KELIMPAHAN POPULASI KUTU KEBUL PADA GENOTIPE KEDELAI

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PENDAHULUAN KEPEKAAN GALUR-GALUR KACANG TANAH TERHADAP KUTU KEBUL

Serangan Lalat Batang Melanagromyza sojae (Zehnter) (Diptera: Agromyzidae) pada Tanaman Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

Sari dan Suharsono.- Pengaruh Kerapatan Konidia Beauveria pada Kutu Kebul

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen untuk mengetahui

DAYA HASIL GALUR-GALUR KEDELAI TOLERAN KUTU KEBUL (Bemisia tabaci)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB III METODE PENELITIAN

Hama penghisap daun Aphis craccivora

HUBUNGAN ANTARA TRIKOMA DAN INTENSITAS KERUSAKAN DAUN DENGAN KETAHANAN KEDELAI TERHADAP HAMA KUTU KEBUL (Bemisia tabaci)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN

SELEKSI KETAHANAN GALUR

EFIKASI INSEKTISIDA NABATI DALAM MENGENDALIKAN KUTU KEBUL, Bemisia tabaci GENN. (HOMOPTERA: ALEYRODIDAE)

II. PLASMA NUTFAH. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 3

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Jl. Semarang 5, Malang 65145, Fax: Jl. Semarang 5, Malang 65145, Fax:

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP HAMA KEPIK HIJAU (Nezara viridula L.)

Pengaruh Kombinasi Jenis Cendawan Entomopatogen dan Frekuensi Aplikasi terhadap Mortalitas Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

PENGENDALIAN KUTU KEBUL B. tabaci Genn. MENGGUNAKAN KOMBINASI TANAMAN PENGHALANG DAN INSEKTISIDA KIMIA

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Kutu Kebul (Bemisia tabaci) pada Berbagai Stadia Hidup (telur,

Identifikasi Ketahanan Sumber Daya Genetik Kedelai terhadap Hama Pengisap Polong

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

III. KEDELAI. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 5

SPESIES, PERBANDINGAN KELAMIN, DAN CIRI MORFOLOGI PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella sp., DI KEBUN PERCOBAAN NGALE

KEPADATAN POPULASI KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn.) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

ANALISIS INFEKSI Cowpea Mild Mottle Virus (CPMMV) TERHADAP TANAMAN KEDELAI Glycine max DENGAN MENGGUNAKAN UJI ELISA

J. Sains & Teknologi, Desember 2014, Vol.14 No.3 : ISSN POPULASI BEMISIA TABACI GENN. PADA LIMA VARIETAS CABAI

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Populasi dan Serangan Kutu Kebul pada Kedelai dengan Sistem Pengairan dan Teknik Budidaya Berbeda

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

KEPADATAN POPULASI KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Gennadius) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI SKRIPSI. Oleh: HANIF KHULAIFI NIM.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PERKEMBANGAN SPODOPTERA LITURA F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) PADA KEDELAI. Portrayals of Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) In Soybean

LAJU INFEKSI DAN KEHILANGAN HASIL TIGA VARIETAS KEDELAI AKIBAT INFEKSI Cowpea Mild Mottle Virus (CMMV)

KARAKTER AGRONOMIS DAN KETAHANAN GENOTIPE KEDELAI TOLERAN NAUNGAN TERHADAP HAMA PENGISAP POLONG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Salah satunya adalah tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar

Jl. Raya Kendalpayak Km.8 Malang Jl. Merdeka 147, Bogor

DAYA HASIL GALUR-GALUR MUTAN KACANG HIJAU

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar

Seleksi kedelai populasi F2 hasil persilangan antara galur kedelai toleran kutu kebul dengan varietas Grobogan

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DI PAPUA. Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

6 Hasil Utama Penelitian Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016

UJI KETAHANAN PLASMA NUTFAH MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP PENYAKIT VIRUS KUNING ABSTRAK

KARAKTER AGRONOMIS GALUR-GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN TANGGAMUS, BURANGRANG, DAN ANJASMORO

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

HUBUNGAN PREFERENSI BEMISIA TABACI TERHADAP KETAHANAN BERBAGAI GALUR HARAPAN DAN VARIETAS KEDELAI (GLYCINE MAX L.

