Potensi dan Keragaman Karakter Kambing Kacang, Peranakan Ettawa (PE) dan Gembrong di Bali

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI KERAGAMAN SUMBERDAYA GENETIK KAMBING LOKAL INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

TINJAUAN PUSTAKA. sangat populer di kalangan petani di Indonesia. Devendra dan Burn (1994)

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

KARAKTERISTIK KAMBING GEMBRONG BALI

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

Petunjuk Teknis POTENSI PLASMA NUTFAH KAMBING LOKAL INDONESIA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Grade Kambing Peranakan Ettawa pada Kondisi Wilayah yang Berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

Fahrul Ilham ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk

KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETAWAH

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

KARAKTERISTIK UKURAN TUBUH KERBAU RAWA DI KABUPATEN LEBAK DAN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

PENGANTAR. Latar Belakang. khususnya masyarakat pedesaan. Kambing mampu berkembang dan bertahan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR

KARAKTERISTIK MORFOLOGI KAMBING PE DI DUA LOKASI SUMBER BIBIT

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

PELUANG DAN POTENSI USAHA TERNAK ITIK DI LAHAN LEBAK ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Kelompok Tani Marga Rahayu Sri Murni (KTMRSM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

Lampiran 1 Gambar cara pengukuran, corak dan pola warna bulu itik Alabio

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

TINJAUAN PUSTAKA Kambing Kambing Perah

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

Transkripsi:

Potensi dan Keragaman Karakter Kambing Kacang, Peranakan Ettawa (PE) dan Gembrong di Bali Nyoman Suyasa 1, Parwati Ida Ayu 1 dan Eni Siti Rohaeni 2 1) Balai pengkajian Teknologi Pertanian Bali 2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Telp/Fax : (0361)720498 E-mail : n.suyasa@yahoo.com Abstrak Ternak kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara di daerah pedesaan, terutama daerah dataran rendah sampai tinggi. Pada daerah dengan ketinggian yang cukup dipelihara pada wilayah yang banyak memiliki hijauan untuk pakan. Kambing yang dominan berkembang di Bali adalah kambing kacang dan Peranakan Ettawa. Di Bali saat ada tiga jenis kambing yaitu kacang, PE (Peranakan Ettawa) dan kambing gembrong. Namun yang banyak berkembang saat ini adalah kambing PE,(44.779 ekor) dan berikutnya adalah kambing kacang (23.627 ekor) diikuti kambing gembrong (16 ekor). Kambing PE memiliki ukuran tubuh yang paling besar bila dibandingkan dengan jenis kambing yang lainnya. Rata-rata bobot kambing PE mencapai 40,2 kg/ekor untuk betina dewasa dan 60 kg/ekor untuk jantan dewasa, sedangkan bobot kambing kacang jantan dewasa adalah 25 dan betina dewasa 20 kg/ekor. Kambing gembrong jantan memiliki bobot 42 dan betina 27,6 kg/ekor berada diantara PE dan kacang. Karakteristik kambing PE selain bobot yang tinggi adalah telinganya yang panjang menjuntai mencapai 12-15 cm, sedangkan pada kambing kacang hanya mencapai 4 4,5 cm. Kambing gembrong adalah bulunya yang panjang terutama pada yang jantan rata-rata mencapai 9 11 cm, dan jenggot pada yang jantan dapat mencapai 19,79 cm, yang dapat dijadikan sebagai obyek wisata. Dari ketiga jenis kambing yang ada di Bali, kambing PE merupakan jenis kambing yang paling potensial untuk dikembangkan sebagai sumber daging. Kata kunci : Gembrong, Kacang, Kambing Peranakan Ettawa, Keragaman Pendahuluan Kambing merupakan ternak yang sudah biasa dibudidayakan dimasyarakat termasuk masyarakat Bali, terutama di daerah yang memiliki wilayah dengan hijauan yang banyak. Selain sebagai sumber pendapatan dari hasil penjualan, di Bali kambing juga dipelihara sebagai sumber pupuk organik dan sebagian kecil untuk kebutuhan upacara agama. Sebagai sumber protein hewani tentu permintaan akan daging kambing dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran akan nilai gizi serta pendapatan per kapita. Namun apabila dilihat dari jumlah populasi dalam kurun waktu lima tahun terakhir populasi kambing cenderung mengalami penurunan, dari 75.049 ekor (2011) menjadi 64.467 ekor (2015), terjadi penurunan 16,41% (Disnakkeswan, 201 5). Sampai saat ini pemeliharaan kambing di Bali masih sangat bergantung pada kebaikan alam, sehingga dipelihara secara sambilan tanpa banyak campur tangan manusia apalagi dikelola sesuai potensi genetiknya (Fera Mahmilia, 2004). Di Bali ada beberapa jenis kambing yang berkembang sejak dulu. Diantaranya ada jenis kambing kacang, Peranakan Etawah dan Gembrong. Dari 3 jenis kambing ini yang banyak dijumpai saat ini adalah kambing Peranakan Etawah (PE), selain karena laku dipasaran juga pertumbuhannya cepat sehingga secara ekonomi menguntungkan bagi pemeliharanya. Untuk kambing kacang perkembangannya tidak sebanyak kambing PE, selain karena tubuhnya relatif kecil harganya juga jauh dibawah kambing PE, sehingga secara ekonomis kurang menguntungkan. Namun di wilayah karangasem bagian atas (kecamatan Kubu dan sekitarnya) permintaan kambing Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1359

