BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Moeheriono (2009:4) mendefinisikan kapabilitas sebagai sebuah karakteristik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengindikasikan cara berpikir, bersikap dan bertindak, serta menarik kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Mursyidi (2009: 1), akuntansi pemerintahan (governmental

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

2. Kerangka Teoritis 2.1. Laporan Keuangan Pemerintah Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

BAB II DASAR TEORI. 1. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan. dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Standar Akuntansi Keuangan

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengertian Sistem Sistem diperlukan dalam suatu unit usaha agar tujuan dapat dicapai dengan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENYUSUNAN HIPOTESIS

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 18 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. Kesinambungan Entitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

2. TELAAH TEORITIS 2.1 Laporan Keuangan Pemerintah Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kompetensi Menurut Moeheriono (2009:4) mendefinisikan kompetensi :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

PERATURAN GUBERNUR BENGKULU NOMOR : 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PROVINSI BENGKULU

BAB I PERBANDINGAN STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik

Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

> *\ PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN ^UL^pT)

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 23 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 33 TAHUN 2015 T E N T A N G KEBIJAKAN AKUNTANSI

PROVINSI JAWA TENGAH

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN (Menurut PP No 71 Tahun 2010 ttg SAP)

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur. Tahun 2000 yang mengatur Pokok-pokok Pengelolaan dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

-1- KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KEPULAUAN SULA

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BERITA DAERAH KOTA BIMA WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

Lampiran I. Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. proses pengumpulan, pengelolaan dan pengkomunikasian informasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan kepada literaturliteratur

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unsur dari Sistem Pengendalian Internal. Untuk memastikan bahwa Sistem

LAMPIRAN I.01 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2010 TANGGAL

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

I. PENDAHULUAN.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PENDAHULUAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS,

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI I. KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2014

INFORMASI TENTANG LAPORAN OPERASIONAL YANG DISAJIKAN DALAM CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Kapabilitas Moeheriono (2009:4) mendefinisikan kapabilitas sebagai sebuah karakteristik dasar seseorang yang mengindikasikan cara berfikir, bersikap, dan bertindak serta menarik kesimpulan yang dapat dilakukan dan dipertahankan oleh seseorang pada waktu periode tertentu. Rudana (2006:6) menyatakan pengertian kapabilitas adalah: karakteristik yang mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung terhadap, atau dapat meprediksikan, kinerja yang sangat baik. Dari definisi ini, kapabilitas dapat digambarkan sebagai kemampuan individu yang tidak hanya sebatas memiliki keterampilan (skill) saja namun lebih dari itu, yaitu memiliki pemahaman secara mendetail sehingga benar benar menguasai kemampuannya, mengetahui kelemahan yang dimiliki, hingga cara mengatasi kelemahan tersebut. Hutapea dan Toha (2008) menyatakan bahwa terdapat tiga komponen utama pembentukan kapabilitas, yaitu: pengetahuan yang dimiliki oleh individu, keterampilan, dan sikap individu tersebut. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap dapat diuraikan sebagai berikut: 10

11 1) Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh seorang pegawai untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan bidang yang digelutinya, pengetahuan pegawai juga turut menentukan Fberhasil tidaknya pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya. 2) Keterampilan merupakan suatu upaya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan perusahaan kepada seorang pegawai dengan baik dan maksimal. Keterampilan sangat dibutuhkan bagi seorang pegawai yang sudah menduduki jabatan tertentu. 3) Sikap merupakan pola tingkah laku seorang pegawai didalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan perusahaan. Apabila pegawai mempunyai sifat yang mendukung pencapaian organisasi, maka secara otomatis segala tugas yang dibebankan kepadanya akan dilaksanakan sebaik-baiknya Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kapabilitas adalah kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan sebuah tugas yang dibebankan dengan kinerja yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. 2.1.2 Sumber Daya Manusia berikut: Menurut Matindas (2002) mendefinisikan sumber daya manusia sebagai Sumber Daya Manusia adalah satu kesatuan tenaga manusia yang ada didalam organisasi dan bukan hanya sekedar penjumlahan pegawai-pegawai yang ada. Sebagai kesatuan, sumber daya manusia harus dipandang sebagai suatu sistem

