BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar (SD) menjadi fokus perhatian dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Terlepas dari hal itu, penanaman nilai-nilai melalui sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak pernah dipisahkan dari aspek kehidupan suatu bangsa.

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional adalah. pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

BAB I PENDAHULUAN. motivasi belajar. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. satunya dipengaruhi oleh faktor kualitas pendidikan negara tersebut. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI SMK NEGERI 1 PADANGSIDIMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Proses

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cerdas dan berkarakter dalam mengembangkan potensinya.

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang guru tidak hanya dituntut berdiri di depan kelas untuk berceramah

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu interaksi manusia antara pendidik/guru dengan anak

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. didik usia enam sampai dengan dua belas tahun, dididik untuk menjadi. selanjutnya ke jenjang yang lebih tinggi. (UUSPN, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU. selalu dituntut untuk memikirkan tentang bagaimana cara merencanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses pendidikan di suatu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan di segala bidang. Hingga kini pendidikan

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. mana yang benar dan salah, dengan pikiran manusia dapat berpikir bahwa dia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan, dikembangkan bibit-bibit sumber daya manusia yang mempunyai potensi dan kompetensi yang siap membangun bangsa untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1, pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dapat pula dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku siswa agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada (Syaiful Sagala, 2010: 3). Dengan demikian, pendidikan merupakan proses mengembangkan potensi siswa secara menyeluruh sehingga potensi yang dimiliki bermanfaat dan membawa kemajuan dalam bidang pendidikan. Salah satu cara untuk membawa kemajuan dalam bidang pendidikan adalah mengeluarkan kebijakan dalam bidang pendidikan. Saat ini salah satu bentuk kebijakan dalam bidang pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah adalah diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam implementasinya, KTSP merupakan 1

sebuah rancangan pembelajaran yang memiliki kedudukan strategis dalam keseluruhan proses dan hasil pembelajaran bahkan menjadi indikator pendidikan secara keseluruhan. Berlakunya KTSP pada hakikatnya menuntut kemandirian guru sebagai pengembang kurikulum. Kegagalan dan keberhasilan pelaksanaan kurikulum dalam pembelajaran di kelas tergantung pada kompetensi dan pengetahuan yang dimiliki guru. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 20, pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Udin S. Winataputra, 2008: 20). Proses pembelajaran yang baik tidak bersifat satu arah, melainkan terjadi interaksi multiarah yang bersifat edukatif antara guru, siswa, dan lingkungan belajar yang dapat membentuk hubungan timbal balik. Pembelajaran tidak hanya menekankan pada aspek materi saja, tetapi aspek sikap dan keterampilan yang didapat melalui proses pembelajaran harus dapat dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan pembelajaran diukur berdasarkan ketercapaian kompetensi yang ditetapkan sejak awal kegiatan pembelajaran. Hal ini menuntut guru dan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Kedua pihak ini perlu mengadakan kerja sama saling mendukung sehingga memungkinkan tercapainya kompetensi pembelajaran. Salah satu cara untuk mencapai keberhasilan pembelajaran adalah memilih dan menggunakan model pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Berkaitan dengan model pembelajaran, Syaiful Sagala (2010: 176) 2

mengemukakan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan suatu model pembelajaran harus memperhatikan beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, materi pelajaran, karakteristik perkembangan siswa, kebutuhan siswa, dan sumber belajar yang tersedia. Guru perlu mempersiapkan kemampuan dan kreativitas serta dapat mengembangkan model pembelajaran yang menarik dan melibatkan siswa secara aktif. Implementasi pembelajaran tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan karakteristik perkembangan siswa. Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia SD (usia 7 tahun hingga 12 tahun). Piaget mengemukakan bahwa masa kanak-kanak akhir tergolong masa operasional konkret dimana siswa berfikir logis terhadap objek yang konkret. Kemampuan berfikir berkembang dari tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak. Pada masa ini, siswa sudah dapat memecahkan masalah-masalah yang bersifat konkret (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 106-107). Karakteristik perkembangan kognitif siswa SD pada tahap operasional konkret dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru dalam memilih dan mendesain model pembelajaran. Oleh karena itu, dalam 3

