 12 Pekanbaru

METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Erniwati, Rosliana Eso, Sitti Rahmia Jurusan PMIPA Program Studi Pend. Fisika FKIP UHO, Kendari

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 ISSN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi

Ilham Baharuddin Jurusan Matematika, Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar. Abstrak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar

Penerapan Metode Pembelajaran Edutainment (Education Entertainment) Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas X.6 SMA Negeri 16 Makassar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa sebanyak 29

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl.

III. METODOLOGI PENELITIAN. siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada

(The Influence of Based Inquiry Learning Model Type of Guided Inquiry to The Students Learning Achievement on Ecosystem) ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Bio Educatio, Volume 2, Nomor 1, April 2017, hlm ISSN:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Natar

Pengaruh Pembelajaran Problem Posing Berbasis Aktivitas Menggunakan Kartu Pertanyaan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Palu

JPPMS, Vol. 1, No. 1, 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika dan Sains

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

Satrio Rahmat Muslim 1, Yaspin Yolanda 2, Ahmad Amin 3 Skripsi ini berjudul Penerapan model Collaborative Teamwork Learning pada

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 13 Bandar

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu

III. METODE PENELITIAN. pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Kelas VIII di SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

PENERAPAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK Dewi Sartika Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Sulawesi Barat; e-mail: dewisartika.asrulbatiran@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik melalui Penerapan Teori Multiple Intelligences dalam pembelajaran fisika. Penelitian ini dianggap penting karena setiap peserta didik pada dasarnya memiliki intelegensi dominan yang berbeda-beda. Sehingga kemampuan menangkap pelajaranpun akan berbeda-beda pula. Hal inilah yang secara tidak langsung mempengaruhi rendahnya hasil belajar fisika peserta didik. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar fisika peserta didik dengan diterapkannya teori multiple intelligences dalam pembelajaran, maka digunakan One Group Pre Test-Post Test Design sebagai desain penelitian, dimana dilakukan tes sebelum (pretest) dan setelah (posttest) pembelajaran. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kelas yang diajar dengan penerapan teori multiple intelligences. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis multiple intelligences dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik. Olehnya itu sangat penting bagi para pengajar fisika untuk menerapkan suatu teknik mengajar yang sesuai dengan kecerdasan dominan para peserta didiknya dan kecerdasan dominan pengajar itu sendiri. Kata kunci Multiple intelligences, Hasil Belajar, One Group Pre Test-Post Test Design 1. PENDAHULUAN Fisika merupakan salah satu mata pelajaran sains yang menjadikan kemampuan pemahaman konsep sebagai syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan belajarnya. Hanya dengan penguasaan konsep fisika seluruh permasalahan fisika dapat dipecahkan, baik permasalahan fisika yang ada dalam kehidupan sehari-hari maupun permasalahan fisika dalam bentuk soal-soal fisika di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut pemahaman konsep bahkan aplikasi konsep tersebut. Sejak dulu hingga saat ini kebanyakan peserta didik memiliki ketertarikan yang kurang terhadap mata pelajaran Fisika, bahkan tidak sedikit dari mereka malah merasa takut terhadap mata pelajaran ini. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar mereka, dimana mereka menemukan kenyataan bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran berat dan serius yang tidak jauh dari persoalan konsep, pemahaman konsep, penyelesaian soal-soal yang rumit melalui pendekatan matematis hingga kegiatan praktikum yang menuntut mereka melakukan segala sesuatunya dengan sangat teliti. Akibatnya tujuan pembelajaran yang diharapkan, menjadi sulit dicapai. Mata pelajaran fisika juga menjadi momok bagi para peserta didik karena hubungannya erat dengan matematika. Kemampuan matematis peserta didik yang lemah secara otomatis akan mengalami kesulitan dalam memahami fisika, karena sebagian besar penyelesaian soal-soal fisika dilakukan melalui pendekatan secara matematis. Artinya, peserta didik yang memiliki kecerdasan dalam bidang angka atau logika (Logical-Mathematical Intelligence) saja yang dapat memahami pelajaran fisika dengan baik. Padahal tidak semua peserta didik memiliki kemampuan yang cukup dalam bidang matematika. Menurut T. Amstrong (dalam Uno, 2009) dalam bukunya Kamu Itu Lebih Cerdas Daripada Yang Kamu Duga (You re Smarter Than You Think), anak-anak memiliki Multiple Intelligences. Dalam buku tersebut dikatakan sedikitnya ada 8 macam kecerdasan yang salah satu atau beberapa diantaranya dapat dimiliki oleh seorang anak, yaitu: 1. Kecerdasan dalam menggunakan kata-kata (Linguistic Intelligence) 2. Kecerdasan dalam bermusik (Musical Intelligence) 3. Kecerdasan dalam menggunakan logika (Logical-Mathematical Intelligence)

