BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia baik dari segi spiritual,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. kanak-kanak yang meliputi perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

BAB I PENDAHULUAN. dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

Peran Pemerintah dalam Pemberian Program Pembelajaran. pada Pendidikan Anak Usia Dini. Fitria Rachmanty

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang cerdas dan berkarakter. Demikian pula dengan pendidikan di

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih delapan (0-8) tahun.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

PROGRAM PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK. Disusun oleh : Rita Mariyana, M.Pd, dkk.

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helga Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI PERMAINAN GAMBAR DALAM BAK PASIR DI TAMAN KANAK-KANAK BINA ANAPRASA MEKAR SARI PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan. spiritual) dan sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama).

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual. Aziz Alimul (dalam Erwan: 2005). Definisi anak usia

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB I. Pendahuluan. usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.

Tangani PAUD Secara Holistik-Integratif! Monday, 04 November :18

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan lingkungan hidup. Afandi (2013) mengatakan bahwa pendidikan

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan kemanusian untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

I. PENDAHULUAN. Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal

BAB I PENDAHULUAN. cara belajar anak dibuat yang menyenangkan. Di usia 5 6 tahun anak

2016 PERSEPSI PEMANGKU KEPENTINGAN TERHADAP PROFESIONALITAS GURU PAUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional (sisdiknas), disebutkan dalam pasal 1 ayat (14), Pendidikan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Hal ini sesuai dengan undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional yaitu: Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan tersebut merupakan tujuan utama dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia baik dari segi spiritual, kognitif, afektif, emosi, sosial, dan kemandirian yang merupakan wujud kepribadian bangsa dan telah mengarahkan dunia pendidikan untuk mewujudkan bangsa yang berkarakter. Menurut Oemar Hamalik(1995) bahwa pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan itu sendiri, pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri, pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan semua upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan manusia yang berkualitas di lihat dari segi pendidikan, telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan Nasional. Nasution (1995) mengatakan bahwa masa depan bangsa terletak dalam tangan generasi muda. Mutu bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak sekarang. Terutama melalui pendidikan formal yang 1

diterima di sekolah. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan jenjang awal anak mengikuti jenjang pendidikan, pendidikan anak usia dini tidaklah semata-mata dapat menyekolahkan anak di sekolah untuk menimba ilmu pengetahuan, namun lebih luas dari itu. Arti penting Pendidikan Anak Usia Dini menjadi perhatian internasional dan ketika mendefinisikan jenjang pendidikan (level of education) UNESCO dan perstujuan Negara-negara anggotanya menyebut jenjang pendidikan sebagai internasional standard classification of education (ISCED) dengan tujuh klasifikasi perjenjang mulai dari prasekolah sampai dengan jenjang pendidikan tinggi (jenjang prasekolah (level 0) disebut juga sebagai Pendidikan Anak Usia dini. Pendidikan Prasekolah adalah pendidikan bagi anak usia 3-5 tahun. Beberapa Negara memulainya lebih awal (2 tahun) dan beberapa Negara lain mengakhiri lebih lambat (6 Tahun). Untuk beberapa Negara Pendidikan Anak Usia Dini ini dimasukan kedalam pendidikan prasekolah dan pendidikan dasar. NAEYC (National Association For the Education of Young Children) dalam NAEYC postion statement menyebutkan bahwa program Anak Usia Dini adalah program pada sekolah, pusat, atau lembaga lain yang memberikan layanan bagi anak sejak lahir hingga usia 8 tahun program tersebut termasuk penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (Family Child Care Home). Pendidkan Pra sekolah baik Swasta atau Negeri TK dan SD dalam pelayanan mereka mengelompokkan usia anak dalam 0-3 tahun (first three years of life) 3-5 tahun dan 6-8 tahun. Teori psikologi perkembangan mengelompokan manusia dalam tahap-tahap perkembangan tertentu mulai dari lahir sampai dengan meninggal. Tahap perkembangan tersebut akan menentukan tugas perkembangan masing- 2

