BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 23 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

SOSIALISASI KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.BANTUL

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran

2017, No Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Peg

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 9 SERI E

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : / 4078 / 2015

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 512); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/RB TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2013 TENT ANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN STANDARDISASI NASIONAL

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALI KOTA BONTANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

9. Kementerian adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat Kementerian. BAB II TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Pasal 2

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembar

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

BAB I KETENTUAN UMUM

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 61 TAHUN 2017 SERI E.56

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

Nama... NIP Tembusan: 2... *) coret yang tidak perlu **) Tulislah pelanggaran kode etik yang diduga dilakukan oleh PNS yang berangkutan.

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KABUPATEN DEMAK

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 19 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2011, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; 4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Moda

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

KEPUTUSAN KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 800/125/SK/SET-1/DLH

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL. B A B I KETENTUAN UMUM

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2004 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGRI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

BUKU KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BAPPEDA KABUPATEN BOYOLALI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2013

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M.

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 01/PM.9/2010 TENTANG

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

RAHASIA KEPUTUSAN..*) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 77 TAHUN TENTANG

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

Kode Etik PNS. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil adalah pernyataan kesanggupan untuk melakukan suatu keharusan atau tidak melakukan suatu larangan.

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

2016, No Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesi

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1179/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Dosen Universitas Sumatera

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2015, No c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Pedoman Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Penindakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

Transkripsi:

SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 23 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 13 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil, yang menyatakanpejabat Pembina Kepegawaian masing-masing instansi menetapkan kode etik instansi; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Kode Etik Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah Kota Depok; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019; 8. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 08 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2008 Nomor 08) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 08 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2013 Nomor 17); 2

9. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah; 11. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014; 12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2012 tentang Kode Etik Pegawai Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; 13. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 07 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Depok (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2008 Nomor 07); 14. Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 08 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2008 Nomor 08) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 17 Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 08 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2013 Nomor 17); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK. 3

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal I Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Depok. 2. Pemerintah Kota, yang selanjutnya disebut Pemerintah Kota adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Walikota adalah Walikota Depok. 4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Depok. 5. Organisasi Perangkat Daerah adalah organisasi pemerintah daerah yang bertanggung jawab dalam melaksanakan sebagian kewenangan Walikota dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat. 6. Kode Etik Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut kode etik, adalah pedoman sikap, perilaku, perbuatan, pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta kegiatan sehari hari. 7. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negei sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada isntansi pemerintah. 8. Pegawai Negeri Sipil Daerah yang selanjutnya disebut Pegawai, adalah Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil pada Pemerintah Kota. 9. Pelanggaran adalah sikap, perilaku, perbuatan, tulisan dan ucapan ASN yang bertentangan dengan kode etik. 10. Majelis Kode Etik yang selanjutnya disebut Majelis adalah tim yang bersifat Ad Hoc yang dibentuk di lingkungan Pemerintah Kota Depok dan bertugas melaksanakan penegakan Kode Etik. 11. Terlapor adalah ASN yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik. 4

12. Pelapor adalah seseorang yang memberitahukan kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang adanya peristiwa pelanggaran Kode Etik. 13. Saksi adalah seseorang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan pemeriksaan tentang suatu pelanggaran Kode Etik yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. 14. Laporan adalah pemberitahuan secara lisan dan atau tertulis yang disampaikan kepada Pejabat yang berwenang untuk dilakukan pemeriksaan terhadap ASN yang diduga telah melakukan pelanggaran Kode Etik. 15. Pejabat yang berwenang adalah Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk. BAB II NILAI DASAR, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Bagian Kesatu Nilai Dasar Pasal 2 Nilai dasar yang harus dijunjung tinggi oleh setiap ASN meliputi : a. memegang teguh ideologi Pancasila. b. setia dan mempertahankan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah. c. mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia. d. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak. e. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian. f. menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif. g. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur. h. memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah. i. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna dan santun. 5

j. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi. k. menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama. l. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong Kinerja Pegawai. m. mendorong keseteraan dalam pekerjaan; dan n. meningkatkan efektivitas sistem Pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karier. Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Kode Etik bertujuan menjaga martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas ASN serta menciptakan keharmonisan sesama ASN, dalam rangka mencapai dan mewujudkan visi dan misi Organisasi, Bagian Ketiga Ruang Lingkup Pasal 4 Ruang Lingkup Kode Etik terdiri dari : a. sikap; b. perilaku; c. perbuatan; d. tulisan; dan e. ucapan Pegawai. BAB III KODE ETIK Pasal 5 Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, ASN wajib mematuhi dan berpedoman kepada Kode Etik sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota ini. Pasal 6 Kode Etik ASN sebagaimana dimaksud dalam pelaksanaan tugas dan fungsi serta bersikap dalam kehidupan sehari hari, setiap ASN wajib berpedoman pada Etika: 6

a. berorganisasi; b. bermasyarakat; c. sesama ASN; dan d. terhadap diri sendiri. Pasal 7 (1) Etika berorganisasi Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a meliputi : a. melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku; b. menjaga informasi yang bersifat rahasia, yaitu : 1. mengamankan file dan berkas; 2. mengamankan password computer dan tidak membocorkan kepada ASN dan pihak lain yang tidak berhak; dan 3. memusnahkan dokumen yang tidak terpakai sesuai dengan prosedur yang berlaku, dan tidak mengijinkan orang yang tidak berhak berada dalam ruangan kerja c. melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan; d. membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi; e. menjalin kerjasama secara koorperatif dengan unit kerja lain yang terkait dalam rangka pencapaian tujuan; f. memiliki kompetensi dalam pelaksanaan tugas; g. patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja, seperti : 1. bertanggung jawab dalam mengunakan, memelihara, dan mengamankan semua barang milik/kekayaan Negara dan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan; 2. tidak melakukan pertemuan secara perorangan atau kelompok dengan pihak lain yang menggunakan fasilitas Pemerintah Kota yang dapat diduga untuk kepentingan diri sendiri/golongan/kelompok; 7

3. tidak melakukan hal hal yang mengganggu lingkungan dan suasana kerja pada saat jam kerja; dan 4. Tepat waktu dalam menghadiri rapat maupun pertemuan lainnya yang berhubungan dengan kepentingan dinas. h. mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka peningkatan Kinerja Organisasi; i. berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja. (2) Etika bermasyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b meliputi : a. mewujudkan pola hidup sederhana; b. memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka dan adil serta tidak diskriminatif; c. berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam melaksanakan tugas; d. tanggap dan peduli terhadap keadaan lingkungan masyarakat; dan e. memberikan pelayanan dengan empati, hormat dan santun tanpa pamrih dan tanpa unsur paksaan. (3) Etika sesama ASN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c meliputi : a. menghormati sesama ASN tanpa membedakan agama, kepercayaan, suku, ras, dan status sosial; b. memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan persatuan dan kesatuan korps ASN; c. menghargai perbedaan pendapat; d. menjunjung tinggi harkat dan martabat sesama ASN; e. menjaga dan menjalin kerjasama yang kooperatif sesama ASN; f. saling menghormati antara teman sejawat baik secara vertikal maupun horizontal dalam suatu unit kerja maupun antar unit kerja; 8

g. berhimpun dalam suatu wadah Korps Pegawai Republik Indonesia yang menjamin terwujudnya solidaritas semua ASN dalam memperjuangkan hakhaknya. (4) Etika terhadap diri sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d meliputi: a. jujur dan terbuka serta tidak memberikan informasi yang tidak benar; b. bertindak dengan penuh kesungguhan dan ketulusan; c. tidak menerima/meminta hadiah dalam bentuk apapun dan dari siapapun yang berhubungan dengan jabatan atau pekerjaan secara melawan hukum; d. bersikap dan berprilaku sopan santun terhadap masyarakat, sesama ASN, bawahan dan atasan; e. menjadi dan memberi contoh teladan yang baik; f. menjaga tempat kerja dalam keadaan bersih, aman, dan nyaman serta peduli dengan situasi dan kondisi lingkungan kerja; g. tidak menggunakan alat komunikasi pada saat rapat berlangsung; h. hemat energi dan air; i. tidak merokok di lingkungan kantor, kecuali di tempat yang telah disediakan; j. tidak melakukan perbuatan asusila atau perbuatan tercela; k. ASN dilarang berada di pusat perbelanjaan pada waktu jam kerja, kecuali untuk kepentingan dinas yang disertai surat perintah/ surat tugas; l. kecuali untuk kepentingan dinas Tidak memasuki tempat tempat yang dapat mencemarkan kehormatan dan martabat ASN antara lain : panti pijat, diskotik, club malam, pub, lokalisasi; dan m. berpenampilan sederhana, rapi dan sopan. 9

