BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Melestarikan habitat pesisir saat ini, untuk keuntungan di esok hari

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan panjang garis pantai km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

PENDAHULUAN. karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Pantai Kawasan pesisir

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Pesisir dan Pantai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bantu yang mampu merangsang pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

DAMPAK REKLAMASI PANTAI MARINA KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

3.1 Metode Identifikasi

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURANDAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. dari pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai km

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut dan memiliki potensi sumber daya

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam pengertian lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Wilayah pesisir dan laut Indonesia yang kaya dan beragam sumber daya alam telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan utama khususnya protein hewani, sejak berabad-abad lamanya. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia juga memiliki fungsi lain, seperti transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah. Hingga saat ini wilayah pesisir memiliki sumber daya dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Wilayah pesisir memiliki daerah pertemuan antara darat dan laut, kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti pencemaran wilayah pesisir. - 12 -

Ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut. Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling mudah terkena dampak bagian kegiatan manusia. Umumnya kegiatan pembanguna, secara langsung maupun tidak langsung berdampak merugikan terhadap ekosistem pesisir. Manusia dan lingkungan hidup terdapat adanya hubungan timbal-balik dan membentuk sistem yang dapat disebut ekosistem. Dalam hubungan yang timbal-balik itu maka adanya keselarasan ekologi yang timbul di dalam kehidupan makhluk hidup, sehingga hubungan yang harmonis dengan lingkungan terjadi keseimbangan interaksi antara makhluk hidup dan lingkungan yang harus dapat selalu dibina dan dikembangkan agar terjadinya keselarasan, keserasian dan keseimbangan. 1 Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan (ekosistem) dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami ataupun buatan (man-made). Ekosietem alami terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah: terumbu karang (coral reaf), hutan mangrove, padang lamun, pantai berpasir (sandy beach). Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa: tambak, kawasan pariwisata, kawasan industri, dan kawasan pemukiman. 1 Prihantoro Laksmi., Manusia dan Lingkungan Hidup, FMIPA IKIP Bandung, Bandung, 1989, hlm.168. - 13 -

Sumber daya wilayah pesisir terdiri dari sumber daya alam yang dapat dipulihkan dan sumber daya alam yang tidak dapat dipulihkan, sumber daya yang dapat pulih antara lain meliputi: sumber daya perikanan (plangton, ikan, mamalia laut), rumpu laut (seaweed), hutan mangrove, dan terumbu karang. Sedangkan sumber daya tidak bisa dipulih: minyak dan gas, pasir, timah, dan mineral serta bahan tambang lainnya. 2 Seiring dengan perkembangan peradaban, masyarakat membutuhkan lahan-lahan baru dalam kegiatan sosial ekonominya, sedangkan lahan yang ada di daratan semakin terbatas. Dengan keadaan seperti ini masyarakat mulai memanfaatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan, sehingga muncul permasalahan yang berkaitan dengan penyediaan lahan bagi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan lahan, menjadikan usaha reklamasi pantai sebagai salah satu konsekuensi logis bagi penyediaan lahan bagi aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat. Reklamasi pantai dapat diartikan sebagai pekerjaan untuk mendapatkan bidang lahan dengan luasan tertentu di daerah pesisir laut. Reklamasi adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau bantaran sungai. tujuan utama reklamasi menjadikan kawasan berair yang rusak atau tidak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan ini biasanya akan dimanfaatkan untuk pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoaan, tempat pariwisata. Reklamasi pantai tentu akan berpengaruh terhadap lingkungan, karena 2 Rokhmin Dahuri, Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Luatan Secara Tepadu, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1996, hlm. 11-14 -

penyediaan lahan berarti perubahan dan pertumbuhan yang berangsur-angsur atau secara cepat merubah corak, sifat, dan keadaan lingkungan hidup. Dalam setiap langkah penyediaan lahan perlu adanya pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif yang harus dapat dipersiapkan sejak sedini mungkin sebelum adanya pelaksanaan pembangunan. Permasalahan lingkungan hidup telah terjadi suatu penyakit kronis yang sangat dirasakan sulit untuk dipulihkan padahal dalam permasalahan lingkungan hidup yang selama ini sering terjadi di Indonesia paradigma pembangunan yang mementingkan pertumbuhan ekonomi dan mengabaikan faktor lingkungan yang dapat dianggap sebagai suatu penghambat pembangunan. 3 DKI Jakarta dengan desakan pertambahan penduduk yang pesat, meningkatnya kebutuhan lahan, sulitnya pembebasan lahan bagi pengembangan Kota Jakarta. Sehingga rencana pengembangan reklamasi pantai Utara Jakarta seluas 5.153 Ha merupakan upaya Pemerintah DKI Jakarta sebagai tempat alternatif bertambahnya penduduk yang semakin pesat dan untuk meningkatkan kualitas lingkungan Pantai Utara Jakarta sehingga mewujudkan kota pantai (waterfront city). Kegiatan reklamasi pantai sangat memungkinkan timbulnya dampak yang diakibatkan, dari wilayah yang kemungkinan terkena dampak adalah: Pertama, wilayah pantai yang semula merupakan ruang publik bagi masyarakat itu akan hilang atau berkurang 3 Otto Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2014, hlm. 48. - 15 -