kacang jenis tertentu cukup banyak (Warna Hitam) sehingga yang berkembang atau dikembangkan kambing kacang yang berwarna Hitam. Kambing jenis ini dibutuhkan untuk kebutuhan upacara agama sehingga harganya relatif lebih mahal dibandingkan kambing warna yang lainnya. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir terjadi penurunan populasi kambing yang cukup signifikan di Bali mencapai 16,41%, dari 75.046 ekor (20 11) menjadi 64.467 ekor (201 5) (Disnakkeswan, 2015). Jumlah kambing kacang saat ini mencapai 22.457 ekor sedangkan kambing Peranakan Etawah 42.010 ekor. Jumlah kambing kacang hanya 34,83% dan kambing PE 65,16% dari jumlah kambing keseluruhan. Untuk kambing gembrong saat ini populasinya sudah sangat kritis, bahkan mendekati kepunahan. Jumlah kambing gembrong saat ini hanya belasan ekor saja, itupun setelah memperoleh santunan dana dari pusat melalui kegiatan penelitian dan pengkajian di BPTP Bali. Kambing jenis ini memang dahulunya hanya ada dan berkembang di wilayah Karangasem, dimana bulunya yang panjang dapat dimanfaatkan sebagai sarana umpan untuk memancing ikan. Untuk 1 ekor kambing Gembrong jantan dewasa mampu menghasilkan bulu 0,54 kg/ekor, (Sayang Yupardi, et al.2009). Dengan banyaknya umpan memancing dari bahan sintetis/plastik dll,yang berkembang saat ini menyebabkan bulu kambing Gembrong semakin tidak diminati, dan hal tersebut juga berdampak terhadap minat untuk memeliharanya sehingga populasinya terus menurun. Metodologi Penelitian ini dilakukan di beberapa lokasi di Bali, yaitu kabupaten Jembrana dan Karangasem sebagai sentra pemeliharaan kambing Gembrong, Tabanan dan Denpasar serta Buleleng sebagai sentra pemeliharaan kambing Peranakan Ettawa dan Kabupaten Karangasem sebagai kabupaten yang paling banyak memelihara kambing Kacang. Pengamatan dilakukan terhadap dimensi tubuh seperti bobot hidup, dan ukuran anggota tubuh seperti panjang badan, tinggi pundak, tinggi pinggul, panjang tanduk, telinga, panjang dan lebar ekor, lingkar badan, baik untuk jantan maupun betina. Termasuk panjang dan lebar ekor, serta panjang bulu dari masingmasing jenis kambing. Pengamatan dilakukan menggunakan alat ukur tubuh ternak standar SNI. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 jenis kambing yaitu Kambing Kacang (5), Peranakan Ettawa (10) dan Gembrong (6). Pengamatan dilakukan dengan penimbangan dan pengukuran langsung di lokasi pemeliharaan. Untuk mengetahui bobot tubuh dilakukan dengan penimbangan menggunakan timbangan digital, dan dimensi tubuh dilakukan menggunakan alat ukur standar. Untuk pengamatan kandungan komponen darah (hematologi) dilakukan dengan pengamatan secara laboratorium resmi menggunakan masing-masing 4 ekor kambing. Hasil pengukuran dan pengamatan selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan analisis sederhana. Hasil dan Pembahasan Keragaman Ukuran Tubuh Pada Kambing Peranakan Ettawa (PE) Kambing PE merupakan kambing Peranakan Ettawa yang saat ini banyak dipelihara oleh masyarakat di Indonesia termasuk di Bali. Pada umumnya pemeliharaan kambing PE secara intensif dengan dikandangkan dengan model kandang panggung. Hal ini untuk memudahkan membersihkan kandang dan mengambil kotoran untuk pupuk tanaman. Selain karena keunggulannya dalam hal bobot yang tinggi kambing PE juga memiliki keunggulan karena 1360 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