BAB IV SANKSI DAN TINDAKAN ADMINISTRATIF Bagian Kesatu Sanksi Pasal 8 (1) ASN yang melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik dijatuhi sanksi moral berupa : a. permohonan maaf secara lisan; b. permhonan maaf secara tertulis; c. pernyataan penyesalan. (2) Sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan pejabat yang berwenang. (3) Keputusan pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) berdasarkan keputusan sidang Majelis. (4) Keputusan pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat pelanggaran kode etik yang dilanggar oleh yang bersangkutan. Pasal 9 (1) Sanksi moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dapat disampaikan secara tertutup atau terbuka. (2) Penyampaian sanksi moral secara tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di dalam pertemuan tertutup yang dihadiri oleh pejabat yang berwenang, atasan langsung pelapor dan terlapor. (3) Penyampaian sanksi moral secara terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan pada upacara/apel atau forum resmi pegawai dan atau papan pengumuman. (4) Sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditindaklanjuti dengan keharusan bagi terlapor untuk membuat pernyataan permohonan maaf dan/atau penyesalan. Pasal 10 (1) Dalam hal tidak terbukti adanya pelanggaran, Majelis menjatuhkan sanksi moral bagi pelapor/pengadu. 10

(2) Penjatuhan sanksi moral bagi pelapor/pengadu ditetapkan sesuai dengan Peraturan Walikota ini. (3) Sanksi moral bagipelapor yang laporannya tidak terbukti berupa a. Permohonan maaf secara lisan; b. Permohonan maaf secara tertulis; c. Pernyataan penyesalan. Bagian Kedua Tindakan Administratif Pasal 11 (1) Apabila ASN yang dilaporkan melakukan pelanggaran Kode Etik setelah diperiksa oleh Majelis ternyata pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran disiplin sebagaimana diatur dalam peraturan perundang undangan, direkomendasikan kepada pejabat yang berwenang untuk dikenakan penjatuhan hukuman disiplin sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama 8 (delapan) hari kerja setelah ditetapkan oleh Majelis. BAB V TATA CARA PENEGAKAN KODE ETIK Pasal 12 (1) Penanganan pelanggaran Kode Etik dimulai dengan adanya laporan yang diajukan secara : a. lisan yang ditandatangani disertai dengan indetitas yang jelas oleh pelapor dan petugas penerima laporan; atau b. tertulis yang ditandatangani disertai dengan identitas yang jelas oleh pelapor/pengadu. (2) Penerimaan laporan dan/atau pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh unit kerja yang menangani kepegawaian. 11

(3) Laporan dan/atau pengaduan yang dapat ditindaklanjuti harus didukung dengan bukti yang diperlukan. (4) Apabila hasil pemeriksaan pendahuluan diperoleh dugaan kuat bahwa laporan dan/atau pengaduan termasuk dalam kategori pelanggaran Kode Etik maka Unit Kerja yang menangani kepegawaian mengirimkan berkas laporan dan/atau pengaduan kepada pejabat yang berwenang. (5) Pemeriksaan pendahuluan meliputi pemanggilan pelapor dan terlapor serta meneliti bukti-bukti pendukung kebenaran laporan. (6) Unit kerja yang menangani kepegawaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meminta saran hukum kepada unit yang menangani hukum dan perundang undangan. (7) Pejabat yang berwenang memerintahkan Unit Kerja yang menangani kepegawaian untuk membentuk Majelis Kode Etik untuk menindaklanjuti laporan/pengaduan dimaksud. (8) Dalam melaksanakan tugasnya, Majelis dan unit kerja yang menangani kepegawaian bekerja dengan prinsip praduga tak bersalah. (9) Sidang majelis dilaksanakan secara cepat dan paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak laporan/pengaduan diterima dari pejabat yang berwenang sudah menjatuhkan putusan. BAB VI MAJELIS KODE ETIK Pasal 13 (1) Dalam rangka melaksanakan penegakan kode etik dibentuk Majelis sesuai dengan pelanggaran kode etik yang dilaporkan. (2) Pembentukan Majelis diusulkan oleh unit kerja yang menangani kepegawaian. (3) Majelis ditetapkan dengan Keputusan Walikota atau Pejabat lain yang ditunjuk. 12