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 6, No. 3, Juli 2017

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

Identifikasi Plasma Nutfah Kedelai Berumur Genjah dan Berdaya Hasil Tinggi

Kutu Kebul Bemisia tabaci Gennadius (Hemiptera: Aleyrodidae) Penyebar Penyakit Virus Mosaik Kuning pada Tanaman Terung

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK

Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Tanaman terhadap Hama (Wereng Coklat pada Padi dan Hama Lanas pada Ubi Jalar)

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

SELEKSI DAYA HASIL GENOTIPE KACANG TANAH UNTUK KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT UTAMA DAN HAMA KUTU KEBUL

Evaluasi Ketahanan Plasma Nutfah Tanaman terhadap Hama (Wereng Coklat pada Padi dan Hama Lanas pada Ubi Jalar)

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Imago Bemisia tabaci.

BAB III METODE PENELITIAN. kerusakan daun oleh serangan ulat grayak (S. litura F.) dan penelitian eksperimen

KEMAMPUAN BERTAHAN HIDUP GENOTIPE KEDELAI PADA KONDISI TANPA CAHAYA

III. BAHAN DAN METODE

Tingkat Kerusakan Ekonomi Hama Kepik Coklat pada Kedelai

PENGARUH PENGGUNAAN MULSA JERAMI TERHADAP TINGKAT SERANGAN HAMA DAN HASIL PADA DUA VARIETAS KEDELAI

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis)

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI KETAHANAN TERHADAP COWPEA MILD MOTTLE VIRUS PADA SEMBILAN BELAS POPULASI F 1 TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) HASIL PERSILANGAN DIALEL

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

DAFTAR PUSTAKA. BALITKABI Deskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbiumbian. Malang: Agro inovasi

KOMPOSISI GENUS DAN SPESIES PENGISAP POLONG KEDELAI PADA PERTANAMAN KEDELAI

V. KACANG HIJAU. 36 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

IDENTIFIKASI PLASMA NUTFAH KEDELAI BERUMUR GENJAH DAN BERBIJI SEDANG

PERAKITAN VARIETAS KEDELAI TAHAN KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn.)

BAHAN METODE PENELITIAN

RESPONS GALUR KACANG TANAH TERHADAP HAMA THRIPS

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyaringan Ketahanan Plasma Nutfah Ubi Jalar terhadap Hama Lanas

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Begomovirus Kisaran Inang Begomovirus

RESPONS GENOTIPE KACANG TANAH TERHADAP HAMA KUTU KEBUL

TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1889, di Yunani (Hirano et al., 2007). B. tabaci juga mampu membentuk

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI Rejuvenasi SDG Kedelai Evaluasi Ketahanan SDG Kedelai terhadap Cekaman Salinitas

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Transkripsi:

KELIMPAHAN POPULASI KUTU KEBUL PADA GENOTIPE KEDELAI Kurnia Paramita Sari, Suharsono, dan A. Kasno Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101 e-mail: adnina0312@gmail.com ABSTRAK Pada beberapa tahun terakhir ini status kutu kebul Bemisia tabaci Genn. sebagai hama penting pada tanaman kedelai meningkat, karena dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 100%. Informasi karakterisasi sumber daya genetik (SDG) atau plasma nutfah terhadap cekaman biotik maupun abiotik sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan populasi kutu kebul pada aksesi/genotipe kedelai asal plasma nutfah untuk mendukung pembentukan varietas unggul baru. Penelitian dilakukan dirumah kaca Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) Malang pada MK 2010 sejumlah 50 aksesi kedelai dan 2 genotipe pembanding (G 100 H dan IAC 100) sebagai perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali, dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Pengamatan populasi serta intensitas kerusakan pada daun dilakukan pada 21, 28, dan 35 hari setelah tanam (HST). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa populasi kutu kebul keberadaannya merata diseluruh aksesi kedelai/genotipe yang diuji. Populasi kutu kebul yang rendah mengakibatkan kerusakan daun dengan intensitas yang tinggi. Rata-rata kerusakan daun tertinggi terjadi pada genotipe MLGG 706 sebesar 48%. Intensitas kerusakan daun terendah pada genotipe MLGG 616 sebesar 11,4%. Keberadaan populasi kutu kebul dipertanaman harus diperhatikan, karena populasi kutu kebul tetap dapat menyebabkan kerusakan daun yang dapat menghambat proses fotosintesis. Kata kunci: kelimpahan, kutu kebul, Bemisia tabaci, aksesi kedelai ABSTRACT The abundance of whitefly population in soybean genotypes. The information the tolerance to biotic and abiotic stress of soybean germplasm is important in the breeding program. To study the population abundance of the white fly Bemisia tabaci on soybean germplasm was conducted in the glass house of Indonesia Legume and Tuber Crops Research Institute in 2010. Fifty two soybean acsesion were studied in completely block design in three replicates. The population and damage intensity were observed in 21, 28, and 35 days after planting (DAP). The study showed that the abundance of white fly was occured in all soybean accesion. The hight damage 48% was found in MLGG 706, and the lower damage 11,4% was recorded in MLGG 616. The population of whitefly will produced dews directly reduce efficiency of photosyntesis. Keywords: abundance, whitefly, soybean accesion. PENDAHULUAN Outbreak kutu kebul Bemisia tabaci Genn. pada kedelai pertama kali ditemukan di Brazil pada tahun 1972 1973 dan di Indonesia tahun 1981 1982 (Kogan dan Turnipseed 1987; Samudra dan Naito 1991; Hirano et al. 2003). Di beberapa negara terjadi outbreak serangan kutu kebul pada kedelai. Serangan kutu kebul pada kedelai dapat menyebabkan 252 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2015