12 dimana tiap-tiap pegawai berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia dapat diukur berdasarkan latar belakang pendidikan yang diperoleh pegawai. SKPD haruslah memiliki sumber daya yang kapabel, yang didukung dengan latar belakang pendidikan akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan memiliki pengalaman didalam bidang keuangan dalam pengelolaan keuangan daerah. Hal ini diperlukan untuk menerapkan sistem akuntansi yang ada. Menurut Siagian (2002:69) seseorang bisa mendapatkan pengalaman secara langsung dan tidak langsung. Pengalaman didapatkan secara langsung apabila seseorang pernah bekerja pada suatu organisasi. Menurut pengalaman secara tidak langsung didapatkan dengan cara mengamati dan mengikuti suatu peristiwa didalam suatu organisasi tanpa menjadi anggota dimana peristiwa tersebut diamati dan diikuti. Sumber daya yang kapabel inilah yang nantinya akan memahami logika akuntansi sehingga dapat meminimalisir kekeliruan didalam pembuatan laporan keuangan pemerintah daerah. 2.1.3 Akuntansi Akrual Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, seluruh pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menggunakan prinsip pengakuan akuntansi berbasis akrual dimulai pada tahun 2015. Menurut Halim (2012:16) definisi pengakuan yaitu : Himpunan dari standar-standar akuntansi yang menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi-transaksi dan peristiwa lainnya harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan.

13 Basis akuntansi berhubungan saat pencatatan pendapatan dan biaya atau belanja. Sehingga merujuk pada peraturan yang tercantum didalam PP No. 71 Tahun 2010 mengenai pengakuan akuntansi berbasis akrual, dapat didefinisikan sebagai dasar akuntansi yang mengakui transaksi pada saat transaksi tersebut terjadi. Oleh karena itu transaksi-transaksi dicatat dalam catatan akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan pada periode terjadinya. Menurut Bastian (2005:123) basis akrual yaitu mengakui dan mencatat transaksi atau kejadian keuangan pada saat terjadinya atau pada saat perolehan. Menurut International Public Sector Accounting Standard Board (2011:15) akuntansi berbasis akrual adalah: Accrual accounting basis is where economic transactions and other events are recognized, recorded and presented in the financial statements at the time of the transaction, regardless of time of cash or cash equivalents received or paid Sementara itu manfaat basis akrual menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 yaitu waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat. Didalam PP Nomor 71 Tahun 2010 juga menjelaskan bahwa laporan keuangan haruslah dibuat sesuai dengan periode palaporan akuntansi atau dilakukan secara periodic, pencatatan haruslah dilakukan sesuai dengan pos-pos semestinya, dan bukti traksaksi juga harus tersedia agar tercipta laporan keuangan yang memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan

14 Sehingga dapat disimpulkan bahwa basis akrual membukukan pendapatan pada saat timbulnya hak tanpa memperhatikan kapan penerimaannya terjadi, sudah diterima maupun belum, serta membukukan pembelanjaan pada saat kewajiban terjadi tanpa memperhatikan kapan pembayaran dilaksanakan. Basis akrual akan mencakup pencatatan terhadap transaksi yang terjadi dimasa lalu dan berbagai hak dan kewajiban dimasa yang akan datang. Basis akrual akan meliputi semua aktivitas dibandingkan dengan basis kas. 2.1.4 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas. Menurut Nordiawan, (2011:33) laporan keuangan yang disajikan harus disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku agar laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya sehingga dapat dijadikan sebagai acuan didalam pengambilan keputusan Sementara itu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut: Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Bastian (2010:297) mengatakan bahwa laporan keuangan sektor publik merupakan representasi posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh

15 suatu entitas sektor publik. Entitas pelaporan menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah yang jika menurut peraturan perundangundangan wajib menyampaikan laporan keuangan. Dari beberapa pengertian laporan keuangan dapat ditarik simpulan bahwa laporan keuangan adalah laporan tertulis mengenai kondisi keuangan suatu entitas yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan atas transaksitransaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan 2.1.4.1 Pengguna Laporan Keuangan Daerah Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menyebutkan bahwa pengguna laporan keuangan pemerintah terdiri atas: 1) Masyarakat; 2) Para wakil rakyat, lembaga pengawas, lembaga pemeriksa; 3) Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman; dan 4) Pemerintah. Pengguna laporan keuangan pemerintah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Masyarakat. Masyarakat merupakan kelompok terbesar dari pengguna laporan keuangan pemerintah, yang terdiri atas para wajib pajak, warga negara

16 yang ikut andil dalam pemilihan pemimpin daerah atau pusat serta kelompok-kelompok yang mempunyai ketertarikan khusus dalam laporan keuangan pemerintahan. 2) Para wakil rakyat, lembaga pengawas, lembaga pemeriksa. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa merupakan salah satu pengguna laporan keuangan yang nantinya akan memberikan penilaian tentang laporan keuangan yang disajikan oleh entitas pelaporan 3) Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman. Entitas pelaporan harus memberikan informasi yang berguna investor dan kreditur pemerintahan yang nantinya akan berguna untuk penilaian kemampuan pemerintah dalam membiayai kegiatan serta memenuhi kewajibannya. 4) Pemerintah. Pemerintah merupakan pengguna laporan keuangan yang juga turut memberikan penilaian terhadap aktivitas pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh suatu entitas, pemerintah biasanya akan melihat keberhasilan suatu entitas apabila laporan keuangan yang disajikan telah sesuai dengan realisasinya.

17 2.1.4.2 Tujuan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah Menurut Mardiasmo (2004:37), secara garis besar tujuan umum penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah adalah sebagai berikut: 1) Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan. 2) Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi. Mardiasmo melanjutkan tujuan laporan keuangan secara khusus oleh pemerintah daerah adalah sebagai berikut: 1) Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber daya finansial jangka pendek pemerintah daerah. 2) Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan perubahan-perubahan yang terjadi 3) Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaian dengan perundang-undangan, kontrak yang disepakati, dan ketentuan lain yang disyaratkan 4) Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran, serta untuk memprediksi pengaruh kepemilikan dan pembelanjaan sumber daya ekonomi terhadap pencapaian tujuan operasional.

18 5) Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasional. Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menjelaskan bahwa pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan: 1) Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan daya keuangan; 2) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran; 3) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai; 4) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya; 5) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

19 6) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalamai kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut didalam PP Nomor 71 juga dijelaskan bahwa laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan 2.1.4.3 Komponen Laporan Keuangan Daerah Laporan keuangan pemerintah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 terdiri atas laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports), laporan finansial, dan CaLK. Laporan pelaksanaan anggaran terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Perubahan SAL. Laporan finansial terdiri dari Neraca, LO, LPE, dan LAK. CaLk merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial. 1) Laporan Pelaksanaan Anggaran (budgetary reports) a. Laporan Realisasi Anggaran

20 Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh LRA terdiri atas: Pendapatan LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah

21 terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjama dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. b. Laporan Saldo Anggaran Lebih Laporan saldo anggaran lebih menyajikan informasi kenaikan dan penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 2) Laporan Financial (financial report) a. Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut: Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk

22 penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. b. Laporan Operasional (operational report) Laporan operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintah dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam laporan operasional terdiri dari pendapatan- LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut: Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas

23 pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan. c. Laporan Arus Kas (cash flow) Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam LAK terdiri atas: Penerimaaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah. d. Laporan Perubahan Ekuitas

24 Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 3) Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. CaLK juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian keuangan secara wajar 2.1.4.4 Kualitas Laporan Keuangan Daerah Menurut Harahap (2008:78) didalalam memenuhi keinginan pemakaian laporan keuangan, akuntansi keuangan perlu berupaya untuk membentuk dirinya agar lebih bermanfaat dan berdaya guna, oleh karena itu diperlukan kriteria persyaratan laporan akuntansi yang dianggap dapat memenuhi keinginan tersebut yaitu keinginan para pemakai laporan keuangan. Didalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 disebutkan bahwa karakteristik kualitatif laporan keuangan harus terpenuhi agar tercipta laporan