(4) Masa tugas Majelis berakhir pada saat keputusan Majelis ditetapkan. Pasal 14 (1) Keanggotaan Majelis berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang terdiri atas : a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota; b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota; c. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota; dan d. 2 (dua) orang sebagai anggota. (2) Unsur-unsur anggota Majelis terdiri dari : a. Organisasi Perangkat Daerah yang membidangi kepegawaian; b. Organisasi Perangkat Daerah yang membidangi pengawasan Intern; c. unit kerja pada Organisasi Perangkat Daerah yang menangani Hukum dan Perundang-undangan; d. unit kerja pada Organisasi Perangkat Daerah terlapor. (3) Dalam hal anggota Majelis lebih dari 5 ( lima ) orang maka jumlahnya harus ganjil. (4) Pangkat dan Jabatan Anggota Majelis tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat ASN yang diperiksa. Pasal 15 Majelis mempunyai tugas : a. melakukan persidangan dan menetapkan jenis pelanggaran Kode Etik; b. menetapkan sanksi moral kepada ASN yang terbukti melanggar kode etik c. membuat rekomendasi tindakan Administratif kepada Pejabat yang berwenang; dan d. menyampaikan keputusan sidang Mejelis kepada Pejabat yang berwenang. Pasal 16 Majelis dalam melaksanakan tugas berwenang untuk : a. memanggil ASN untuk didengar keterangannya sebagai terlapor; 13

b. menghadirkan Saksi untuk didengar keterangannya guna kepentingan pemeriksaan; c. mengajukan pertanyaan secara langsung kepada Terlapor, Saksi mengenai sesuatu yang diperlukan dan berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh terlapor; d. memutuskan/menetapkan terlapor terbukti atau tidak terbukti melakukan pelanggaran; e. memutuskan/menetapkan sanksi jika terlapor terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik; dan f. merekomendasikan tindakan Administratif. Pasal 17 (1) Ketua Majelis berkewajiban : a. melaksanakan koordinasi dengan anggota Majelis untuk mempersiapkan pelaksanaan sidang dengan mempelajari dan meneliti berkas laporan/pengaduan pelanggaran Kode Etik; b. menentukan jadwal sidang; c. menentukan saksi saksi yang perlu didengar keterangannya; d. memimpin jalannya sidang; e. menjelaskan alasan dan tujuan persidangan; f. mempertimbangkan saran, pendapat baik dari anggota majelis maupun Saksi untuk merumuskan putusan sidang; g. menandatangani putusan sidang; h. membacakan putusan sidang; dan i. menandatangani berita acara sidang. (2) Wakil Ketua Majelis berkewajiban : a. membantu kelancaran pelaksanaan tugas Ketua Majelis; b. memimpin sidang apabila Ketua Majelis berhalangan; c. mengkoordinasikan kegiatan dengan Sekretaris Majelis; dan d. menandatangani berita acara sidang. 14