kehilangan hasil 80 100%, sehingga status kutu kebul sebagai hama penting pada pertanaman kedelai. Gejala kerusakan akibat serangan kutu kebul terdiri dari tiga tipe, yaitu: (a) kerusakan langsung, (b) kerusakan tidak langsung, dan (c) kerusakan berupa virus karena berstatus sebagai vektor virus. Kerusakan langsung akibat serangan kutu kebul adalah daun menjadi layu, klorosis akibat tusukan stilet yang menembus dan mengisap cairan daun, pada akhirnya laju pertumbuhan tanaman menurun dan akan berpengaruh pada penurunan hasil kedelai. Pada serangan parah serangan menyebabkan tanaman mati (Mau dan Keesing 2007). Kerusakan tidak langsung berupa timbulnya embun jelaga yang disebabkan oleh cendawan yang muncul akibat adanya sekresi kutu kebul. Embun jelaga yang dihasilkan berwarna hitam, biasanya terdapat pada daun bahkan buah. Embun jelaga mengganggu proses fotosintetis. Selain timbulnya embun jelaga, kerusakan tidak langsung yang ditimbulkan adalah kutu kebul sebagai vektor virus dari golongan geminivirus (Cohen dan Berlinger 1986). Plasma nutfah sering disebut dengan gen pale merupakan sumber kekayaan yang dapat digunakan sebagai bahan persilangan untuk merakit varietas unggul. Plasma nutfah berupa varietas, aksesi/genotipe, tanaman liar yang mempunyai sifat-sifat tertentu, serta tanaman lokal yang mempunyai keunggulan tertentu (Rubenstein dan Heisey 2003). Plasma nutfah merupakan kekayaan yang harus dilestarikan. Melalui kegiatan eksplorasi, karakterisasi, rejuvinasi, dan dokumentasi dapat menghindari terjadinya erosi gen tanaman (Astanto 1994). Evaluasi aksesi kedelai terhadap cekaman biotik maupun abiotik perlu dilakukan untuk membantu program pemuliaan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan populasi kutu kebul pada aksesi/genotipe kedelai asal plasma nutfah untuk mendukung pembentukan varietas unggul baru. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi), Malang, pada MK 2010. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 50 nomor aksesi kedelai sebagai perlakuan serta 2 genotipe masing-masing sebagai pembanding (G 100 H dan IAC 100) dan diulang tiga kali. Aksesi kedelai masing-masing ditanam pada polibag dengan kapasitas 10 kg. Tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:10 dicampur sebagai media tanam dimasukkan kedalam polibag dalam keadaan kering. Setelah tanam, kedelai dipupuk menggunakan pupuk Urea 10 g/polibag, SP36 10 g/polibag dan KCl 15 g/polibag. Pada umur 1 MST, kedelai diaplikasi menggunakan insektisida dengan bahan aktif Deltrametrin untuk menghindari serangan lalat bibit. Pada umur 2 MST dilakukan penjarangan dengan menyisakan dua tanaman kedelai per polibag. Sanitasi gulma dilakukan pada 14 dan 28 hari setelah tanam (HST). Pengairan disesuaikan dengan kondisi tanah. Inokulasi kutu kebul berdasarkan populasi alami. Pengamatan populasi kutu kebul/tanaman dilakukan pada 21, 28, dan 35 HST dengan cara pengamatan dan penghitungan secara langsung. Populasi kutu kebul yang diamati pada daun bagian atas, tengah dan bawah. Intensitas kerusakan daun dihitung pada 21, 28, dan 35 HST. Intensitas kerusakan daun dikategorikan menggunakan skor antara 0 4 dengan kriteria sebagai berikut. Skor 0 : daun sehat 100%, Skor 1 : daun sehat 75%, daun mengeriting berwarna kuning 75%, Skor 2 : daun sehat 50%, daun mengeriting berwarna kuning 50%, Sari et al.: Kelimpahan Populasi Kutu Kebul pada Genotipe Kedelai 253