pertumbuhannya cepat. Menurut Subandryo (2004), dalam Batubara et al. (2007) ada dua rumpun kambing yang dominan berkembang di Indonesia yakni kambing kacang dan kambing Ettawa. Untuk bobot badan kambing PE jantan dewasa yang berkembang di Bali rata-rata 58,72 kg/ekor, sedangkan betina 36,6 kg/ekor. Sedangkan panjang badan betina dewasa dan jantan dewasa adalah 78,4 cm dan 80,8 cm, sedangkan Subandryo et al (1995) memperoleh panjang badan antara jantan dan betina sama yaitu 81 cm.. Untuk tinggi pundak dan pinggul kambing jantan mencapai 83,6 cm dan 96,2 sedangkan betina dewasa hanya mencapai 75,3 cm dan 79,9 cm. Kostaman dan Sutama (2006), memperoleh rata-rata bobot betina dewasa (induk) adalah 34,41 +7,30 kg. Bobot badan betina dewasa yang mulai diberikan pakan berbeda rata-rata 35,08+6,75 ; 38,26+5,13 dan 38,77+5,06 kg dengan pakan kombinasi konsentrat + jerami fermentasi dipotong, Konsentrat + jerami fermentasi digiling dan konsentrat + rumput gajah (Novita, et al. 2006). Adanya perbedaan bobot badan baik jantan maupun betina pada pengamatan di Bali, dibandingkan pengamatan yang dilakukan oleh Subandrryo (1995) ataupun Kostaman dan Sutama (2006) dapat dipengaruhi ol eh beberapa faktor diantaranya genetik, jenis pakan yang diberikan dan juga manajemen pemeliharaan di masing-masing lokasi pemeliharaan. Keragaan bobot badan kambing betina dewasa nampaknya cukup beragam dan memiliki variasi yang cukup tinggi antara yang satu dengan yang lainnya, tergantung pola pemeliharaan dan asupan makanan yang diperoleh. Kambing jantan dewasa PE memiliki lebar dada dan lingkar dada jauh melebihi betina dimana pada jantan dewasa lebar dada dan lingkar dada mencapai 15,7 dan 99,5 cm, sedangkan pada betina dewasa rata-rata hanya mencapai 12,4 cm dan 80,1 cm. Data ini menunjukkan bahwa lebar dada dan lingkar dada kambing jantan jauh melebihi kambing betina. Ciri khas yang membedakan antara jantan dan betina pada kambing PE adalah panjang tanduk, dimana panjang tanduk jantan dewasa rata-rata 14,7 cm sedangkan pada betina hanya mencapai 6,3 cm. Panjang tanduk jantan melebihi dua kali lipat tanduk betina. Demikian pula halnya dengan ukuran panjang telinga, ekor dan lebar ekor pada jantan melebihi ukuran betina dimana rata-rata ukuran panjang telinga, ekor dan lebar ekor adalah : 14,9, 24,6 dan 3,2 cm sedangkan pada betina secara berturut-turut 11,5, 18,7 dan 2,3 cm. Panjang telinga merupakan salah satu ciri khas kambing PE bila dibandingkan dengan jenis kambing lainnya. Apabila dilihat dari data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa hampir semua ukuran keragaan tubuh pada kambing jantan dewasa melebihi ukuran tubuh betina dewasa.. Tabel 1. Rataan ukuran tubuh Kambing Peranakan Ettawa (PE) yang ada di Bali No. Parameter Betina dewasa Jantan dewasa 1 Berat badan (kg) 36,6 58,72 2 Panjang badan (cm) 78,4 80,8 3 Tinggi pundak (cm) 75,3 83,6 4 Tinggi pinggul (cm) 79,9 96,2 5 Lebar dada (cm) 12,6 15,8 6 Lingkar dada (cm) 79,8 99,3 7 Panjang tanduk (cm) 6,3 14,7 8 Panjang telinga (cm) 11,5 14,9 9 Panjang ekor (cm) 18,7 24,6 10 Lebar ekor (cm) 2,3 3,2 Sumber : Data primer diolah. Subandryo (1995) dalam tulisannya memperoleh data panjang telinga, panjang ekor dan lebar ekor pada kambing PE jantan adalah 15, 25 dan 3,6 cm. Dari bobot sampai keragaan dimensi tubuh yang lain pada kambing PE yang diamati di Bali lebih kecil bila dibandingkan Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1361