(3) Sekretaris Majelis berkewajiban : a. menyiapkan administrasi keperluan sidang; b. membuat dan mengirimkan surat panggilan kepada Terlapor, Pelapor / Pengadu dan / atau Saksi yang diperlukan; c. menyusun berita acara sidang; d. menyiapkan konsep keputusan sidang; e. menyampaikan surat keputusan sidang kepada Terlapor; f. membuat dan mengirimkan laporan hasil sidang kepada atasan terlapor; dan g. menandatangani berita acara sidang. (4) Anggota Majelis berkewajiban : a. mengajukan pertanyaan kepada Terlapor, Saksi untuk kepentingan sidang; b. mengajukan saran kepada Ketua Majelis baik diminta ataupun tidak; dan c. mengikuti seluruh kegiatan persidangan termasuk melakukan peninjauan di lapangan. Pasal 18 (1) Anggota Majelis yang tidak setuju terhadap keputusan sidang tetap menandatangani keputusan sidang. (2) Ketidak setujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita acara sidang. Pasal 19 (1) Sidang Majelis dilaksanakan secara tertutup. (2) Sidang Majelis tetap dilaksanakan tanpa dihadiri oleh terlapor setelah dipanggil secara sah 2 (dua) kali. (3) Panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan tenggang waktu antara surat panggilan pertama dan surat panggilan berikutnya 7 (tujuh) hari kerja. (4) Sidang Majelis tetap memberikan keputusan sidang walaupun terlapor tidak hadir dalam sidang. (5) Keputusan Majelis Kode Etik bersifat final. 15

BAB VII TERLAPOR, PELAPOR / PENGADU, DAN SAKSI Pasal 20 (1) Hak Terlapor : a. mengetahui susunan keanggotaan Majelis sebelum pelaksanaan sidang; b. menerima salinan berkas laporan/pengaduan baik sendiri sendiri maupun bersama-sama paling lambat 3 (tiga) hari sebelum dilaksanakan sidang; c. mengajukan pembelaan; d. mangajukan saksi dalam proses persidangan; dan e. menerima salinan keputusan sidang 3 ( tiga ) hari setelah keputusan dibacakan. f. mendapatkan perlindungan administratif. (2) Terlapor berkewajiban : a. memenuhi semua panggilan; b. menghadiri sidang; c. menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Ketua dan anggota Majelis; d. memberikan keterangan untuk memperlancar jalannya sidang Majelis; e. mentaati semua ketentuan yang dikeluarkan oleh Majelis; dan f. berlaku sopan. Pasal 21 (1) Pelapor/pengadu berhak : a. mengetahui tindak lanjut laporan/pengaduan yang disampaikan; b. mengajukan saksi dalam proses persidangan; c. mendapatkan perlindungan; d. mencabutlaporan. (2) Pelapor/pengadu berkewajiban : a. memberikan identitas secara jelas. b. memberikan laporan/pengaduan yang dapat dipertanggung jawabkan; 16

c. menjaga kerahasian laporan/pengaduan yang disampaikan kepada pejabat yang berwenang; d. memenuhi semua panggilan; e. memberikan keterangan untuk memperlancar jalannya sidang Majelis; dan f. mentaati semua ketentuan yang dikeluarkan oleh Majelis. Pasal 22 (1) Saksi berhak mendapat perlindungan administratif. (2) Saksi berkewajiban : a. memenuhi semua panggilan; b. menghadiri sidang; c. menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Majelis; d. memberikan keterangan yang benar sesuai dengan yang diketahui tanpa dikurangi maupun ditambah; e. menaati semua ketentuan yang dikeluarkan oleh Majelis; dan f. berlaku sopan. BAB VIII KETENTUAN LAIN LAIN Pasal 23 (1) Kelengkapan administrasi penegakan Kode Etik tercantum dalam lampiran Peraturan Walikota ini. (2) Bentuk dan Format kelengkapan administrasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat disesuaikan kebutuhan pelaksanaan penegakan Kode Etik. 17

BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Depok. Ditetapkan di Depok pada tanggal 16 Mei 2016 WALIKOTA DEPOK, TTD Diundangkan di Depok pada tanggal 16 Mei 2016 SEKRETARIS DAERAH KOTA DEPOK, TTD KH. MOHAMMAD IDRIS HARRY PRIHANTO LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2016 NOMOR 23 18

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK DAFTAR LAMPIRAN I. Form 1 : Formulir Laporan/Pengaduan Lisan II. Form 2 : Formulir Laporan/Pengaduan Tertulis III. Form 3 Formulir Pencabutan Laporan/Pengaduan Lisan IV. Form 4 Formulir Pencabutan Laporan/Pengaduan Tertulis V. Form 5 : Formulir Surat Pemanggilan VI. Form 6 : Form tentang Usulan Pembentukan Majelis Kode Etik VII. Form 7 : Form Rancangan Keputusan tentang Pembentukan Majelis Kode Etik Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah Kota Depok VI. Form 8 : Form Berita Acara Pemeriksaan VII. Form 9 : Form Rancangan Keputusan Majelis Kode Etik Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah Kota Depok WALIKOTA TTD DEPOK, KH. MOHAMMAD IDRIS 19