belajar diupayakan siswa harus mengalami sendiri dan terlibat langsung dengan objek yang dipelajarinya. Berdasarkan data observasi tanggal 21, 25, dan 26 Oktober 2011 di SD Muhammadiyah Mutihan Wates, perbandingan rata-rata nilai UTS IPS dengan nilai UTS mata pelajaran lain kelas IV Semester I Tahun Ajaran 2011/ 2012, sebagai berikut: Tabel 1. Perbandingan Rata-rata Nilai UTS IPS dan Nilai UTS Mata Pelajaran lain Semester I Tahun Ajaran 2011/ 2012 No. Kelas Jumlah Nilai Rata-rata UTS Siswa PKn MTK B.Indonesia IPA IPS 1. IV.2 23 70,30 62,17 83,91 67,34 66,34 2. IV.3 23 68,13 63,86 85,26 65,47 65,95 KKM 70 65 70 70 70 Berdasarkan data tabel di atas, secara umum rata-rata hasil UTS IPS kedua kelas masih rendah dibandingkan rata-rata hasil UTS mata pelajaran lain. Hasil observasi dan wawancara guru kelas IV SD diperoleh beberapa informasi yaitu pembelajaran PKn menerapkan model pembelajaran langsung. Penerapan model pembelajaran tersebut bertujuan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, rasional, dan berpartisipasi membentuk karakter personal siswa dalam kehidupan bermasyarakat sehingga berdampak pada hasil belajar kognitif siswa yang lebih baik. Pembelajaran Bahasa Indonesia menerapkan model pembelajaran langsung. Penerapan model pembelajaran tersebut bertujuan agar siswa dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Selain itu, agar siswa terampil berkomunikasi 4

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga berdampak pada hasil belajar kognitif siswa yang lebih baik. Pembelajaran IPA menerapkan model pembelajaran langsung. Penerapan model pembelajaran tersebut memfokuskan pada proses dan produk serta memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi, eksperimen, dan demonstrasi dengan mempertimbangkan pemahaman konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa. Penggunaan model pembelajaran tersebut memberi dampak pada hasil belajar kognitif siswa yang cukup baik dan mengembangkan kemampuan psikomotorik siswa. Pembelajaran Matematika menerapkan model pembelajaran langsung. Tujuan penerapan model tersebut memfokuskan siswa pada kapasitas latihan-latihan soal dan penalaran. Penggunaan model pembelajaran tersebut membawa dampak pada hasil belajar kognitif siswa yang cukup baik. Pembelajaran IPS masih menerapkan model pembelajaran konvensional. Penggunaan model pembelajaran tersebut memfokuskan pada aspek kognitif sehingga pengembangan aspek sikap dan keterampilan siswa belum optimal. Penggunaan model pembelajaran tersebut memberikan hasil belajar kognitif siswa yang rendah. Model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran PKn, Bahasa Indonesia, IPA, dan Matematika menggunakan model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang ditujukan untuk membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar 5

dan memperoleh informasi selangkah demi selangkah (Trianto, 2010: 41). Model pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Penggunaan suatu model pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga diharapkan akan membawa dampak pada hasil belajar kognitif siswa yang lebih baik. Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran IPS masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Djamarah (Isjoni dan Mohd. Arif, 2008: 158-159) mengemukakan model pembelajaran konvensional disebut juga model ceramah, karena sejak dulu model ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan siswa dalam proses belajar dan pembelajaran. Guru belum pernah menerapkan model-model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran IPS. Kegiatan pembelajaran IPS masih terfokus pada kegiatan-kegiatan siswa berupa mencatat bahan pelajaran yang sudah ada dalam buku, kegiatan menghafal materi pelajaran, dan ceramah guru yang lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang didapat melalui kegiatan hafalan akan menghasilkan siswa yang tidak sepenuhnya memahami materi pelajaran dan menghasilkan produk hafalan yang bersifat sementara. Selain itu, cakupan materi IPS berupa konsep, informasi, dan hafalan sehingga membuat pembelajaran menjadi monoton dan membosankan. Saat proses pembelajaran IPS, beberapa siswa ada yang menggunakan waktunya untuk 6

bermain daripada memperhatikan materi pelajaran. Hal tersebut membawa dampak pada hasil belajar kognitif IPS siswa yang rendah. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah di atas yaitu menerapkan model pembelajaran yang tepat. Seorang guru perlu menguasai dan menerapkan berbagai model pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran, guru perlu memperhatikan beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, karakteristik perkembangan siswa, kebutuhan siswa, materi pelajaran, serta sumber belajar yang tersedia sehingga akan berdampak pada hasil belajar yang lebih baik. Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) merupakan model pembelajaran yang memfokuskan pada kerja sama untuk mencapai tujuan belajar bersama. Terkait model pembelajaran kooperatif Slavin (1984) mengemukakan pendapatnya sebagaimana dikutip oleh Etin Sholihatin dan Raharja (2009: 4), sebagai berikut: Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 siswa, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa jenis model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD. Aronson (Isjoni dan Mohd. Arif, 2008: 155) mengemukakan bahwa teknik belajar kooperatif 7

jenis Jigsaw lebih menyangkut kerja sama dan saling ketergantungan antar siswa. Selain itu, Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Selain model pembelajaran kooperatif Jigsaw, jenis lain yang digunakan sebagai model pembanding dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif STAD. Slavin (Trianto, 2010: 68-69) mengemukakan model pembelajaran kooperatif STAD adalah model pembelajaran dimana siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggota 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Terkait pembelajaran IPS, pemilihan materi pelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pelajaran dengan memperhatikan karakteristik perkembangan siswa SD pada tahap operasional konkret. Hal tersebut perlu diperhatikan sebab untuk belajar materi baru perlu disiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan hasil belajar siswa yang diperoleh akan lebih baik. Pembelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD dilakukan sebagai suatu model pembelajaran baru yang diharapkan akan berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS, pengembangan sikap, dan keterampilan sosial dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 8

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, Perbedaan Hasil Belajar Kognitif IPS Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan STAD pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Mutihan Wates. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran IPS masih menggunakan model pembelajaran konvensional. 2. Guru belum pernah menerapkan model-model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran IPS. 3. Saat proses pembelajaran IPS, beberapa siswa masih ada yang menggunakan waktunya untuk bermain daripada memperhatikan materi pelajaran. 4. Cakupan materi IPS berupa konsep, informasi, dan hafalan sehingga membuat pembelajaran menjadi monoton dan membosankan. 5. Kegiatan pembelajaran IPS masih terfokus pada kegiatan siswa berupa mencatat bahan pelajaran yang sudah ada dalam buku, kegiatan menghafal materi pelajaran, dan ceramah guru yang lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. 6. Secara umum, rata-rata hasil UTS IPS Semester 1 kedua kelas masih rendah dibandingkan rata-rata hasil UTS pada mata pelajaran lain (lihat tabel 1). 9

C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti memberikan batasan masalah mengenai ada tidaknya perbedaan hasil belajar kognitif IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah Mutihan Wates. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah peneliti kemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kognitif IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah Mutihan Wates? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah Mutihan Wates. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini memberikan masukan sekaligus pengetahuan serta wawasan untuk mengetahui gambaran secara kuantitatif perbedaan hasil belajar kognitif IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah Mutihan Wates. 10

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi sekolah, pemerintah, dan lembaga-lembaga pendidikan untuk menentukan kebijaksanaan pengembangan kurikulum khususnya pada pembelajaran IPS. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti 1) Dapat mengetahui kelebihan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD. 2) Menambah pemahaman dan pengetahuan mengenai model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD. b. Bagi Guru 1) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran yang inovatif sehingga diharapkan pembelajaran IPS dapat berlangsung secara optimal. 2) Hasil penelitian dapat digunakan untuk memberikan gambaran perbedaan hasil belajar kognitif IPS siswa kelas IV SD yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan STAD. c. Bagi Siswa 1) Melatih siswa untuk bekerja sama dalam kelompok. 2) Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. 3) Meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS. 11