BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 35 TA1Jf1N 2011 TENTANG GERAKANMASYARAKATHIDUP SEHAT DI PROVINSIJAWA TENGAH

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

GAMBARAN SUMBER DAYA KESEHATAN (TENAGA BIDAN) PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengkoordinasikan dan memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

Mengkoordinasikan dan memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS)

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 19 TAHUN 2017

2 pembinaan dan pengembangan usaha kesehatan sekolah/madrasah di setiap sekolah/madrasah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada

BERITA DAERAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2016

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2017

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2017

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 26 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PELUANG DAN TANTANGAN IAKMI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2017

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 17 TAHUN 2017

WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2017, No Indonesia Nomor 5360); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indones

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN STRATEGIS PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES PUSKESMAS KARANG MULYA KECAMATAN PANGKALAN BANTENG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 22 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2015

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

KERANGKA ACUAN PROGRAM PROMKES DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA UPTD PUSKESMAS PUCANGSAWIT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 51 TAHUN 2016

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF. BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2014

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN PROBOLINGGO

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ely Isnaeni, S. Kep, M. Kes

Transkripsi:

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, serta mewujudkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat; b. bahwa dalam rangka mempercepat dan mensinergikan kegiatan dan tindakan dari upaya promotif dan preventif hidup sehat, guna meningkatkan produktivitas masyarakat dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit sebagaimana tertuang dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, perlu melaksanakan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) melalui peningkatan lingkungan sehat, pemahaman hidup sehat dan konsumsi pangan sehat; c. bawa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di Provinsi Nusa Tenggara Barat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 6 tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3656); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4535);

4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017 Nomor 3); Menetapkan : MEMUTUSKAN: PERATURAN GUBERNUR TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan: 1. Provinsi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2. Gubernur adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat. 3. Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu Gubernur dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi. 4. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, yang selanjutnya disingkat GERMAS, adalah suatu tindakan yang sistimatis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pasal 2 Maksud ditetapkannya Peraturan Gubernur ini adalah sebagai pedoman bagi Perangkat Daerah dan Pemangku kepentingan, dalam melaksanakan GERMAS untuk mempercepat, mensinergikan kegiatan dan tindakan dari upaya promotif dan preventif hidup sehat guna meningkatkan produktivitas penduduk dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit. Pasal 3 Tujuan ditetapkannya Peraturan Gubernur ini adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk : a. berperilaku sehat dalam upaya meningkatkan kualitas hidup;

b. meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat; c. meningkatkan produktivitas masyarakat; dan d. mengurangi beban biaya kesehatan. Pasal 4 Sasaran GERMAS adalah individu, keluarga dan masyarakat. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 5 Ruang lingkup Peraturan Gubernur ini meliputi: a. pelaksanaan GERMAS; b. kelembagaan; c. kerja sama; d. pembiayaan; dan e. monitoring, evaluasi dan pelaporan. BAB III PELAKSANAAN GERMAS Bagian Kesatu Umum Pasal 6 GERMAS dilaksanakan melalui kegiatan: a. peningkatan aktivitas fisik; b. peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); c. penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi; d. peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit; e. peningkatan kualitas lingkungan; dan f. peningkatan edukasi hidup sehat. Pasal 7 Pelaksanaan GERMAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 melibatkan seluruh komponen yaitu: a. Pemerintahan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan maupun Desa/Kelurahan; b. institusi pendidikan; c. swasta dan dunia usaha; d. organisasi kemasyarakatan; dan e. individu, keluarga dan masyarakat. Bagian Kedua Peningkatan Aktivitas Fisik Pasal 8 (1) Peningkatan aktivitas fisik dilakukan di tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat umum, dan tempat kerja, yaitu berupa kegiatan senam sehat bugar, gerak barisan, gerak kapten, senam anak bangsa dan senam nusantara (peregangan di tempat kerja).