Skor 3 : daun sehat 75%, daun mengeriting berwarna kuning 25%, Skor 4 : daun mengeriting berwarna kuning 100%. HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan populasi kutu kebul merata pada setiap aksesi maupun genotipe yang diuji. Rata-rata populasi kutu kebul pada penelitian ini rendah, yaitu rata-rata <5 ekor/trifoliat. Pada genotipe no 1 (MLGG 511) rata-rata populasinya tertinggi akan tetapi masih kurang dari 10 ekor/trifoliat (Gambar 1). Gambar 1. Rata-rata populasi kutu kebul pada masing-masing aksesi. Pada 21 HST populasi pada masing-masing aksesi tidak berbeda nyata satu sama lain. Pada 28 HST, rata-rata populasi kutu kebul pada setiap aksesi berbeda nyata. Pada 35 HST, populasi kutu kebul berbeda sangat nyata pada masing-masing aksesi (Tabel 1). Tabel 1. Rata-rata populasi kutu kebul pada setiap pengamatan (Balitkabi 2010). No Nama genotipe Rata-rata populasi kutu kebul pada.. 21 HST 28 HST 35 HST 1 2 3 4 5 1 MLGG 511 4,1 1,6 1,3 b-e 2 MLGG 535 2,9 1,0 1,5 bcd 3 MLGG 536 2,4 0,9 0,9 de 4 MLGG 552 2,2 2,6 2,0 ab 5 MLGG 588 1,9 1,2 2,4 a 6 MLGG 592 2,4 1,0 0,9 de 7 MLGG 595 1,8 1,3 1,0 cde 8 MLGG 597 2,1 2,3 1,7 abc 9 MLGG 602 2,4 1,2 0,9 de 10 MLGG 616 2,2 1,3 1,3 b-e 11 MLGG 649 1,1 1,2 1,0 cde 12 MLGG 650 1,4 1,2 0,7 e 13 MLGG 653 2,8 1,5 1,3 b-e 14 MLGG 674 2,2 1,6 1,5 bcd 15 MLGG 679 1,2 1,5 0,7 e 16 MLGG 685 1,9 0,7 0,9 de 17 MLGG 687 1,5 1,3 1,3 b-e 254 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2015