masing manusia. Tahap dari lahir samapai sebelum anak memasuki usia sekolah atau awal sekolah disebut anak usia dini. Dalam modul sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini DIREKTORAT PAUD 2004: 9) disebutkan bahwa Anak Usia Dini adalah: 1. Kelompok manusia berumur 0-6 tahun (di Indonesia berdasarkan UU No 20 Tahun 2003) 2. Kelompok manusia yang berumur 0-8 tahun (Eva Esa 1996 : Dede Supriadi 2005) 3. Kelompok anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik kasar dan halus). Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, daya kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat perkembangan yang sedang dimulai oleh anak. 4. Berdasarkan keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia dini terbagi kedalam empat tahapan yaitu masa bayi (usia lahir 12 bulan), masa balita (usia 1-3 tahun ) masa prasekolah (usia 3-6 tahun), masa kelas awal SD (Usia 6-8 tahun). Pada masa rentang usia tersebut merupakan masa emas ketika perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosional, bahasa dan sosial berlangsung secara cepat. Dari lahir sampai kurang lebih dua tahun perkembangan anak sangat berkaitan dengan keadaan fisik dan kesehatannya. Oleh karenanya pendidikan anak usia dini sebagai jenjang pertama yang di ikuti anak sebagai pembentukan pribadi yang baik maka pembelajaran yang di butuhkan oleh anak harus dapat bermakna. Apa yang dicapai disekolah ditentukan oleh kurikulum sekolah itu sendiri. Yadi Rochyadi (1998) mengatakan bahwa salah satu pedoman pelaksanaan kurikulum adalah pedoman kegiatan pembelajaran. Pedoman ini memberi arahan, saran, serta wawasan kepada para pelaksana pendidikan dalam merencanakan, 3

menyelenggarakan dan menilai kegiatan pembelajaran. Karena setiap pemebelajaran mempunyai ciri khas yang berdampak terhadap pelaksana kegiatan pembelajaran. Pedoman kegiatan pembelajaran yang memberikan arahan yang bersifat umum, juga mencerminkan pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan kekhususan setiap pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara Nasional dan kurikulum yang di sesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas pendidikan yang bersangkutan. Kurikulum dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu itu meliputi tujuan pendidikan Nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik (Sukmadinata, 2000 : 58). Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Perkembangan dalam pengembangan kurikulum pada saat ini menerapkan Permen No 58 Tahun 2009 merupakan kurikulum yang operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan satuan pendidikan. Sejalan dengan kebijakan perkembangan Permen No 58 Tahun 2009, maka muatan lokal merupakan kegiatan integral dalam struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pada jenjang pendidikan TK muatan lokal telah dilakukan. Pengembangan kurikulum mulok di maksudkan terutama untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan pengembangan kurikulum sentralistik, yang bertujuan agar peserta didik mencintai dan mengenal lingkungannya. Serta 4

mampu melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional, maupun pembangunan lokal, sehingga peserta didik tidak terlepas dari akar sosial budaya lingkungannya. Pada hakikatnya kurikulum muatan lokal merupakan perwujudan dari pasal 38 ayat 1 undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi Pelaksanaan kegiatan pendidikan di dasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang di sesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dan ciri khas suatu pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional menetapkan setidaknya empat strategi pokok pembangunan Nasional yaitu:(1) peningkatan dan pemerataan kesempatan pendidikan, (2) relevansi pendidikan, (3) kualitas pendidikan, dan (4), efisiensi pengelolaan pendidikan. Pemerintah telah mengambil kebijakan link and match yang dioperasikan melalui pengembangan kurikulum muatan lokal (Rumli 2004:2). Relevansi yang dimaksudkan ialah memaksimalkan muatan lokal untuk menghasilkan kemampuan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan lokal dan sejauh mungkin melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan. Peningkatan pendidikan merupakan salah satu dari empat strategi pokok pembangunan pendidikan nasional. Pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui pengembangan kurikulum muatan lokal. Tetapi masih belum maksimal. Karenanya pengembangan kurikulum muatan lokal masih perlu ditingkatkan dan disempurnakan untuk kepentingan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan 5

menyempurnakan kurikulumnya, menambah fasilitas dan sumber belajar maupun meningkatkan kemampuan guru. Kesadaran manusia memelihara dan menjaga lingkungannya menjadi sesuatu yang sangat penting. Penanaman kesadaran cinta lingkungan dan nilai-nilai kearifan untuk hidup berdampingan secara harmonis dengan alam bukanlah proses singkat. Hal itu memerlukan waktu yang tidak sebentar. Salah satu upaya penanaman dan pewarisan nilai-nilai etika lingkungan tersebut dilakukan melalui proses belajar pada institusi pendidikan, hingga akhirnya Bandung dan Wilayah pemerintah Propinsi Jawa Barat sesuai dengan kebijakan gubernur yang mewajibkan seluruh tingkat satuan pendidikan untuk menggunakan pendidikan lingkungan hidup sebagai salah satu muatan lokal yang diresmikan pada bulan januari 2007 dan disahkan pada tanggal 2 mei 2007 yang bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung yang menyatakan dari segi hasil yang diperoleh pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup dalam kegiatan pembelajaran masih kurang memadai. Hal ini disebabkan karena pendidikan lingkungan hidup belum bisa menghasilkan perubahan tingkah laku siswa. Masih banyak perilaku siswa yang tidak menggmbarkan perhatian kepada lingkungannya. Oleh karena itu untuk membiasakan siswa untuk lebih memperhatikan lingkungannya diperlukan proses pembelajaran yang memerlukan waktu yang sangat panjang salah satunya dengan bentuk kurikulum muatan lokal. Menurut Iskandar (2007) gagasan Wali Kota Bandung untuk memberikan pendidikan lingkungan hidup di pendidikan dasar dan menengah di Kota Bandung adalah gagasan yang patut kita hargai dan perlu kita dukung karena merupakan 6

suatu usaha agar siswa dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap lingkungannya. Di Jawa Barat khususnya di Kota Bandung kesadaran akan kondisi pendidikan lingkungan hidup seperti itu akan mengalami jalan panjang. Berdasarkan berbagai masukan dari banyak pihak khususnya dari Dewan Pemerintah Kehutanan dan lingkungan tatar sunda hidup sebagai muatan kurikulum disekolah mulai dari TK, SD, SMP, SMA, perlunya kurikulum lingkungan hidup ini dirasakan sangat penting. Pendidikan lingkungan hidup ada berdasarkan banyak pemikiran akan fenomena yang sering terjadi dilingkungan sekitar kita seperti bencana banjir, pemanasan global, tsunami, gempa, tanah longsor, yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan. Dengan implementasi kurikulum pendidikan lingkungan hidup harapan penulis untuk bisa menambah kecintaannya terhadap alam dan dapat menjadi alat bagi siswa untuk menganalisis situasi dan kondisi alam dan lingkungannya hidup erat kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Karena guru bertindak sebagai fasilitator dalam mengembangkan kurikulum pendidikan lingkungan hidup. Peran guru sangat penting dan menjadi faktor yang utama dan perlu mendapat perhatian utama karena disamping kurikulum, baik buruknya kurikulum pada akhirnya tergantung pada kreativitas guru sebagai perencanaan dan pelaksanaan kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup, guru diberi keleluasaan untuk mengembangkan pendidikan lingkungan hidup dengan rambu-rambu dari pemerintah kota setempat. Sukmadinata, (2000:194) mengemukakan bahwa betapapun bagusnya suatu kurikulum, tetapi 7

hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh guru dan juga murid dalam kelas. Pendapat tadi menujukan bahwa kurikulum pendidikan lingkungan hidup sangat luas materinya sehingga kita dapat memilih dan mengembangkan serta merencanakan sesuai dengan kebutuhan guru, orang tua, tokoh masyarakat serta pemerintah daerah sesuai dengan karakteristik anak usia dini. TK Negeri Centeh Kota Bandung merupakan salah satu sekolah yang serius dalam melaksanakan kurikulum muatan lokal pendidikan lingkungan hidup saat ini. Hasil pegamatan di lapangan dalam proses implementasi kurikulum lingkungan hidup di TK Negeri Centeh pun masih menjadi permasalahan utamanya bagi guru karena guru menjadi perencana, pelaksana, dalam pembelajaran lingkungan hidup. Karena di TK Negri Centeh tidak ada guru khusus untuk melaksanakan kegiatan pendidikan lingkungan hidup. Guru kelas bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengevaluasi dari kegiatan lingkungan hidup itu sendiri yang pembelajaran yang mudah diterima oleh anak. Untuk itu peneliti ingin mengkaji dan mengenal Implementasi Program Pendidikan Lingkungan Hidup di Taman Kanak-Kanak dengan menggunakan metode studi deskriptif di Taman Kanak-Kanak Negeri Centeh Kota Bandung. 8

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Perencanaan Program Pendidikan Lingkungan Hidup di Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Kota Bandung Tahun Ajaran 2011-2012? 2. Bagaimana Pelaksanaan Program Pendidikan Lingkungan Hidup di Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Kota Bandung Tahun Ajaran 2011-2012? 3. Bagaimana Evaluasi Program Pendidikan Lingkungan Hidup di Taman Kanak-Kanak Negeri Centeh Kota Bandung Tahun Ajaran 2011-2012? 4. Apa Kendala dalam Penerapan Program Pendidikan Lingkungan Hidup di Taman Kanak-Kanak Negeri Centeh Kota Bandung Tahun ajaran 2011-2012? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui Perencanaan Kurikulum pendidikan Lingkungan Hidup di Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Kota Bandung Tahun ajaran 2011-2012. 2. Untuk mengetahui Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup di Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Kota Bandung Tahun ajaran 2011-2012. 9

3. Untuk mengetahui Evaluasi Program Pendidikan Lingkungan Hidup di Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Kota Bandung Tahun ajaran 2011-2012. 4. Untuk mengetahui Kendala dalam Penerapan Program Pendidikan Lingkungan Hidup di Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Kota Bandung Tahun ajaran 2011-2012. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagi Anak Agar anak terbiasa bersikap empati terhadap lingkungan alam yang ada disekitar anak. 2. Bagi Guru Guru dapat memberikan pembelajaran dan pengalaman yang bermakna bagi anak untuk membangun kesadaran lingkungan dan berdisiplin terhadap lingkungan. 3. Bagi Sekolah Dapat berperan secara optimal dalam mengembangkan kurikulum pendidikan lingkungan hidup. 10

E. Asumsi Dasar Peneliti berasumsi bahwa pendidikan haruslah: 1. Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas alami dan buatan, bersifat teknologi dan sosial. 2. Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai pada jenjang pendidikan prasekolah dan berlanjut pada jenjang berikutnya. 3. Mempunyai pendekatan yang bersifat interdisipliner, dengan menarik atau mengambil isi atau ciri spesifik dari masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang holistik dan perspektif yang seimbang. 4. Memampukan peserta didik untuk mempunyai peranan dalam merencanakan pengalaman belajar mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima konsekuensinya dari keputusan tersebut. 5. Menghubungkan kepekaan terhadap lingkungan, pengetahuan, keterampilan memecahkan masalah. 6. Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran dan berbagai pendekatan dalam pembelajaran mengenai pendidikan lingkungan hidup dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat praktis dan memberikan pengalaman langsung kepada pesrta didik. 11

F. Pembatasan Istilah Pembatasan istilah dalam penelitian ini adalah mencakup dalam: a. Implementasi menurut Hamalik (2007: 328) implementasi kurikulum mencakup kedalam tiga kegiatan pokok yaitu, pengembangan program, pelaksanaan program, dan evaluasi program. - Pengembangan program pembelajaran mencakup program tahunan, semester, bulanan, mingguan dan harian. Selain itu ada program bimbingan atau program remidial. - Pelaksanaan program pembelajaran yakni, proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku peserta didik tersebut. - Evaluasi program pembelajaran adalah proses pelaksanaan semua kurikulum semester serta penilaian akhir, formatif dan sumatif mencakup penilaian keseluruhan secara utuh untuk keperluan evaluasi pelaksanaan kurikulum. b. Kurikulum jika didefinisikan yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19 yang berbunyi: kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 12

c. Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama, baik secara individu maupun secara kolektif, untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dengan mencegah timbulnya masalah baru. d. Taman Kanak-kanak adalah jenjang pendidkan anak usia dini (yakni anak yang berada pada rentang usia enam tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Taman Kanak-kanak adalah tempat yang aman nyaman (safe and comfertable) untuk bermain sehingga pelaksanaan pendidikan di Tk harus mampu mnciptakan lingkungan bermain yang aman dan nyaman sebagai wahana tumbuh kembang anak. G. Metode Penelitian 1. Metode Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan bagian dari penelitian kualitatif. Adapaun tujuan dari penelitian kualitatif sendiri adalah untuk memberikan gambaran secara sitematis dan akurat dari fenomena-fenommena yang ada, atau hubungan hubungan antara fenomena yang diteliti apa adanya tanpa perlakuan perlakuan khusus. Berkaitan dengan hal tersebut, alasan peneliti menggunakan metode deskriptif ini adalah bahwa penelitian yang dilakukan di Tk Negeri Centeh Kota Bandung, merupakan upaya untuk memperoleh data 13

dan mengungkapkan secara faktual kondisi di lapangan berdasarkan hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi bukan menguji hipotesis tapi berusaha untuk menyimpulkan beberapa informasi yang berada mengenai penerapan program pendidikan lingkungan hidup sehingga dapat terungkap dengan jelas tanpa ada rekayasa dari pihak manapun. 2. Lokasi dan Sumber Penelitian Dalam peneitian deskriptif ini yang diambil sebagai subjek penelitian adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab, benar-benar mengetahui,menguasai, dan banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaran di kelas meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan lingkungan hidup adalah peserta didik dari Taman Kanak-kanak Negeri Centeh Kota Bandung yang terletak di Jl. Pacar No 5 Kota Bandung, sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelompok B kelas Semangka. 3. Teknik pengumpulan data Untuk keperluan pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data yaitu observasi, catatan lapangan (Field Notes), teknik wawancara, dan dokumentasi. a. Observasi Menurut Margono (2005), observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau 14

berlangsungnya peristiwa tersebut diamati melalui teknik pencatatan di lapangan dan daftar cek, catatan lapangan (field note) merupakan kegiatan menyusun kembali catatan-catatan yang diperoleh di lapangan kedalam bentuk uraian yang lebih rinci. b. Wawancara Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Adapun sifat wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara yang terstruktur dan tidak terstruktur. c. Catatan Lapangan Menurut Bogdan dan Biklen (1982) catatan lapangan merupakan catatan tertulis mengenai apa yang didengar, di lihat, dialami, dalam rangka mengumpulkan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Molceng, 2005:153). Selain itu catatan lapangan merupakan buku jurnal harian yang di tulis peneliti secara bebas, buku ini mencatat seluruh kegiatan pembelajaran serta sikap siswa dari awal sampai akhir pembelajaran (Septiadi, 2008). d. Dokumentasi Dokumentasi jika diartikan menurut kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai sesuatu yang tertulis, tercetak, terekam, yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Dokumentasi menurut Paul otlet (1995) adalah 15

kegiatan khusus berupa pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penemuan kembali dan penyebaran dokumen. 16