25 keuangan dapat memenuhi tujuan. Karakteristik kualitatif laporan keuangan terdiri atas empat karakteristik, yaitu: 1. Relevan Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat didalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka menevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya 2. Andal Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. 3. Dapat Dibandingkan

26 Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan 4. Dapat Dipahami Informasi yang disajikan didalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kejadian dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud. Mardiasmo (2007:35) mengatakan bahwa untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, andal, dan dapat dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi dan sumber daya manusia yang handal. Sistem akuntansi

27 dan sumber daya yang lemah menyebabkan laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan. Oleh karena itu untuk dapat menghasilkan laporan keuangan daerah yang berkualitas diperlukan penerapan sistem akuntansi daerah yang baik. 2.2 Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya yang sehubungan dengan penelitin ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut: Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya No Nama & Tahun Penelitian Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Penelitian Perbedaan Penelitian 1 Angga Dwi Pengaruh Pengaruh Variable (y) Variable Permadi (2013) Penerapan Sistem Akuntansi penerapan sistem akuntansi yang diteliti: laporan (X1) yang diteliti: kapabilitas Keuangan keuangan keuangan sumber Pemerintah daerah pemerintah daya Daerah berpengaruh daerah manusia Terhadap positif terhadap Kualitas kualitas laporan Laporan keuangan Pemerintah daerah. Daerah

28 2 Ermawati Pengaruh Penerapan SAK Variabel (y) Variabel Farida (2015) Penerapan Sistem Akuntansi dan SAP berpengaruh positif terhadap yang diteliti: laporan (X1) dan (X2) yang diteliti: Keuangan Dan kualitas laporan keuangan kapabilitas SAP Terhadap keuangan pemerintah sumber Kualitas pemerintah daerah daya Laporan daerah. manusia Keuangan dan Pemerintah penerapan Daerah sistem akuntansi akrual 3 Irwana Pengaruh Efektivitas Variabel (y) Variabel (2010) Penerapan SAP terhadap penerapan SAP berpengaruh yang diteliti yaitu: (X1) yang diteliti, Kualitas positif terhadap laporan yaitu: Laporan kualitas laporan keuangan kapabilitas Keuangan keuangan pemerintah sumber Pemerintah pemeritah Kota daya Pada Bandung manusia Pemerintah Kota Bandung

29 2.3 Kerangka Pemikiran Amran (2009) menyatakan pengertian sumber daya manusia adalah: sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu instansi, dengan adanya sumber daya manusia yang kapabel tentu akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Oleh karena itu didalam penyusunan laporan keuangan daerah tentu membutuhkan SDM yang memahami dan kapabel didalam penyunanannya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang sistem akuntansi pemerintahan ada beberapa indikator yang harus dipenuhi dalam realisasi sistem akuntansi yang baik yaitu apabila telah memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu: relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses penyusunan laporan keuangan dibutuhkan kapabilitas sumber daya manusia yang baik agar terciptanya laporan keuangan yang sesuai dengan sistem akuntasi yang berlaku dan tujuan dari laporan keuangan tersebut dapat tercapai. 2.3.1 Hubungan Kapabilitas Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Azhar (2007) mendefinisikan sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi tersebut. Sehingga pengelolaan sumber daya manusia yang baik dapat memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.

30 Menurut Ni Luh (2014) kapabilitas sumber daya manusia merupakan salah satu faktor terpenting didalam penyusunan laporan keuangan agar terciptanya laporan keuangan yang memiliki kualitas informasi yang baik sehingga dapat digunakan oleh pengguna informasi laporan keuangan. Insani (2010) menyebutkan bahwa transparasi dan akuntabilias pengelolaan keuangan daerah sebagai sebuah implementasi kebijakan publik dalam praktik, memerlukan sumber daya manusia dengan kapabilitas yang memadai dalam segi jumlah dan keahlian. Penelitian yang dilakukan oleh Rovantie (2011) yang meneliti sumber daya manusia dan penerapan sistem akuntansi pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan daerah menunjukkan hasil bahwa sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. 2.3.2 Hubungan Penerapan Sistem Akuntansi Akrual Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Standar akuntansi merupakan pedoman dan landasan bagi pemerintah dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Hal ini sesuai dengan yang tertera didalam PP 71 Tahun 2010 yang menyatakan bahwa: Standard akuntansi pemerintahan, yang selanjutnya disebut SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Didalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 juga menyatakan:

