BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Self-confidence atau percaya diri adalah sejauhmana anda punya keyakinan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada

BAB I PENDAHULUAN. regenerasi bangsa. Masa muda atau remaja adalah proses peralihan masa. ini dipenuhi dengan perkembangan dan perubahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk bergaul dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

PSIKOLOGI SEPANJANG HAYAT

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja adalah tahap umur berikutnya setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. ( diakses 2 Maret 2015) ( diakses 2 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan dan. memiliki pengetahuan, keterampilan, sehat jasmani dan, rohani,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN MASALAH DIRI PRIBADI SISWA SMA NEGERI 6 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan berperan untuk meningkatkan kualitas

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didik, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

HUBUNGAN ANTARA SUASANA KELUARGA DENGAN MINAT BELAJAR PADA REMAJA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah siswa mempunyai aktivitas dalam bergaul dengan temantemannya,

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun), dan fase remaja akhir (usia 18 tahun sampai 21 tahun) (Monks,

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

I. PENDAHULUAN. Budaya kekerasan dan kemerosotan akhlak yang menimpa anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) SMP NEGERI 1 JATIROTO Alamat : Jln. Jatiroto Jatisrono, Wonogiri Tlp. (0273) blog : -

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat berinovasi serta berkreasi untuk melakukan perubahan-perubahan. yang besar demi kemajuan bangsa serta negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rasa percaya diri merupakan hal yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. kurang berkembang karena mereka tidak mengaktualisasikan seluruh potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

Oleh : RUSLAN EFFENDI Bahan Materi Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa SMK MAKMUR 1 CILACAP

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

TARI KENYA MENDRES DALAM RANGKA MALAM APRESIASI SENI DI TAMAN BUDAYA SURAKARTA, 11 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Kreativitas sangat penting bagi setiap orang atau individu, karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami pertumbuhan secara fisik dan perkembangan menuju tingkatan yang lebih tinggi. Menurut Hurlock (2002), terdapat tahapan-tahapan dalam perkembangan manusia yaitu periode pranatal, masa neonatal, masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak akhir, masa remaja awal, masa remaja akhir, masa dewasa dini, masa dewasa madya dan masa lanjut usia. Setiap tahapan dalam perkembangan manusia memiliki tugas perkembangan pada masing-masing tahapan. Manusia dianggap berhasil dalam setiap tahapan perkembangan ketika individu mampu melewati tugas perkembangan dalam tahapan tersebut. Salah satu tugas perkembangan manusia berada pada tahapan remaja merupakan masa peralihan menuju kedewasaan, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar dengan yang lainnya. Fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik. Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang. Menurut Erickson (dalam Santrock, 1995) masa remaja adalah masa 9

terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri, individu dihadapkan dengan temuan siapa mereka, bagaimana mereka kira-kira nantinya, dan ke mana mereka menuju dalam kehidupannya. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Papalia, 2001). Tahapan remaja terdiri dari remaja awal dan remaja akhir. Remaja awal berada pada tahap usia 12-15 tahun, pada usia ini biasanya remaja duduk di bangku SMP. Remaja berusaha untuk menemukan jati dirinya dengan kata lain individu mengalami krisis identitas, remaja membutuhkan interaksi dengan orang lain dalam proses pencarian jati diri, yaitu teman sebaya, sekolah, orang tua maupun masyarakat. Bentuk interaksi remaja di sekolah salah satunya dengan mengikuti organisasi yang ada di sekolah. Dalam kenyataannya untuk berinteraksi maka individu harus mempunyai keberanian atau percaya diri (self confidence) untuk menjalin interaksi dengan orang lain (Putri & Hadi, 2005). Self confidence atau percaya diri itu sendiri menurut Lauster (dalam Sakinah, 2005) adalah sikap positif individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Menurut Afiatin dan Martaniah (1998), kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi atau kemampuan yang dimilikinya. Self confidence atau percaya diri seseorang terkait dengan dua hal yang paling mendasar dalam praktek hidup kita. Pertama, self confidence terkait dengan bagaimana seseorang memperjuangkan keinginannya untuk meraih sesuatu (prestasi atau 10