1 2 3 4 5 18 MLGG 688 2,4 0,9 0,9 de 19 MLGG 695 2,8 1,1 0,7 e 20 MLGG 696 1,5 1,4 0,9 de 21 MLGG 699 2,2 2,6 1,5 bcd 22 MLGG 706 1,8 1,2 0,7 e 23 MLGG 707 3,1 1,4 1,3 b-e 24 MLGG 708 2,5 1,2 0,9 de 25 MLGG 737 2,1 2,3 1,1 cde 26 MLGG 738 1,7 1,3 1,3 b-e 27 MLGG 739 1,7 1,4 0,9 de 28 MLGG 745 2,5 1,5 0,9 de 29 MLGG 749 1,9 1,0 0,7 e 30 MLGG 752 2,5 2,2 0,9 de 31 MLGG 743 1,6 1,9 0,7 e 32 MLGG 744 1,9 1,4 1,2 cde 33 MLGG 757 2,1 1,6 0,7 e 34 MLGG 758 1,7 1,3 0,9 de 35 MLGG 759 1,9 1,3 0,9 de 36 MLGG 814 2,1 1,1 1,3 b-e 37 MLGG 762 2,3 1,3 1,2 cde 38 MLGG 763 2,2 1,3 1,3 b-e 39 MLGG 768 2,2 0,7 0,9 de 40 MLGG 770 1,8 1,2 0,7 e 41 MLGG 771 2,1 1,2 1,0 cde 42 MLGG 772 2,4 0,9 0,7 e 43 MLGG 773 1,8 1,7 0,7 e 44 MLGG 782 2,5 1,6 1,0 cde 45 MLGG 786 2,7 1,8 0,9 de 46 MLGG 795 1,9 1,0 0,9 de 47 MLGG 801 1,4 2,1 0,7 e 48 MLGG 798 1,3 1,8 1,1 cde 49 MLGG 799 1,6 1,3 0,7 e 50 MLGG 800 2,4 1,0 0,7 e 51 G 100 H 1,4 1,0 1,0 cde 52 IAC-100 1,9 1,4 0,7 e P-value 0,2 ns 0,08 * 0,007 ** LSD 1,3 1,0 0,7 Data dianalisis dengan menggunakan (x+0,5). Huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda sangat nyata pada taraf uji F 5%. Pada 35 HST terdapat 27 aksesi kedelai yang rata-rata populasi kutu kebulnya rendah sebanding dengan genotipe pembanding G 100 H, dengan nilai rata-rata sebesar 0,7-0,9. 27 genotipe tersebut antara lain: MLGG 536, MLGG 592, MLGG 602, MLGG 650, MLGG 679, MLGG 685, MLGG 688, MLGG 695, MLGG 696, MLGG 706, MLGG 708, MLGG 739, MLGG 745, MLGG 749, MLGG 752, MLGG 743, MLGG 757, MLGG 758, MLGG 759, MLGG 768, MLGG 770, MLGG 772, MLGG 773, MLGG 786, MLGG 795, MLGG 801, MLGG 799, dan MLGG 800. Sari et al.: Kelimpahan Populasi Kutu Kebul pada Genotipe Kedelai 255

Gambar 2. Rata-rata populasi kutu kebul yang terdapat pada semua genotipe pada umur 21, 28, dan 35 HST. Populasi kutu kebul pada seluruh aksesi, tertinggi berada pada 21 HST (Gambar 2). Imago datang ke pertanaman kedelai untuk menghisap cairan yang ada di daun atau sekedar meletakkan telur. Kecocokan kutu kebul dengan inang mempengaruhi populasi kutu kebul pada setiap aksesi yang ada. Kutu kebul dalam mencari tanaman inang juga dipengaruhi oleh karakter fisik permukaan daun seperti trikoma daun, kandungan getah pada daun serta dipengaruhi oleh faktor internal daun berupa ph daun (Indrayani 2002). Populasi kutu kebul semakin menurun pada 28 HST dan 35 HST. Hal ini dapat disebabkan oleh mortalitas dari telur kutu kebul tersebut. Apabila daun kedelai tersebut cocok untuk menyelesaikan daur hidup maka kemungkinan akan mampu berkembang sampai pada pupa, atau sebaliknya imago kutu kebul tidak memilih pada daun yang tidak cocok. Hubungan kutu kebul dengan tanaman inang dapat berupa untuk makan dan meletakkan telur. Pada banyak spesies serangga peletakan telur merupakan fase yang sangat penting untuk melangsungkan kehidupannya. Begitu juga dengan kutu kebul, dalam meletakkan telur memilih tempat yang cocok untuk kelangsungan hidup dan perkembangannya karena berfungsi sebagai tempat untuk menyempurnakan perkembangan stadia nimfanya sebelum berubah menjadi imago. Kutu kebul meletakkan telur dan mengisap cairan daun dapat pada satu daun, dapat juga berpindah-pindah (Gerling 1990). Intensitas kerusakan daun merupakan gejala kerusakan langsung yang ditimbulkan oleh kutu kebul baik nimfa maupun imago. Kerusakan daun yang ditimbulkan rata-rata pada setiap genotipenya lebih dari 10%. Intensitas kerusakan tertinggi pada genotipe No. 22 (MLGG 706 sebesar 48%) yang disusul genotipe No. 37 (MLGG 762 sebesar 44%, Tabel 2). Terdapat satu genotipe yang intensitas kerusakan daunnya lebih rendah daripada IAC 100 dan G 100 H yaitu genotipe No. 10 (MLGG 616 sebesar 11,4%), di mana intensitas kerusakan daun pada IAC 100 sebesar 16,1% dan G 100 H sebesar 14,2% (Gambar 3). MLGG 706 paling peka terhadap kutu kebul. Hal ini terlihat bahwa populasi kutu kebul yang ada pada daun semakin lama populasinya semakin rendah, tetapi intensitas kerusakan daun makin tinggi. Morfologi tanaman mempengaruhi proses makan serangga. Faktor yang mempengaruhi adalah morfologi daun baik berupa kerapatan trikoma maupun kerapatan stomata. Kutu kebul akan mencari stomata sebagai jalan masuknya stilet. Masuknya stilet kutu kebul ke dalam jaringan parenkim daun menyebabkan jaringan rusak sehingga daun mengkeriting kedalam (Gerling 1990). Terdapat beberapa cara pemilihan inang kutu 256 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2015