4. Kecerdasan dalam menggunakan gambar (Visual-Spatial Intelligence) 5. Kecerdasan dalam memahami tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence) 6. Kecerdasan dalam memahami sesama (Interpersonal Intelligence) 7. Kecerdasan dalam memahami diri sendiri (Intrapersonal Intelligence) 8. Kecerdasan dalam memahami alam (Naturalist Intelligence) Berdasarkan hasil observasi penulis di beberapa sekolah di wilayah Makassar, sekolah-sekolah tersebut pada dasarnya memiliki peserta didik yang mempunyai karakteristik yang berbeda. Keragaman individu ini diantaranya dilihat dari intelegensi. Perbedaan intelegensi ini sangat nampak terutama dalam mata pelajaran fisika. Sebagian peserta didik menganggap fisika adalah pelajaran yang sangat rumit, yang sangat identik dengan berbagai rumus. Namun tidak semua peserta didik berfikir demikian, bagi peserta didik yang berintelegensi kuat dalam hal matematis atau hitunghitungan, fisika adalah sebuah mata pelajaran yang menyenangkan. Hal ini senada dengan hasil penelitian Piping Sugiharti dalam jurnalnya mengenai pembelajaran berbasis multiple intelligences. Ketidak-tertarikan peserta didik terhadap suatu pelajaran, tidak akan menumbuhkan motivasi diri untuk mempelajari apapun tentang pelajaran tersebut. Hal inilah yang secara tidak langsung menjadi salah satu penyebab tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang kemudian berimbas terhadap rendahnya nilai rata-rata fisika peserta didik SMA Neg. 3 Makassar yang ditunjukkan oleh data berikut : XI IPA 1 = 75,63; XI IPA 2 = 64,70; XI IPA 3 = 57,46; XI IPA 4 = 54,23; XI IPA 5 = 52,62; XI IPA 6 = 51,73. Sedang Multiple Intelligences menyarankan kepada kita untuk mempromosikan kemampuan atau kelebihan seorang anak dan mengubur ketidakmampuan atau kelemahan anak. Proses menemukan inilah yang menjadi sumber kecerdasan seorang anak (Munif, 2010). Oleh karena itu diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat memahami pelajaran fisika. Dan salah satu diantara pendekatan yang dapat digunakan yaitu pendekatan pembelajaran fisika yang didasarkan pada keragaman kecerdasan (Multiple Intelligences). Menurut Piping Sugiharti (2005) kelebihan dari model pembelajaran ini yaitu : 1. Aktivitas pengajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik sedikit banyak telah memunculkan semangat belajar dan rasa percaya diri pada setiap peserta didik. 2. Melalui penerapan teori Multiple Intelligences dalam pembelajaran fisika telah menggugurkan anggapan bahwa pelajaran fisika itu sulit dan tidak menyenangkan. 3. Melalui teori Multiple Intelligences ini pula peserta didik belajar untuk lebih menggali potensi yang ada pada dirinya dan dapat lebih menghargai talenta yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya. Selain itu peserta didik juga belajar untuk menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dari ulasan di atas dapat dimengerti bahwa dalam mengimplementasikan pendekatan pembelajaran berbasis teori Multiple Intelligences, masalah mendasar yang perlu diperhatikan yaitu masalah mengidentifikasi jenis kecerdasan dominan bagi masing-masing peserta didik serta mendesain metode pembelajaran yang sesuai dengan masing-masing karakteristik intelegensinya. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Kerangka Penelitian Dalam menerapkan teori Multiple Intellegences, digunakan beberapa teknik-teknik mengajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Pengajar terlebih dahulu mengetahui jenis kecerdasan dominan guru, kemudian mengetahui jenis-jenis kecerdasan dominan yang dimiliki oleh peserta didik, setelah itu peserta didik dibagi kedalam beberapa kelompok berdasarkan kecerdasan dominannya masing-masing. Setiap kelompok diberikan kebebasan untuk menuangkan ide-idenya sesuai kecerdasan dominanan yang mereka miliki masing-masing. Secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir 2.2. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berfikir di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik yang signifikan setelah diterapkan Teori Multiple Intelligences dalam pembelajaran fisika. Hasil belajar peserta didik yang berkecerdasan dominan yang sama dengan kecerdasan dominan guru meningkat secara signifikan setelah diterapkan Teori Multiple Intelligences dalam pembelajaran fisika. Hasil belajar fisika peserta didik yang berkecerdasan dominan yang tidak sama dengan kecerdasan dominan guru meningkat secara signifikan setelah diterapkan Teori Multiple Intelligences dalam pembelajaran fisika. 2.3. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pre Test-Post Test Design yang merupakan bentuk dari Pre Experimental Design (Arikunto, 2006). Desain penelitiannya sebagai berikut:.(1) Keterangan: O 1 merupakan tes awal yang berisi soal pilihan ganda sesuai dengan materi yang diajarkan pengajar sekolah tersebut sebelumnya. (X) merupakan perlakuan yaitu berupa pembelajaran fisika melalui Pendekatan pembelajaran berbasis teori Multiple Intelligences. O 2 adalah tes akhir yaitu berupa soal pilihan ganda untuk menentukan perbedaan hasil tes antara pembelajaran fisika melalui Pendekatan pembelajaran berbasis teori Multiple Intelligences maupun pembelajaran fisika dengan metode pembelajaran yang digunakan sebelumnya. Proses penerapan teori Multiple Intellegences dalam sebuah strategi pembelajaran di kelas, dimulai dengan langkah awal yaitu mengetahui jenis kecerdasan dominan yang dimiliki oleh pengajar kemudian mengetahui jenis-jenis kecerdasan dominan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. Langkah berikutnya yaitu membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok berdasarkan kecerdasannya masing-masing. Perlakuan yang digunakan berupa teknik mengajar yang disesuaikan dengan kecerdasan dominan pengajar dalam memberikan pembelajaran. Setiap kelompok baik kelompok yang jenis kecerdasan dominannya sama ataupun berbeda dengan jenis kecerdasan pengajarnya mengikuti teknik mengajar yang digunakan oleh pengajar dengan tetap memberikan kebebasan pada setiap kelompok untuk menuangkan ide-idenya. Model pembelajaran yang penulis anggap cocok dan dapat digunakan yaitu pembelajaran langsung saat menyampaikan informasi dan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based

Intruction) saat presentasi karena dengan model pembelajaran ini, masing-masing peserta didik diberi masalah kemudian setiap peserta didik dapat memecahkan permasalahan tersebut dengan gaya belajar yang sesuai dengan jenis kecerdasannya masing-masing serta dapat mengahasilkan suatu karya berdasarkan jenis kecerdasan yang ada. Nantinya karya mereka akan dipresentasikan di depan kelas. 2.4. Defenisi Operasional Variabel Pendekatan pembelajaran yang berbasis Teori Multiple Intelligences dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh pengajar di kelas yang menerapkan Teori Multiple Intelligences dalam pembelajaran fisika yaitu dengan membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok berdasarkan jenis intelegensi dominannya, kemudian pengajar mengajar dengan teknik mengajar yang sesuai dengan kecerdasan dominan yang dimiliki oleh pengajar yaitu kecerdasan visual. Hasil belajar adalah skor total yang diperoleh peserta didik dalam aspek kognitif pada pembelajaran fisika melalui penerapan Teori Multiple Intelligences. 2.5. Teknik Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara pemberian tes hasil belajar dalam bentuk tes pilihan berganda yang telah valid kepada peserta didik sebagai sampel. Tes tersebut diberikan sebelum (pretest) dan setelah (posttest) pembelajaran berlangsung. 2.6. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan dua macam statistik yaitu statistik deferensial dan statistik inferensial yang meliputi uji normalitas, uji hipotesis, serta uji peningkatan. Uji normalitas data dimaksudkan apakah data-data yang digunakan terdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan rumus Chi kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut (Sudjana, 1992) :.(2) Dimana: x 2 = Nilai chi-kuadrat k = Banyaknya kelas interval O i = Frekuensi pengamatan E i = Frekuensi yang diharapkan Data yang berdistribusi normal selanjutnya akan melewati tahap pengujian hipotesis yang menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji t. Dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2006),...(3) Dimana:!"#!$ %& '(!)*!"+,("-(*!!),"($(.$ *()#!),/.$$($. & *(0+!.+'!.+)#1'!.+)#.2-3(4*15* 6 & 32'7! 42!*"!$*(0+!.+ 8 32'7!.2-3(4,!*!.!',(7 &9 :1; Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (N-Gain) sebagai berikut (Meltzer, 2002): < = >?@A= >BC...(4) = DEF@ = >BC Dimana: S pre = skor rata-rata pada tes awal S post = skor rata-rata pada tes akhir S maks = skor rata-rata maksimum yang mungkin dicapai Kriteria tingkat N-gain adalah sebagai berikut