dengan keragaan tubuh, namun lebih tinggi dari yang dilaporkan Kostaman dan Sutama (2006), hal ini dapat pula disebabkan karena kambing yang ada di Bali sudah sering mengalami persilangan sehingga terjadi penurunan secara genetik. Potensi dan Keragaan Ukuran Tubuh Pada Kambing Kacang (Lokal) Kambing kacang merupakan kambing lokal Indonesia, yang juga terdapat di Bali di sekitar pesisir timur Kabupaten Karang Asem pulau Bali, dan populasinya terbanyak saat ini yaitu 13.448 ekor (Disnakkeswan, 2015) Kambing kacang telah ada sejak 1900-an dan merupakan salah satu kambing yang dominan dikembangkan di Indonesia (Subandryo, 2004 dalam Batubara, dkk. 2005). Sebagian besar kambing kacang di Bali dipelihara secara digembalakan, terutama pada sore hari, sedangkan pada pagi dan siang dikandangkan. Kambing kacang merupakan kambing yang cepat berkembang biak, mulai umur 15 18 sudah bisa menghasilkan keturunan. Bobot badan kambing kacang betina dewasa adalah 18,5 kg/ekor sedangkan bobot jantan dewasa adalah 23,6 kg/ekor, lebih rendah bila dibandingkan dengan yang diperoleh oleh Setiadi et al (1997), yang memperoleh bobot jantan dan betina kambing kacang 25 dan 20 kg/ekor. Bila dibandingkan dengan bobot kambing PE maka bobot kambing kacang betina dewasa adalah setengah dari bobot kambing betina dewasa PE, bahkan untuk jantan dewasa PE, bobotnya 2 kali lipat lebih bila dibandingkan jantan dewasa. Bobot badan kambing PE dewasa mencapai rata-rata 58,72 kg/ekor. Rendahnya bobot kambing kacang yang ada di Bali karena sistem pemeliharaan yang digembalakan dan diumbar pada lapangan pengembalaan sehingga pakan yang dikonsumsi sangatlah tergantung pada ketersediaan di lapangan apalagi kalau musim kemarau, konsumsi hijauanya sangatlah terbatas. Walaupun memiliki bobot yang relatif rendah, kambing kacang tetap dipelihara. Selain karena mudah berkembang biak, selain dipotong untuk konsumsi juga karena sering dipakai sarana upacara agama, terutama yang memiliki bulu hitam kelam (bulu hitam sekujur tubuhnya). Panjang badan betina dewasa mencapai 45,4 cm dan jantan dewasa 54,2 cm, untuk tinggi pundak antara betina dewasa dengan jantan dewasa pada kambing Kacang tidak terlalu besar selisihnya yaitu antara 54,8 cm dengan 55,2 cm. Sedangkan tinggi pundak 54,8 cm pada betina dewasa dan 56,2 cm pada jantan dewasa. Dan bila dibandingkan dengan kambing PE panjang telinga kambing Kacang jauh lebih pendek hanya 4,2 cm pada betina dan jantan 4,6 cm, sedangkan kambing PE mampu mencapai 11,5 cm dan 14,9 cm pada betina dan jantan, hampir 3 kali lipat panjang telinga kambing kacang. Kuping kambing kacang tegak berdiri sedangkan kuping kambing PE adalah menjuntai kebawah. Potensi pengembangan kambing kacang di Bali terbesar di Kabupaten Karangasem, selain karena adanya lahan pengembalaan yang luas juga kambing kacang juga sangat tahan dengan kondisi kekeringan dan efisiensi terhadap hijauan. Tabel 2. Rataan ukuran permukaan ukuran tubuh Kambing Kacang No. Parameter Betina dewasa Jantan dewasa 1 Berat badan (kg) 18,5 23,6 2 Panjang badan (cm) 45,4 54,2 3 Tinggi pundak (cm) 54,8 56,2 4 Tinggi pinggul (cm) 53,5 57,8 5 Lebar dada (cm) 10,6 12,4 6 Lingkar dada (cm) 62,4 65,4 7 Panjang tanduk (cm) 6,6 7,4 8 Panjang telinga (cm) 4,2 4,6 9 Panjang ekor (cm) 11,7 12 10 Lebar ekor (cm) 1,9 2,3 Sumber : Data primer diolah 1362 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Namun saat ini sulit mencari telinga kambing kacang yang tegak berdiri di Bali khususnya karena telah terjadi persilangan dengan kambing PE sehingga bentuk telinga kambing Kacang setengah menjuntai (turun tetapi pendek). Sistem pemeliharaan yang di gembalakan juga mempengaruhi terjadinya perkawinan silang antara kambing kacang dengan PE, karena di padang pengembalaan sering berbaur antara kambing kacang dengan Peranakan Ettawa. Potensi dan Keragaman Dimensi Tubuh Kambing Gembrong Kambing gembrong adalah salah satu jenis kambing lokal yang berbulu panjang, yang berbeda dengan kambing kacang ataupun kambing Peranakan Etawah (PE). Gambar 1. Perbedaan antara kambing gembrong (kanan) dengan kambing kacang (kiri) Kambing gembrong awalnya hanya ditemukan di Bali, dan merupakan salah satu plasma nutfah unik sebagai sumber daya genetik lokal yang jumlahnya sangat terbatas dengan kategori populasi terancam. Batubara, et al. (2007) mengemukakan bahwa kambing gembrong masuk dalam kategori sumber daya genetik kambing lokal, dimana saat ini di Indonesia baru terdeteksi 7 jenis kambing lokal. Pulau Bali merupakan habitat kambing gembrong sejak dulu. Saat ini kambing gembrong banyak dipelihara di daerah timur pulau Bali yaitu Kabupaten Karangasem, dan dahulu banyak dipelihara karena kepentingan akan bulunya yang dipakai sebagai umpan untuk mancing ikan di laut. Tabel 3. Rataan ukuran permukaan ukuran tubuh kambing gembrong Umur (bulan) Parameter 3 6 9 12 18 Betina dewasa Jantan dewasa Berat badan (kg) 9 12,4 14,1 16 16,9 27,6 42 Panjang badan(cm) 42 48,5 50 51 54 62,6 71,5 Tinggi pundak(cm) 47 49 49,3 49,3 52,7 64,2 66 Tinggi pinggul(cm) 49 54,5 53,3 52,8 57,7 66,6 69 Lebar dada(cm) 10 12,5 13,5 12,5 14 14,1 17 Lingkar dada(cm) 47 52 56,5 51 58,8 70,9 76,5 Panjang tanduk(cm) 2 3,2 5,5 4,6 7,3 10,1 18,5 Panjang telinga(cm) 10,5 13 16 17,3 18 17,1 18,5 Panjang ekor(cm) 8 11 11,8 11,3 12,2 12,1 14,5 Lebar ekor(cm) 3,5 3,5 3,8 4,4 4,5 4,1 5 Sumber: Mahmilia et al. (2004); Setiadi et al. (2002) ; Sayang Yupardi et al. (2009) Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1363