(2) Kegiatan peningkatan aktivitas fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan ketahanan fisik, kesehatan dan kebugaran masyarakat. (3) Untuk mendukung pelaksanaan peningkatan aktivitas fisik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Perangkat Daerah terkait menetapkan kebijakan dan mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing. Bagian Ketiga Peningkatan Perilaku Hidup Sehat dan Bersih Pasal 9 (1) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat mencakup semua perilaku yang harus dipraktikkan di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit, penyehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi, dan pemeliharaan kesehatan. (2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterapkan di tatanan: a. rumah tangga; b. institusi pendidikan; c. tempat kerja; d. tempat umum; dan e. fasilitas pelayanan. (3) Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a mencakup: a. persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan; b. pemberian ASI eksklusif; c. meninmbang bayi dan balita setiap bulan; d. menggunakan air bersih; e. mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun; f. menggunakan jamban sehat; g. memberantas jentik nyamuk di rumah; h. makan sayur dan buah setiap hari; i. melakukan aktivitas fisik setiap hari; dan j. tidak merokok. (4) Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ditatanan institusi pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b mencakup: a. mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun; b. mengkonsumsi makanan dan miuman sehat; c. menggunakan jamban sehat; d. membuang sampah ditempat sampah; e. tidak meludah sembarangan tempat; f. memberantas jentik nyamuk; g. tidak mengkonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA); dan h. tidak merokok. (5) Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan tempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c mencakup: a. mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun; b. mengkonsumsi makanan dan minuman sehat;

c. menggunakan jamban sehat; d. membuang sampah di tempat sampah; e. tidak meludah sembarangan tempat; f. memberantas jentik nyamuk; g. tidak mengkonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA); dan h. tidak merokok. (6) Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan tempat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d mencakup: a. mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun; b. menggunakan jamban sehat; c. membuang sampah di tempat sampah; d. tidak merokok; e. tidak meludah sembarangan tempat; f. memberantas jentik nyamuk; g. tidak mengkonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA); dan h. tidak merokok. (7) Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di tatanan fasilitas pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e mencakup: a. mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun; b. mengkonsumsi makanan dan minuman sehat; c. menggunakan jamban sehat; d. membuang sampah di tempat sampah; e. tidak meludah sembarangan tempat; f. memberantas jentik nyamuk; g. tidak mengkonsumsi Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA); dan h. tidak merokok. Bagian Ketiga Penyediaan Pangan Sehat dan Percepatan Perbaikan Gizi Pasal 10 Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi dilakukan melalui : a. pengawasan keamananan dan mutu pangan segar yang tidak memiliki kandungan pestisida berbahaya; b. pengawasan mutu dan keamanan hasil perikanan; c. menjamin keamanan mutu pangan olahan yang beredar di masyarakat; d. pengawasan dan intervensi keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS); e. peningkatan pengawasan terhadap peredaran dan penjualan bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam pangan; dan f. bimbingan kesehatan pranikah untuk mendorong peningkatan status gizi pengantin.

Bagian Keempat Peningkatan Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit Pasal 11 (1) Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit mencakup kegiatan pemeriksaan kesehatan secara rutin. (2) Sasaran pemeriksaan kesehatan secara rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah setiap penduduk usia diatas 15 (lima belas) tahun. (3) Pemeriksaan kesehatan secara rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bertujuan untuk : a. mendorong masyarakat mengenali faktor resiko Penyakit Tidak Menular; b. melakukan upaya pengendalian segera ditingkat individu, keluarga dan masyarakat; c. mendorong penemuan faktor resiko fisiologis berpotensi Penyakit Tidak Menular yaitu kelebihan berat badan dan obesitas, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, gangguan indera dan gangguan mental; dan d. mendorong percepatan rujukan kasus berpotensi ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan sistem rujukan lanjut. (4) Untuk mendukung pelaksanaan pencegahan dan deteksi dini penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dilakukan upaya : a. peningkatkan pelaksanaan deteksi dini penyakit di Puskesmas dan jaringannya (Posbindu, Penyakit Tidak Menular), serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah; b. penyediaan sarana prasarana skrining Penyakit Tidak Menular; c. peningkatan pelayanan promotif dan preventif untuk peserta program Jaminan Kesehatan Nasional. Bagian Kelima Peningkatan Kualitas Lingkungan Pasal 12 Peningkatan kualitas lingkungan didukung dengan upaya : a. pengendalian pencemaran badan air; b. penghapusan penggunaan bahan bekas tambang dan bahan berbahaya di lokasi pertambangan yang berdampak pada kesehatan; c. mendorong masyarakat untuk membangun dan memanfaatkan bank sampah; dan d. mendorong kemitraan lingkungan dan peran serta masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan.