kebul antara lain pemilihan tanaman sebelum hinggap, di mana kutu kebul memilih spesies tanaman dengan warna tertentu. Warna kuning atau hijau sangat disukai kutu kebul. Pemilihan inang setelah hinggap bekaitan dengan kesukaan makan kutu kebul. Kutu kebul biasanya suka pada daun yang berserat seperti kapas atau sangat menyukai daun yang bertrikoma (Gerling 1990). Berdasarkan hal tersebut berarti bahwa tinggi rendahnya populasi kutu kebul tetap menyebabkan kerusakan pada daun, sehingga terjadi hambatan fotosintetis. Dengan demikian, keberadaan kutu kebul di pertanaman harus sangat diperhatikan. Gambar 3. Intensitas kerusakan daun akibat serangan kutu kebul pada masing-masing aksesi. Tabel 2. Rata-rata intensitas kerusakan daun akibat serangan kutu kebul pada aksesi kedelai (Balitkabi 2010). No Aksesi Pengamatan ke (HST) 21 28 35 1 2 3 4 5 1 MLGG 511 2,9 h-k 3,7 c-m 5,3 g-m 2 MLGG 535 5,3 a-e 3,9 c-l 6,2 c-k 3 MLGG 536 3,5 e-k 4,0 c-l 6,7 b-h 4 MLGG 552 3,8 d-k 4,1 c-l 6,0 c-m 5 MLGG 588 3,4 f-k 3,5 d-m 4,6 j-m 6 MLGG 592 4,7 a-h 4,7 h-i 5,7 e-m 7 MLGG 595 5,3 a-e 5,3 a-e 6,9 a-g 8 MLGG 597 4,7 a-h 4,9 b-g 6,3 c-k 9 MLGG 602 2,7 i-k 2,1 m 5,8 d-m 10 MLGG 616 2,1 k 2,6 l-m 4,8 i-m 11 MLGG 649 4,1 d-j 4,7 b-i 5,8 d-m 12 MLGG 650 3,9 d-j 2,3 lm 4,5 k-m 13 MLGG 653 3,5 e-k 3,6 c-m 6,8 a-h 14 MLGG 674 2,9 h-k 3,8 c-m 5,9 c-m 15 MLGG 679 2,7 i-k 2,9 i-m 5,1 g-m Sari et al.: Kelimpahan Populasi Kutu Kebul pada Genotipe Kedelai 257

1 2 3 4 5 16 MLGG 685 2,4 jk 2,6 l-m 4,4 lm 17 MLGG 687 4,2 c-j 3,0 h-m 5,4 g-m 18 MLGG 688 4,7 a-h 4,5 b-j 7,4 a-f 19 MLGG 695 4,4 b-i 5,4 abc 8,3 ab 20 MLGG 696 3,0 h-k 2,9 i-m 5,5 f-m 21 MLGG 699 3,7 d-k 4,0 c-l 5,7 e-m 22 MLGG 706 6,2 ab 6,9 a 8,7 a 23 MLGG 707 3,2 g-k 3,7 c-m 6,6 b-i 24 MLGG 708 4,4 b-i 4,2 c-j 5,8 d-m 25 MLGG 737 2,9 h-k 4,3 b-k 6,7 b-h 26 MLGG 738 2,9 h-k 3,7 c-m 6,2 c-m 27 MLGG 739 5,5 a-d 4,3 b-k 7,6 a-d 28 MLGG 745 3,6 e-k 4,2 c-j 7,4 a-f 29 MLGG 749 4,1 d-j 4,9 b-g 6,6 b-i 30 MLGG 752 3,6 e-k 3,7 c-m 5,3 g-m 31 MLGG 743 4,1 d-j 4,8 b-g 6,2 c-m 32 MLGG 744 3,0 h-k 3,7 c-m 6,7 b-h 33 MLGG 757 3,8 d-k 3,7 c-m 5,4 g-m 34 MLGG 758 4,2 d-j 5,3 abcd 7,6 a-d 35 MLGG 759 4,7 a-h 5,1 a-f 6,8 a-h 36 MLGG 814 3,9 d-j 3,9 c-m 6,9 a-g 37 MLGG 762 6,1 abc 6,2 ab 7,5 a-e 38 MLGG 763 6,3 a 4,7 b-j 6,2 c-l 39 MLGG 768 4,6 a-h 4,3 b-k 6,5 b-i 40 MLGG 770 4,9 a-g 5,1 a-f 7,8 abc 41 MLGG 771 3,3 g-k 2,8 j-m 6,1 c-m 42 MLGG 772 4,1 d-j 4,3 b-k 6,0 c-m 43 MLGG 773 5,2 a-f 5,0 b-f 6,9 a-g 44 MLGG 782 3,7 d-k 3,8 c-m 6,2 c-m 45 MLGG 786 2,5 jk 3,4 e-m 5,6 e-m 46 MLGG 795 3,5 e-k 2,6 l-m 6,4 c-j 47 MLGG 801 3,4 f-k 4,4 b-k 5,0 h-m 48 MLGG 798 3,7 d-k 3,3 f-m 5,3 g-m 49 MLGG 799 4,6 a-h 3,8 c-m 5,8 d-m 50 MLGG 800 3,0 h-k 3,1 g-m 5,4 g-m 51 G 100 H 2,1 k 3,0 h-m 5,4 g-m 52 IAC-100 3,3 g-k 3,6 c-m 4,3 m P value 0,0002 ** 0,0008 ** 0,0006 ** LSD 1,8 1,8 1,8 Data dianalisis dengan menggunakan (x+0,5). Huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda sangat nyata pada taraf uji F 5%. KESIMPULAN Kelimpahan populasi kutu kebul pada semua aksesi/genotipe kedelai sama, artinya seluruh aksesi/genotipe yang diuji peka terhadap kutu kebul. Monitoring kutu kebul perlu dilakukan untuk menghindari kegagalan panen. 258 Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2015

DAFTAR PUSTAKA Gerling, D. 1990. Whiteflies: Their bionomics, pest status and management. Athenaeum Press. Britain. 348 p. Hawaii Crop Knowledge Master. 2010. Sweetpotato whitefly. http://www.umn.edu/cues/inter /Whitefsp.html. Acessed 20 Mei 2011. Hirano, K., E. Budiyanto, and S. Winarni. 1993. Biological characteristics and forecasting outbreaks of the whitefly, Bemisia tabaci, a vector of virus diseases in soybean fields. http:// www.fftc.agnet.org>>tehnical bulletins. Accessed 01 April 2015. Indrayani. I.G.A.A. 2002. Studi pustaka bioekologi dan teknik pengendalian hama lalat putih, Bemisia spp. (Homoptera: Aleyrodidae). http://www.winpdf.com. Acessed 02 Desember 2010. Kogan, M. and S.G. Turnipseed. 1987. Ecology and management of soybeans anthropods. Annual Review of Entomology 32:507 538. Mau, R.F.L. dan Keesing J.M.L. 2007. Bemisia tabaci (Gennadius). Department of Entomology. Honolulu. Hawai. 9 pp. J.M. Diez (eds). Samudra I.M. and A. Naito. 1991. Varietal resistance of soybean to whitefly Bemisia tabaci Genn. In Proceeding of Final Seminar on the Strengthening of Pioneering Research for Palawija Crop Production (ATA-378). Central Research Institute for Food Crops, Bogor, Indonesia. p: 51 55. Smith, C.M. 1989. Plant resistance to insects. United States of America. 286 p. Tengkano, W., M. Roechan, U. Kartosuwondo, dan B. Sakti. 1986. Periode kritik tanaman kedelai Orba terhadap serangan virus yang ditularkan oleh Bemisia tabaci Genn. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Bogor, 89 96. Sari et al.: Kelimpahan Populasi Kutu Kebul pada Genotipe Kedelai 259