Jika dilihat dari bobot badan kambing gembrong dewasa betina (27,6 kg) dan jantan (42 kg), menunjukkan kambing gembrong lebih besar dari kambing kacang tetapi lebih kecil dari kambing PE, sedangkan untuk panjang badan untuk betina 62,6 cm sedangkan jantan 71,5 cm, lebih pendek dari kambing PE yang memiliki panjang badan rata-rata 81 cm, namun lebih panjang dari kambing kacang. Gambar 2. Perkembangan bobot badan jantan dan betina kambing Gembrong. Dari pengamatan dan pengukuran bulu sebelumnya diperoleh bahwa panjang bulu jantan jauh lebih panjang dibandingkan bulu betina. Panjang bulu jantan hampir disekujur tubuhnya ( leher, badan, paha belakang, muka) berkisar antara 9 11 cm, kecuali panjang jenggot yang mencapai 19,79 cm. sedangkan untuk betina panjang bulu disekujur tubuh termasuk jenggot berkisar 5.30 8.80 cm (Sayang Yupardi, dkk. 2009). Dari ketiga jenis kambing yang berkembang di Bali, PE, gembrong dan kacang yang saat ini paling banyak populasinya di Bali adalah kambing Peranakan Ettawa (PE) yang mencapai 44.779 ekor terdiri dari jantan 16.360 dan betina 28.419 ekor. Populasi terbanyak kedua adalah kambing kacang dengan jumlah populasi mencapai 23.627 ekor, dimana jantan berjumlah 7.995 ekor dan betina 15.632 ekor. (Disnakkeswan, 2014). Untuk kambing gembrong yang merupakan salah satu plasma nutfah yang perlu mendapatkan perlidungan karena populasinya yang kritis saat ini berjumlah 6 ekor jantan dan 8 ekor betina dengan 2 ekor masih anakan (Suyasa dan Parwati, 2014). Kandungan Komponen Darah dari Kambing Kacang, PE dan Gembrong Yang Dipelihara di Bali Darah yang merupakan bagian terpenting dalam tubuh ternak, yang berfungsi sebagai media transport dengan membawa berbagai zat makanan yang diserap keseluruh jaringan tubuh dan sebaliknya mengangkut hasil metabolisme dari berbagai sel ke berbagai organ ekskresi serta sebagian berfungsi menjaga tubuh dari suhu dan serangan mikroorganisme. Dilihat dari kandungan komponen darah dari masing-masing kambing sangatlah beragam. Hal ini dapat dilihat dari kandungan Hb (g/dl) pada kambing PE 9,27 sedangkan pada Kacang hanya 8,95 nyata lebih tinggi bila dibandingkan kandungan pada kambing Gembrong 8,08 g/dl. 1364 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian

Tabel 4. Kandungan Komponen darah dari masing-masing kambing Kandungan Darah Jenis Kambing Gembrong (n=4) Kacang (n=4) P E (n=4) Hb (g/dl) 8,08 c 8,95 a 9,27 a Hematotkrit pvc (%) 9,09 c 10,62 a 9,62 b Erytrosit (juta/mic. l) 2,73 b 3,19 a 2,91 ab Leucosit (ribu/mic.l) 15,33 b 16,40 a 13,52 c LED (mm/jam) 2,17 b 2,50 a 1,50 c Glucosa (mg/dl) 60,17 c 63,17 b 64,67 a Trigliserida (mg/dl) 21,50 b 26,67 a 12,67 c Sumber : Analisis Lab Prodia Denpasar. Komponen hematocrit (pvc) yang berperan dalam pembekuan darah terutama trombosit, dan plassmanya mengangkut zat-zat makanan, hormon, enzim dan lainnya. Kandungan hematocrit dalam darah tertinggi pada kambing Kacang yang mencapai 10,62%, dan berturut-turut lebih rendah adalah kambing PE 9,62% dan terendah pada kambing Gembrong yaitu 9,09%. Untuk kandungan Erytrosit maupun Leucosit yang berfungsi dalam pengangkutan O 2 keseluruh tubuh, dan leucosit yang berfungsi menjaga tubuh dari serangan mikroorganisme. Kandungan erytrosit dan leucosit masing-masing kambing memiliki kandungan yang tidak terlalu jauh berbeda. Kandungan erytrosit terendah pada kambing gembrong mencapai 2,73 (juta/mic.l) sedangkan tertinggi pada kambing kacang 3,19 (juta/mic.l), sedangkan pada kambing PE hanya mencapai 2,91 (juta/mic.l). Untuk kandungan Leucosit tertinggi pada kambing Kacang 16,40 (ribu/mic.l) dan terendah pada kambing PE (13,52 ribu/mic.l). Untuk kandungan glucosa pada darah kambing juga tidak terlalu jauh berbeda antara ke tiga kambing yang diamati dengan kisaran 60,17 (mg/dl) pada kambing gembrong dan tertinggi pada kambing PE yang mencapai (64,67 mg/dl) seperti terlihat pada Tabel 4. Komponen darah yang diamati yang paling signifikan perbedaannya adalah kandungan trigliserida. Kambing kacang memiliki kandungan trigliserida tertinggi yang mencapai 26,67 (mg/dl) berbeda nyata denga n kandungan pada darah kambing gembrong 21,50 (mg/dl), sedangkan pada kambing PE kandungan trigliseridanya justru paling rendah 12,67 (mg/dl) nyata berbeda bila dibandingkan dengan kandungan pada kambing gembrong maupun kacang. Pada itik kandungan trigliserida pada darah sangat berpengaruh terhadap kerontokan bulu. Kandungan trigliserida pada itik akan menurun pada saat terjadinya rontok bulu, dan produksi menjadi menurun (Purba dkk., 2005). Kesimpulan 1. Dari ketiga jenis kambing yang berkembang di Bali, jenis Peranakan Ettawa (PE) mempunyai dimensi dan ukuran tubuh yang paling tinggi diantara kambing yang lain, sehingga secara ekonomi paling berpotensi untuk dikembangkan. 2. Kambing kacang memiliki ukuran dan dimensi tubuh yang paling kecil diantara ketiga jenis kambing yang ada dan dipelihara di Bali. Namun karena sistem pemeliharaanya yang diumbar/digembalakan dan ketahanannya terhadap kekeringan dan efisiensi terhadap pakan berpotensi dikembangkan di wilayah tertentu terutama Kabupaten Karangasem bagian timur. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1365