performansi). Kedua, self confidence terkait dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi masalah yang menghambat perjuangannya. Orang yang kepercayaan dirinya bagus akan cenderung berkesimpulan bahwa dirinya lebih besar dari masalahnya. Sebaliknya, orang yang memiliki rasa percaya diri rendah akan cenderung berkesimpulan bahwa masalahnya jauh lebih besar dari dirinya. Self confidence dapat dikembangkan melalui interaksi dengan lingkungan (Iswidharmanjaya, 2004). Melalui interaksi dengan lingkungan dan orang di sekitarnya seseorang akan belajar mengenali diri sendiri. Individu akan memperoleh informasi mengenai dirinya dari interaksi dengan lingkungan dan orang di sekitarnya tetapi jika tidak ada interaksi dengan lingkungan maka individu tersebut tidak mengenal dirinya lebih dalam. Penilaian baik atau buruk yang diterima dari orang lain turut mempengaruhi self confidence seseorang. Penilaian yang baik oleh orang lain akan menimbulkan self confidence dalam diri seseorang, sebaliknya penilaian yang buruk oleh orang lain akan menurunkan self confidence seseorang. Peningkatan self confidence juga dapat diperoleh dari sekolah sehingga sekolah turut mempengaruhi self confidence atau percaya diri seseorang (Iswidharmanjaya, 2004). Sekolah memiliki organisasi yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan self confidence siswa. Menurut Kurnia (2005) mengikuti Organisasi merupakan salah satu upaya untuk pengembangan diri, melatih keterampilan berbicara di depan umum. Remaja dapat mengembangkan diri dengan menyalurkan bakat serta kreativitas yang telah dimilikinya. Terlibat dalam organisasi juga merupakan satu upaya yang cukup baik untuk mengasah self confidence, dan mengenali diri sendiri melalui pergaulan dengan teman sebaya. Mengasah self confidence dengan berbicara di depan umum juga tidaklah mudah, 11

seseorang harus mampu menguasai keadaan sehingga tidak terlihat cemas ataupun gugup ketika sedang berbicara di depan orang banyak. Mengenali diri sendiri dapat dilakukan di sekolah melalui pergaulan dengan teman sebaya. Menurut Iswidharmanjaya (2004) mengenali diri sendiri dapat dilakukan di sekolah melalui pergaulan dengan teman sebaya ketika bergabung dalam organisasi yang ada di sekolah. Individu berusaha saling mengenali anggota satu sama lain ketika tergabung dalam organisasi di sekolah. Penerimaan dan perlakuan yang baik oleh teman sebaya akan menimbulkan rasa percaya diri dalam diri seseorang, sebaliknya penolakan oleh teman sebaya menyebabkan seseorang akan menarik diri dan merasa bahwa dirinya memiliki banyak kekurangan sehingga tidak pantas untuk bergaul dengan teman-teman yang lain. Selain pergaulan dengan teman sebaya, pengalaman juga berpengaruh terhadap self confidence. Pengalaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi self confidence, baik pengalaman berupa keberhasilan maupun kegagalan. Dari berbagai pengalaman, pengalaman seseorang dalam berorganisasi dapat membuat seseorang lebih percaya diri untuk mengikuti organisasi. Seseorang yang telah memiliki pengalaman mengikuti organisasi cenderung tidak ragu untuk tergabung dalam organisasi di kemudian hari. Keberhasilan yang didapatkan dari pengalaman dalam berorganisasi akan memudahkan seseorang untuk mengembangkan self confidence sedangkan kegagalan dalam berorganisasi dapat menghambat pengembangan self confidence dalam mengikuti organisasi di sekolah (Iswidharmanjaya, 2004). Organisasi di sekolah memiliki beragam kegiatan yang berhubungan dengan orang banyak. Seseorang yang aktif berorganisasi di sekolah cenderung mempunyai self- 12

confidence yang tinggi. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi self-confidence adalah orang tua, saudara sekandung, sekolah, teman sebaya, masyarakat, dan pengalaman. Sekolah memiliki organisasi yang biasa disebut OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Siswa melakukan interaksi dengan teman sebaya dalam mengikuti organisasi dimana hubungan dengan teman sebaya ikut menentukan pembentukan self confidence seseorang (Iswidharmanjaya, 2004). Menurut Adhi (2008) terdapat beberapa manfaat yang dimiliki oleh OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) yaitu sebagai berikut: meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara dan cinta tanah air, meningkatkan kepribadian dan budi pekerti luhur, meningkatkan kemampuan berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan, meningkatkan ketrampilan, kemandirian dan percaya diri, meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani, menghargai dan menjiwai nilai-nilai seni, meningkatkan dan mengembangkan kreasi seni. Berdasarkan manfaat dari OSIS salah satunya dapat meningkatkan rasa percaya diri sehingga jelas bahwa OSIS bermanfaat dalam peningkatan percaya diri atau self confidence siswa. Organisasi yang ada di sekolah tidak hanya OSIS, terdapat beberapa macam organisasi sekolah, mulai dari majalah sekolah hingga organisasi-organisasi yang dibentuk secara ilegal. Tujuan siswa yang tertarik menjadi anggota kebanyakan hanya untuk mencari popularitas dan sekedar ingin terlihat sibuk tetapi semua ini kembali kepada pribadi masing-masing. Organisasi yang populer dan dikenal oleh banyak orang menjadi sebuah label yang akan tertempel pada seseorang jika mengikuti organisasi sekolah (Aya, 2008). 13