Tabel 1 kategori tingkat N-gain Batasan Kategori g > 0,7 Tinggi 0,3 g 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah (R. R. Hake. 1999) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut ini dikemukakan hasil deskriptif pencapaian hasil belajar peserta didik yang diterapkan Teori Multiple Intelligences dalam pembelajaran fisika. "#$!%$$&'(!))$!)!)!& Untuk diagram batang yang berwarna biru merupakan skor untuk pretest dan untuk diagram berwarna merah skor untuk posttest, dimana terlihat bahwa hampir semua batang merah lebih tinggi daripada batang warna biru. Hal ini berberarti bahwa terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik setelah diajar menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis teori Multiple Intelligences. Dari hasil pengujian peningkatan (uji gain) pun diperoleh data bahwa hasil belajar peserta didik yang memiliki kecerdasan dominan yang sama dengan pengajar (kelompok visual) meningkat dengan nilai gain = 0.3 yakni berada pada kategori sedang dan hasil belajar peserta didik yang memiliki kecerdasan dominan yang berbeda dengan pengajar (kelompok non visual) juga ikut meningkat dengan nilai gain = 0.2 yakni berada pada kategori rendah. Peningkatan hasil belajar kelompok visual lebih tinggi dibanding kelompok non visual, hal ini disebabkan karena teknik mengajar yang digunakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan kecerdasan dominan yang kelompok ini miliki yaitu kecerdasan dominan dimana pengajar menyampaikan materi disertai dengan gambar dan animasi yang berhubungan dengan materi yang disampaikan sedangkan bagi kelompok non visual teknik ini tidak sesuai dengan kecerdasan dominan mereka meskipun ternyata hasil belajar mereka ikut meningkat pula. Hal ini disebabkan karena para peserta didik di kelompok non visual sebenarnya juga memiliki kecerdasan visual meskipun bukan merupakan kecerdasan dominannya, minat mereka ikut terangsang untuk belajar fisika karena menggunakan teknik mengajar yang berbeda dari sebelumnya selain itu dalam proses pembelajaran, pengajar juga masih tetap memberikan kesempatan yang luas pada peserta didik untuk menuangkan ide-ide mereka sesuai kecerdasan dominanan yang mereka miliki masing-masing.

Merunut dari pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis multiple intelligences dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Karena diketahui bahwa setiap peserta didik tidak sama dalam menangkap pelajaran, setiap peserta didik memiliki kecerdasan dominannya masing-masing. Olehnya itu pengajar dituntut untuk pandai menerapkan suatu teknik mengajar yang sesuai dengan kecerdasan para peserta didiknya dan kecerdasan dominan pengajar itu sendiri. Para peserta didik yang dulunya menganggap dirinya tidak tertarik terhadap mata pelajaran fisika karena merasa kurang pandai dalam hal perhitungan dan menghapal rumus mulai menaruh perhatian pada mata pelajaran ini, mereka menemukan cara baru yang sesuai dengan kecerdsan dominannya untuk memahami fisika. Namun tidak bisa dipungkri bahwa kekurangan-kekurangan yang terjadi pada model pembelajaran ini terjadi, yaitu pada kelompok non visual. Ada beberapa peserta didik yang tidak mengalami peningkatan hasil belajar sama sekali. Hal ini diduga disebabkan karena peserta didik tersebut tidak tertarik pada teknik mengajar bergaya visual yang diterapkan oleh pengajar. Hasil analisis inferensial yakni pengujian hipotesis juga menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar pada peserta didik, baik secara umum maupun bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan dominan visual ataupun non visual jika diajar dengan penerapan pendekatan pembelajaran berbasis teori multiple intelligences. Hal ini dapat terlihat pada pengujian hipotesis yaitu ke-tiga hipotesis penelitian diterima. Hal ini memberikan indikasi bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis Teori Multiple Intelligences dapat memberikan peningkatan hasil belajar yang meningkat. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan 3 hal bahwa : 1. Hasil belajar peserta didik meningkat secara signifikan setelah diterapkan Teori Multiple Intelligences dalam pembelajaran fisika. 2. Hasil belajar fisika peserta didik kelas yang berkecerdasan dominan visual meningkat secara signifikan setelah diterapkan Teori Multiple Intelligences dalam pembelajaran fisika. 3. Hasil belajar fisika peserta didik yang berkecerdasan dominan non visual meningkat secara signifikan setelah diterapkan Teori Multiple Intelligences dalam pembelajaran fisika. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta : Jakarta Chatib, Munif. 2010. Sekolahnya Manusia. Kaifa: Bandung Hake, Richard. R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Department of Physics, Indiana University Meltzer, David. E. 2002. The relationship between mathematics preparation and conceptual learning gains in physics: a possible.hidden variable in diagnostic pretest scores. Department of Physics and Astronomy, Iowa State University Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito : Bandung Sugiharti, Piping. 2005. Penerapan Teori Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Penabur : Jakarta Uno, Hamzah B & Kuadrat, Masri. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran (Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan). Bumi Aksara: Jakarta.