3. Kambing gembrong memiliki karakteristik yang unik, yaitu bulu yang panjang dan termasuk jenis kambing yang langka (terancam punah). Dari segi bobot badan dan dimensi tubuh yang lainnya berada antara kambing PE dan Kacang. Memiliki potensi untuk dilestarikan sebagai salah satu plasma nutfah yang perlu dilindungi dan dijaga populasinya, dan selanjutnya dikembangkan sebagai sarana kunjungan obyek wisata. Daftar Pustaka Batubara. A, M. Doloksaribu dan Bess Tiesnamurti. 2007. Potensi Keragaman Sumberdaya Genetik Kambing Lokal Indonesia. Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumberdaya Genetik di Indonesia : Manfaat ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional. Hal.206-214 Disnakkeswan. 2014. Informasi Data Peternakan Di Provinsi Bali Tahun 2014. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali. Denpasar. Hal 10-11 Disnakkeswan. 2015. Informasi Data Peternakan Di Provinsi Bali Tahun 2014. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali. Denpasar. Hal 11 Fera Mahmilia., Simon P Ginting., Aron Batubara,M., Dalok Saribu,M dan Andi Tarigan. 2004. Karakteristik Morfologi dan Performans Kambing Gembrong dan Kosta. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Hal 375-380 Kostaman, T dan K. Sutama. 2006. Korelasi Bobot Badan Induk dan Lama Bunting, Litter Size dan Bobot Lahir Anak Kambing Peranakan Ettawa. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 2006. Hal 522-527 Nyoman Suyasa dan Ida Ayu Putu Parwati.2015. Karakteristik Kambing Gembrong Bali. Prosiding Seminar Nasional Sumber Daya Genetik Pertanian. Pengelolaan Sumber Daya Genetik Lokal Sebagai Sumber Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Denpasar. 2014. Hal. 408-414 Novita,CI. ; A. Sudono. ; IK. Sutama dan T. Toharmat. 2006. Produktivitas Kambing Peranakan Etawah yang Diberikan Ransum Berbasis Jerami Fermentasi. Media Peternakan, Journal of Animal Sciene and Technology. Hal. 96 106. Purba, M., P.S. Hardjosworo, L.H. Prasetyo, Dan D.R. Ekastuti. 2005. Pola Rontok Bulu Itik Betina Alabio dan Mojosari serta Hubungannya dengan Kadar Lemak Darah (Trigliserida), Produksi dan Kualitas Telur. JITV Vol. 10 No. 2. Hal. 96-105 Sayang Yupardi., IG. Lanang Oka., IB. Mantra dan Nyoman Suyasa. 2009. Hasil Penelitian. Evaluasi Fisiologi Kambing Gembrong. Universitas Udayana. Bali. Hal 22-34 Subandryo,.B. Setiadi, D. Priyanto, M. Rangkuti, W.K. Sejati, D. Angraini, R.S.G. Sianturi, Hastono, dan O. Butar-butar. 1995. Analisis Potensi Kambing Peranakan Ettawah dan Sumber Daya di daerah Sumber Bibit Pedesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Setiadi, B., D. Priyanto, M. Martawidjaja, Sorta D. Sitorus dan S. Mawi. 1995. Penelitian Karakterisasi Kambing Kosta di Pedesaan. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian APBN tahun anggaran 1994/1995. Ternak Ruminansi Kecil. Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor. 1366 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian