BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

1

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BEST PRACTICE PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK. Aryono Hendarto Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM

PENDAHULUAN Latar Belakang

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. prevalensi balita pendek kurus dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan,

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. makanan yang terbaik bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI DI KABUPATEN KLATEN. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. http ://digilip.unimus.ac.id

Periode emas dalam dua tahun pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : SARI DEWI MINTARDJA J

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terjadi pada 2-3% anak di seluruh dunia. 4 Angka kejadian ASS di. mengenai topik ini belum begitu banyak dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

ABSTRAK. Diella Natasha Wijaya, 2016, Pembimbing I: Grace Puspasari,dr.,M.Gizi Pembimbing II: Penny Setyawati M,dr.,SpPK.MKes

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRAKTIK PEMBERIAN MP-ASI SEBAGAI FAKTOR RISIKO GROWTH FALTERING PADA ANAK USIA 7-24 BULAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. persentase populasi ADB di Indonesia sekitar %. Prevalensi ADB di

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM

BAB I PENDAHULUAN. sehat dan berkembang dengan baik (Kemenkes, 2010). sebagai makanan dan minuman utama (Kemenkes, 2010).

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RETNO DEWI NOVIYANTI J

BAB I PENDAHULUAN. adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

SUPLEMENTASI MIKRONUTRIEN DAN PENANGGULANGAN MALNUTRISI PADA ANAK USIA DI BAWAH LIMA TAHUN (BALITA)

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan pertumbuhan intra uterin dan postnatal selama periode kritis

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. mandibula baik kanan maupun kiri, pada anak umur 6-16 bulan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL i. HALAMAN PENGESAHAN.. ii. KATA PENGANTAR. iii. HALAMAN PERSYATAAN PUBLIKASI.. iv. ABSTRAK v. DAFTAR ISI...

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASUPAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembanguan manusia Indonesia (Saputra dan Nurrizka, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus sumberdaya manusia untuk. bagi anak sejak lahir hingga usia dua tahun (Depkes RI, 2011).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Growth faltering adalah sebuah keadaan gangguan pertumbuhan yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang melambat dibandingkan dengan kurva pertumbuhan sebelumnya. 1 Salah satu cara mengidentifikasi adanya growth faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for age). Biasanya growth faltering terjadi pada bayi usia 3-12 bulan. 2 Menurut Smith dalam Clinical Pediatric Dietetics, 5-10% anak kurang dari 5 tahun di Amerika mengalami growth faltering. 3 Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 mengenai status gizi balita menurut BB/U dan TB/U, 19,6% balita di Indonesia kurus dan sangat kurus. 4 Sedangkan di Jawa Tengah, balita sangat kurus dan kurus sebanyak 11.1%. 4 Menurut Profil Kesehatan Kota Semarang tahun 2013, jumlah balita dengan status bawah garis merah (BGM) sebanyak 1.502 anak (1,7%) dari 86.515 balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dan 801 kasus gizi kurang, 32 kasus gizi buruk balita yang ditemukan tahun 2013. 5 Growth faltering menyebabkan efek jangka pendek yaitu terganggunya respon imun; terhambatnya pertumbuhan kognitif, fisik, dan psikomotor; masalah perilaku, kesulitan belajar, meningkatnya risiko infeksi; dan kematian bayi. 6-8 Sedangkan, efek jangka panjang growth faltering adalah gangguan emosional dan intelektual, risiko penyakit kronis, sindroma metabolik, dan penyakit 9, 10 makrovaskular pada usia paruh baya. Growth faltering disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi dengan kebutuhan biologis untuk pertumbuhan. 3 Kekurangan asupan energi dapat 1

2 berhubungan dengan kesulitan makan, makanan yang diberikan tidak adekuat dan atau masalah sosial emosional antara orang tua dengan anak 11, penyakit lain atau pola makan. Pola makan tersebut meliputi ASI, usia pertama MP-ASI, nafsu makan, kesehatan gigi mulut, pengetahuan orangtua tentang kebutuhan energi untuk pertumbuhan, dan kesulitan makan. Kebutuhan biologis untuk pertumbuhan dapat meningkat oleh adanya penyakit lain yang diderita seperti penyakit gastrointestinal, gangguan neurologis, atau penyakit jantung bawaan. 3 Menurut penelitian oleh Dyah Umami dkk 2009, determinan growth faltering adalah ASI tidak eksklusif, susu formula, MP-ASI dini umur <3 bulan dan ISPA. 12 Sedangkan menurut penelitian oleh A Emond dkk, growth faltering pada usia di bawah 8 minggu berhubungan dengan kemampuan mengisap dari bayi dan penyakit pada bayi. Setelah 8 minggu, faktor postnatal yang berpengaruh adalah efektivitas makanan, kemampuan makan makanan padat dan durasi ASI. 13 MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi dan diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Praktik MP- ASI harus memperhatikan jenis, tekstur, frekuensi, porsi dan ASI. WHO Global Strategy for Feeding Infant and Young Children pada tahun 2003 merekomendasikan agar MP-ASI memenuhi 4 syarat, yaitu tepat waktu, adekuat, aman, dan diberikan dengan cara yang benar. 14 Asupan nutrisi yang tidak tepat dapat menyebabkan anak malnutrisi dan berdampak pada pertumbuhan fisik maupun mental. Usia 0-24 bulan merupakan periode emas bila

3 asupan gizinya sesuai dengan tumbuh kembang yang optimal tetapi menjadi periode kritis jika tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizi yang akan mengganggu tumbuh kembangnya. 15 Pemberian MP-ASI sebelum 4 bulan merupakan faktor risiko failure to thrive dengan rasio odds 4,41 menurut penelitian Lestari dkk. 16 Hal ini diperkuat dengan penelitian Utami dkk yang menyatakan bahwa bayi yang mendapat MP- ASI kurang dari empat bulan akan mengalami risiko gizi kurang lima kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapatkan MP-ASI sejak umur empat sampai enam bulan. Penelitian ini melakukan penelitian kohort selama empat bulan dan melaporkan MP-ASI terlalu dini (kurang dari empat bulan) berpengaruh pada gangguan pertambahan berat badan bayi, meskipun tidak berpengaruh pada gangguan pertambahan panjang bayi. 17 Kualitas MP-ASI sering tidak memadai khususnya protein, energi dan mikronutrien. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, sedangkan kekurangan mikro nutrien seperti seng, kalium dan magnesium menurunkan kadar faktor pertumbuhan IGF1 sehingga dapat menyebabkan stunting 18. MP-ASI yang baik dan benar sangat penting bagi pertumbuhan anak karena MP-ASI merupakan salah satu dari empat standar emas makanan anak yang sangat penting dalam seribu hari pertama kehidupan. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode emas supaya tidak menjadi periode kritis yang berujung pada growth faltering. Penelitian oleh Dyah dkk di Kendal menyatakan MPASI dini kurang dari 3 bulan merupakan salah satu determinan growth faltering. 12 Sedangkan penelitian

4 oleh Eka dkk menyatakan tidak ada hubungan antara MP-ASI dini dengan status gizi pada usia 8-12 bulan. 19 Penelitian oleh Nur Nahdloh dkk di Kendal melaporkan ada perbedaan bermakna pada berat badan bayi kelompok MP-ASI tepat dan kurang tepat. 20 Penelitian di Bangladesh oleh Kuntal K. Saha menyatakan adanya hubungan antara praktik makanan dengan pertambahan berat dan panjang bayi. 21 Penelitian oleh Pham V. Phu di Vietnam melaporkan weight-for-height Z score dan BMI Z-score yang lebih baik pada bayi usia 5 bulan yang mendapat MP-ASI terfortifikasi. 22 Akan tetapi belum ada penelitian yang menganalisis hubungan antara growth faltering dengan praktik MP-ASI secara menyeluruh mencakup usia pertama, konsistensi, jenis pembuatan dan frekuensi MP-ASI secara utuh karena MP-ASI juga perlu dilihat secara keseluruhan untuk menilai praktik nya. Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian mengenai praktik MP-ASI sebagai faktor risiko growth faltering pada anak usia 7-24 bulan. 1.2 Permasalahan Penelitian Apakah praktik MP-ASI merupakan faktor risiko growth faltering pada anak usia 7-24 bulan? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Menganalisis praktik MP-ASI sebagai faktor risiko growth faltering pada anak usia 7-24 bulan.

5 1.3.2 Tujuan khusus 1) Menganalisis usia pertama MP-ASI sebagai faktor risiko growth faltering pada anak 7-24 bulan. 2) Menganalisis jenis pembuatan MP-ASI sebagai faktor risiko growth faltering pada anak 7-24 bulan. 3) Menganalisis konsistensi MP-ASI sebagai faktor risiko growth faltering pada anak 7-24 bulan. 4) Menganalisis frekuensi MP-ASI sebagai faktor risiko growth faltering pada anak 7-24 bulan. 5) Menganalisis tingkat pendidikan ibu sebagai faktor risiko growth faltering pada anak 7-24 bulan. 6) Menganalisis pekerjaan ibu sebagai faktor risiko growth faltering pada anak 7-24 bulan. 7) Menganalisis sosial ekonomi sebagai faktor risiko growth faltering pada anak 7-24 bulan. 8) Menganalisis ISPA sebagai faktor risiko growth faltering pada anak 7-24 bulan. 9) Menganalisis diare sebagai faktor risiko growth faltering pada anak 7-24 bulan. 10) Menganalisis riwayat ASI sebagai faktor risiko growth faltering pada anak 7-24 bulan.

6 1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat dalam bidang pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan mengenai praktik MP-ASI sebagai faktor risiko growth faltering pada anak usia 7-24 bulan. 2) Manfaat dalam bidang pengembangan penelitian Data yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai praktik MP-ASI dengan growth faltering. 3) Manfaat dalam bidang pelayanan Memberikan gambaran mengenai praktik MP-ASI dengan growth faltering pada anak usia 7-24 bulan sehingga menjadi pertimbangan dalam edukasi dan pencegahan growth faltering. 1.5 Orisinalitas Penelitian Suatu penelitian mengenai praktik MP-ASI sebagai faktor risiko growth faltering pada anak usia 7-24 bulan tidak ditemukan dalam penelusuran pustaka ataupun publikasi penelitian sebelumnya.

7 Tabel 1. Penelitian hubungan praktik MP-ASI dan growth faltering Penelitian Subjek Desain Hasil Eka IF dkk 240 subjek Kasus (2013) bebas: usia terdiri dari 80 control Palembang Dampak Usia pertama subjek kurang gizi dan Pertama MP-ASI 160 subjek Pemberian Makanan tergantung: gizi baik. Pendamping status gizi Asi Terhadap Status Gizi Bayi Usia 8-12 Bulan di Kecamatan Seberang Ulu I Palembang Nur Nahdloh dkk (2008) Kendal Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu terhadap Pertumbuhan Berat Badan Bayi 6-12 Bulan di Posyandu Desa Kutoharjo Kaliwungu Kendal Dyah UP dkk (2009) Kendal Determinan Growth faltering pada Bayi Umur 2-6 Bulan yang Lahir dengan Berat Badan Normal bayi 8-12 bulan bebas: waktu pertama, kuantitas dan kualitas MP-ASI tergantung: Berat Badan Bayi bebas: kolostrum, ASI, susu formula, MP- ASI dini, kempongan, diare, ISPA dan alokasi waktu asuh. Sari Pediatri 2013; 15(4); 249-253 19 87 bayi dari kunjungan anak 6-12 bulan di Posyandu Desa Kutoharjo Sains Medika 2013; 5(2); 107-109 20 36 subjek kasus dan 36 subjek kontrol Media Medika Indonesiana 2009; 43(5); 240-246 12 Cross sectional Kasus control Hasil analisa Chi-Square menunjukkan MP-ASI dini tidak berhubungan dengan status gizi pada usia 8-12 bulan. Uji Chi-Square menunjukkan p sebesar 0,000 yang artinya ada perbedaan bermakna berat badan bayi kelompok MP- ASI tepat dan yang kurang tepat. Regresi logistik bivariat menunjukkan determinan growth faltering ASI tidak eksklusif, susu formula, MP-ASI dini umur, ISPA.

Tabel 1. Penelitian hubungan praktik MP-ASI dan Growth faltering (lanjutan) Penelitian Subjek Desain Hasil Kuntal K Saha dkk (2008) Bangladesh Appropriate infant feeding practices result in better growth of infants and young children in rural Bangladesh Pham V. Phu (2012) Vietnam A Six-Month Intervention with Two Different Types of Micronutrient- Fortified Complementary Foods Had Distinct Short- and Long-Term Effects on Linear and Ponderal Growth of Vietnamese Infants bebas: Infant feeding practices (IFPs) tergantung: berat badan, panjang badan, indeks antropometri bayi. bebas: jenis MP-ASI tergantung: height-for-age Z-score, weight-forheight Z score, BMI Z- score 1343 bayi Am J Clin Nutr 2008; 87; 1852-9 21 426 bayi 5 bulan J. Nutr. 2012; 143; 1735-1740 22 Prospective cohort Randomized controlled sudy 8 IFP yang sesuai berhubungan dengan pertambahan berat panjang badan bayi. dan Weight-forheight Z score dan BMI Z-score pada bayi yang mendapat MP-ASI terfortifikasi lebih baik daripada yang MP-ASI tradisional Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah penelitian ini secara utuh meneliti praktik MP-ASI (usia pertama, konsistensi, jenis pembuatan, dan frekuensi MP-ASI) sebagai faktor risiko growth faltering menggunakan metode kasus kontrol. Subjek penelitiannya adalah anak usia 7-24 bulan.