31 Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional pemerintahan serta posisi kekayaan dan kewajiban dapat dipenuhi dengan lebih baik dan memadai apabila didasarkan pada basis akrual, yakni berdasarkan pengakuan munculnya hak dan kewajiban. Selain itu menurut Deddi Nordian (2011:98) menyatakan bahwa adanya pengaruh penerapan standar akuntansi pada laporan keuangan pemerintah daerah yaitu: Standar akuntansi diterapkan di lingkup pemeritah pusat dan departemendepartemennya maupun di pemerintah daerah dan dinas-dinas. Penerapan standar akuntansi diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas laporan keuangan di pemerintah pusat maupun daerah. Berliana (2014) meneliti tentang efektivitas standar akuntansi daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (survey pada dinas pemerintah daerah kota bandung), hasilnya menunjukkan bahwa sistem akuntansi daerah berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah. Oleh karena itu instansi pemerintah pusat dan daerah wajib mengimplementasikan sistem akuntansi berbasis akrual sebagaimana yang tertera didalam PP Nomor 71 Tahun 2010 yang dimulai pada tahun anggaran 2015 2.3.3 Hubungan Kapabilitas Sumber Daya Manusia dan Penerapan Sistem Akuntansi Akrual Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Peraturan perundang-undangan tentang otonomi daerah di Indonesia terus mengalami perubahan, konsep mengenai otonomi daerah tertuang dalam Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999, kemudian direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun

32 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Berdasarkan Undang-Undang tersebut pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP yang kini telah diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Menurut Badjuri dan Trihapsari (2004:99) tujuan reformasi akuntansi dan administrasi sector publik adalah akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah pusat dan maupun daerah. Akuntabilitas dan transparansi tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah berjalan dengan baik. Untuk mendukung transparasi dan akuntabilitas laporan keuangan pemerintah didalam PP Nomor 71 Tahun 2010 menyebutkan entitas dapat menerapkan basis akuntansi kas menuju akrual paling lama empat tahun setelah tahun anggaran 2010, sehingga sejak tahun 2015 seluruh entitas pelaporan wajib menggunakan akuntansi berbasis akrual, didalam penerapan sistem akuntansi akrual dibutuhkan sumber daya yang memiliki kapabilitas didalam penyusunannya agar dapat memenuhi tujuan laporan keuangan itu sendiri. Mardiasmo (2007:35) mengatakan bahwa untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan, andal, dan dapat dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki sistem akuntansi dan sumber daya manusia yang handal. Sistem akuntansi

33 dan sumber daya yang lemah menyebabkan laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan. Penelitian yang dilakukan oleh Rovantie (2011) yang meneliti sumber daya manusia dan penerapan sistem akuntansi pemerintahan terhadap kualitas laporan keuangan daerah menunjukkan hasil bahwa sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Hilda (2014) meneliti tentang efektivitas standar akuntansi daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah (survey pada dinas pemerintah daerah kota bandung), hasilnya menunjukkan bahwa sistem akuntansi daerah berpengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah.

34 Kerangka pemikiran yang digunakan dalam merumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kapabilitas Sumber Daya Manusia Penerapan Sistem Akuntasi Akrual Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Relevan Andal Dapat Dibandingkan Dapat Dipahami Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis Penelitian

35 Sugiyono (2008:96) menyatakan pengertian hipotesis adalah: Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta empiris. Menurut Ruseffendi (2005:23), hipotesis adalah penjelasan atau jawaban tentatif (sementara) tentang tingkah laku, fenomena (gejala), atau kejadian yang akan terjadi; bisa juga mengenai kejadian yang sedang terjadi. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ha 1 : Kapabilitas Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Ha 2 : Penerapan Sistem Akuntansi Akrual berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Ha 3 : Kapabilitas Sumber Daya Manusia dan Penerapan Sistem Akuntansi akrual berpengaruh terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.