Fenomena yang didapat dari sebuah media elektronik menyatakan bahwa dengan mengikuti organisasi sekolah dapat meningkatkan percaya diri atau self confidence, dalam hal ini OSIS, seperti yang dikemukakan oleh salah satu siswa: Ikut OSIS saja, ikut pramuka juga boleh khan masih 16 taon, masih kelas 1 khan kalo ga salah? yup setuju gw. Ikut saja organisasi-organisasi di skul, walo ngga banyak andil buat organisasi itu, tapi setidaknya lo active member, dari situ lo juga kan bisa belajar sosialisasi dan kenal banyak karakter. Gw dulu juga maen ikut ekskul paskibra (walo latihannya tau sendiri seperti apa), tapi gw beruntung bgt bisa menjadi anggota karena banyak belajar, dan yang pasti pengalamannya, dan meningkatkan percaya diri gw. Yah, mengingatkan klo gw di SMA itu bahagia dan menyenangkan. (outer_space23 15-11-2008, 01:41 AM) Hal yang sama juga dinyatakan oleh R, salah seorang siswa SMP Negeri di Perbaungan bahwa ikut OSIS membuat percaya diri yaitu : Setelah saya bergabung dalam OSIS, saya menjadi percaya diri, bisa punya banyak teman trus ngerasa populer daripada tidak bergabung di OSIS. OSIS bikin hidup lebih hidup, heee... Kan selama ini saya termasuk orang yang pendiam karena saya gak PD untuk bergabung sama teman-teman yang lain. R (Komunikasi personal, 7 Mei 2009) Penelitian oleh Asmiana (2003) mengenai perbedaan rasa percaya diri antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi kemahasiswaan di Universitas Muhammadiyah Malang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan yang tidak aktif. Mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi memiliki rasa percaya diri yang tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi. Penelitian oleh Isnandar (2005), mengenai hubungan antara rasa percaya diri dan aktivitas berorganisasi dengan prestasi belajar yang diberikan kepada siswa di SMK Gesi kelas X. Dari perhitungan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang 14

positif antara rasa percaya diri dan aktivitas berorganisasi secara bersama dengan prestasi belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Gesi Kabupaten Sragen tahun 2005/2006. Berdasarkan hasil penelitian oleh Asmiana (2003) pada mahasiswa mengenai perbedaan rasa percaya diri antara mahasiswa yang aktif dengan mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi kemahasiswaan di Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian oleh Isnandar (2005) mengenai hubungan antara rasa percaya diri dan aktivitas berorganisasi dengan prestasi belajar yang diberikan kepada siswa di SMK Gesi kelas X, maka dirasa perlu diadakan penelitian untuk melihat perbedaan self confidence antara siswa yang aktif dan siswa yang tidak aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) pada siswa SMP. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada perbedaan self confidence pada siswa SMP yang aktif dan siswa SMP yang tidak aktif dalam OSIS. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan self confidence pada siswa SMP yang aktif dalam OSIS dengan siswa SMP yang tidak aktif dalam OSIS. 15

D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis : 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya di bidang psikologi pendidikanm yaitu memberikan informasi mengenai bagaimana percaya diri atau self confidence siswa SMP yang aktif dan yang tidak aktif dalam OSIS. 2. Manfaat praktis Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah diharapkan dari data penelitian yang didapatkan data mengenai perbedaan self confidence pada siswa yang aktif dan siswa yang tidak aktif dalam OSIS. a. Pihak sekolah dapat mengetahui perbedaan self confidence pada siswa yang aktif berorganisasi dan tidak aktif berorganisasi dalam OSIS yang ada di sekolah tersebut. Hal ini berguna dalam memberikan pembinaan kepada siswa dalam mengembangkan self confidence. b. Bagi siswa dapat menambah informasi, gambaran, serta wacana mengenai self confidence atau percaya diri pada siswa yang aktif dalam OSIS dan yang tidak aktif dalam OSIS. Hal tersebut berguna dalam mengembangkan self confidence atau percaya diri siswa. c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan self confidence dan Organisasi Siswa Intra Sekolah. 16

E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Bab ini berisi pembahasan secara teoritis tentang self confidence, Organisasi Siswa Intra Sekolah, perbedaan self confidence siswa yang aktif dalam OSIS dan siswa SMP yang tidak aktif dalam OSIS, dan hipotesa penelitian. Bab III : Metode Penelitian Bab ini terdiri atas identifikasi variabel, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, validitas alat ukur, reliabilitas alat ukur, dan metode analisa data. Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan Bab ini memuat tentang pengolahan data penelitian, gambaran umum subjek, hasil penelitian dan pembahasan mengenai data-data penelitian berdasarkan teori yang relevan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan saran-saran yang diperlukan, baik untuk penyempurnaan penelitian atau peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini. 17