Bagian Keenam Peningkatan Edukasi Hidup Sehat Pasal 13 Peningkatan edukasi hidup sehat mencakup pelaksanaan : a. kampanye gerakan masyarakat hidup sehat; b. pendidikan mengenai gizi seimbang dan pemberian ASI eksklusif; c. pelaksanaan kampanye gemar berolahraga; d. peningkatan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah dan madrasah; e. peningkatan pendidikan keluarga untuk hidup sehat di satuan pendidikan; f. perluasan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) pada masyarakat; g. peningkatan promosi makanan dan minuman sehat; h. pengawasan terhadap iklan/tayangan yang tidak mendukung GERMAS; i. promosi penggerakan partisipasi kaum perempuan dalam upaya deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular; j. peningkatan komunikasi; k. informasi dan edukasi GERMAS bagi keluarga, perempuan dan anak. BAB IV KELEMBAGAAN Bagian Kesatu Pembentukan Pasal 14 (1) Untuk kelancaran pelaksaaan GERMAS, Gubernur membentuk Forum Komunikasi GERMAS sebagai wadah koordinasi pelaksanaan GERMAS yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. (2) Forum Komunikasi GERMAS melakukan rapat koordinasi minimal 2 (dua) kali dalam setahun. Pasal 15 Pelaksanaan kegiatan GERMAS dilaksanakan secara sinergis oleh seluruh anggota Forum dan secara teknis dikoordinasikan oleh Kepala Dinas Kesehatan. Bagian Kedua Tugas Pasal 16 Tugas Forum Komunikasi GERMAS meliputi: a. menyusun dan merencanakan kegiatan sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan GERMAS pada perangkat daerah; b. melakukan fasilitasi, koordinasi, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan kegiatan GERMAS; dan

c. melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf b, kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. Bagian Ketiga Susunan Organisasi Pasal 17 Susunan Keanggotaan Forum Komunikasi GERMAS sebagimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: 1. Ketua : Kepala Bappeda Provinsi NTB 2. Sekretaris : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB 3. Anggota : perangkat daerah terkait BAB V PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 18 (1) Pelaksanaan GERMAS dilakukan evaluasi setiap 2 (dua) tahun sekali. (2) Perangkat Daerah, lintas sektor terkait, dunia usaha dan organisasi masyarakat sebagai pelaku/pelaksana GERMAS menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Ketua Forum Komunikasi GERMAS setiap 6 (enam) bulan. (3) Ketua Forum Komunikasi GERMAS menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Gubernur dengan tembusan ke Menteri Dalam Negeri setiap 1 (satu) kali dalam setahun. BAB VI KERJA SAMA Pasal 19 (1) Dalam pelaksanaan kegiatan GERMAS, dapat bekerjasama dengan: a. Provinsi lain; b. Kabupaten/Kota diluar Provinsi NTB; c. Akademisi; d. Swasta; dan/atau e. Organisasi Kemasyarakatan. (2) Pelaksanaaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama. (3) Tata cara pelaksanaan perjanjian kerjasama sebagai dimaksud pada ayat (2) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 20 Pembiayaan dalam pelaksanaan kegiatan GERMAS bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; dan/atau c. Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Diundangkan di Mataram pada tanggal 4 Desember 2017 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI NTB, ttd. H. ROSIADY HUSAENIE SAYUTI Ditetapkan di Mataram pada tanggal 4 Desember 2017 GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, ttd H. M. ZAINUL MAJDI BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2017 NOMOR Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM, H. RUSLAN ABDUL GANI NIP. 19651231 199303 1 135