karena akan dimanfaatkan kegiatan privat. Dari sisi lingkungan banyak biota laut yang mati baik flora maupun fauna karena timbunan tanah urugan sehingga mempengaruhi ekosistem yang sudah ada. Kedua, sistem hidrologi gelombang air laut yang jatuh ke pantai akan berubah dari alaminya. Berubahnya alur air akan mengakibatkan daerah diluar reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak sehingga kemungkinan akan terjadinya abrasi, tergerus atau mengakibatkan terjadinya banjir atau rob karena genangan air yang banyak dan lama. Ketiga, aspek sosialnya, kegiatan masyarakat di wilayah pantai sebagian besar adalah sebagai petani tambak, nelayan ataupun buruh. Sementara itu, reklamasi perlu adanya kajian mengenai dampak dari suatu usaha atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup sebagai penyeimbang dari pertumbuhan pembangunan yang menimbulkan dampak yang tidak terduga terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosial. Seperti dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan atau kegiatan. Sehingga AMDAL diperlukan dalam setiap proses pembangunan, baik dari perencanaan hingga nantinya pada pengawasan. - 16 -

AMDAL memperhatikan tiap aspek lingkungan yang ada, baik fisikkimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sebagai penyeimbang antara lingkungan hidup dan pembangunan memiliki standar standar yang harus ditegakkan dalam upaya menjaga keseimbangan kedua aspek tersebut. Dalam pelaksanaan lembaga terkait dalam hal ini harus memperhatikan setiap aspek yang ada dan berhubungan dengan apa yang menjadi pokok persoalan, baik itu dari pelaku usaha, masyarakat, efek lingkungan, hingga pemerintah sendiri. Posisi-posisi tersebut dapat menyebabkan terabaikannya pertimbangan lingkungan hidup di dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan. Akibatnya, dari kualitas lingkungan semakin hari semakin menurun yang ditandai dengan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup di berbagai wilayah pesisir DKI Jakarta. Masyarakat mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan dalam hidupnya dari lingkungan, seperti semakin tingginya kebudayaan manusia maka semakin beraneka ragam kebutuhan hidupnya, semakin besar jumlah kebutuhan hidup yang diambil dari lingkungan, maka semakin besar perhatian manusia terhadap lingkungan. 4 4 Budi Alamsyah, Membangun Masyarakat Berwawasan Lingkungan, Pikiran Rakyat, Bandung, 2003, hlm. 2. - 17 -

Dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan sebenarnya terdapat tingkat kesulitan yang besar. Baik itu dilihat dari dalam lembaga itu sendiri atau dari luar, seperti ketika kita melihat terkadang banyak permasalahan timbul akibat tuntutan pembangunan yang terkadang membuat manusia melupakan lingkungan hidup. Dalam penanganan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan reklamasi pantai Utara Jakarta terdapat banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam menilai dampak terhadap lingkungan. Dalam perkembangannya, setiap aktivitas dalam pembangunan yang bersentuhan dengan lingkungan hidup, memerlukan suatu standar mengenai Baku Mutu Lingkungan (BML) yang menjadikan tugas tersebut menjadi tidak mudah, karena membutuhkan tenaga dan waktu penelitian yang tidak sedikit karena itu beberapa peraturan telah membuat pola yang sistematis untuk pelaksanaan kajian memperoleh pendataan yang baik. Pada setiap kajian konsep AMDAL yang mempelajari dampak pembangunan terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap pembangunan juga didasarkan pada konsep ekologi yang dengan secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara mahluk hidup dengan lingkungan. AMDAL merupakan bagian ilmu ekologi pembangunan yang mempelajari hubungan timbal balik atau interaksi antara pembangunan dan lingkungan. 5 5 Otto Soemarwoto, Op. Cit. hlm. 37. - 18 -

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan untuk dapat memperhatikan semua aspek baik itu dari lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya maupun dari kepentingan pembangunan itu sendiri. Dalam hal ini dengan latar belakang seperti yang sudah diuraikan diatas maka penulis mengambil judul ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN REKLAMASI PANTAI UTARA JAKARTA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta? 2. Apa saja hambatan pelaksanaan penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pelaksanan penyusunan Anlisis Mengenai Dampak Lingkungan proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta. 2. Untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan proyek Reklamasi Pantai Utara Jakarta. - 19 -

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Dapat menambah wawasan bagaimana tentang ilmu hukum lingkungan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, memberikan gambaran kepada masyarakat khususnya tentang hukum lingkungan yang didirikan dalam lingkungan masyarakat. 2. Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini nantinya akan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam penelitian atau evaluasi terhadap permasalahan dampak lingkungan yang dihasilkan dari perencanaan atau kegiatan. Sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat tentang pengetahuan permasalahan dampak lingkungan. - 20 -