FORM 1 LAPORAN / PENGADUAN LISAN NOMOR : IDENTITAS PELAPOR Nama : NIP : Pangkat / Gol : Jabatan : Unit Kerja : IDENTITAS TERLAPOR Nama : NIP : Pangkat / Gol : Jabatan : Unit Kerja : Nama, Alamat Saksi 1.. 2.. Isi laporan :... Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya di..., tanggal, Pegawai Penerima Laporan Pelapor.... 20

FORM 2 LAPORAN / PENGADUAN TERTULIS NOMOR : IDENTITAS PELAPOR Nama : NIP : Pangkat / Gol : Jabatan : Unit Kerja : IDENTITAS TERLAPOR Nama : NIP : Pangkat / Gol : Jabatan : Unit Kerja : Nama, Alamat Saksi 1.. 2.. Isi laporan :... Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya di..., tanggal, Pelapor.. 21

FORM 3 PENCABUTAN LAPORAN / PENGADUAN LISAN NOMOR : IDENTITAS PELAPOR Nama : NIP : Pangkat / Gol : Jabatan : Unit Kerja : IDENTITAS TERLAPOR Nama : NIP : Pangkat / Gol : Jabatan : Unit Kerja : Nama, Alamat Saksi 1.. 2.. Isi : pencabutanlaporan... Demikian pencabutanlaporan ini dibuat dengan sebenarnya di..., tanggal, Pegawai Penerima Laporan Pelapor.... 22

FORM 4 PENCABUTAN LAPORAN / PENGADUAN TERTULIS NOMOR : IDENTITAS PELAPOR Nama : NIP : Pangkat / Gol : Jabatan : Unit Kerja : IDENTITAS TERLAPOR Nama : NIP : Pangkat / Gol : Jabatan : Unit Kerja : Nama, Alamat Saksi 1.. 2.. Isi : pencabutanlaporan... Demikianpencabutan laporan ini dibuat dengan sebenarnya di. PegawaiPenerimaLaporan Pelapor.... 23

FORM 5 SURAT PEMANGGILAN NOMOR : Bersama ini diminta dengan hormat kehadiran Saudara : Nama : NIP : Pangkat / Gol : Jabatan : Unit Kerja : Untuk menghadap kepada : Nama : NIP : Pangkat / Gol : Jabatan : Pada Hari : Tanggal : Jam : Tempat : Untuk diperiksa / diminta keterangan* ) sehubungan dengan dugaan pelanggaran kode etik ** ) Demikian untuk dilaksanakan.. Sekretaris Majelis Nama NIP. Tembusan : 1. 2. *) Coret yang tidak perlu **) Tulislah pelanggaran kode etik yang diduga dilakukan ole PNS yangbersangkutan 24

FORM 6.,201.. Nomor : Kepada Yth. (sesuai TND) Sifat : RAHASIA Lampiran : Satu Berkas Hal : Usulan Pembentukan Majelis Kode etik 1. Rujukan : Laporan / pengaduan No. 2. Sehubungan dengan laporan / pengaduan tersebut di atas, kami berpendapat bahwa Nama : NIP : Pangkat/Gol : Jabatan :. Unit Kerja : diduga telah melakukan pelanggaran Kode Etik. 3. Berdasarkan ketentuan Pasal 12 Peraturan Walikota ini, diusulkan pembentukan Majelis Kode Etik untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap pelanggaran dimaksud. 4. Demikian untuk menjadi periksa. Unit Kerja yang membidangi kepegawaian 25

FORM 7 KEPUTUSAN WALIKOTA DEPOK NOMOR : TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN MAJELIS KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK WALIKOTA DEPOK, Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (2) Peraturan Walikota Depok Nomor Tahun.. tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kota Depok perlu membentuk Majelis Kode Etik; Mengingat : 1. Undang undang Nomor Tahun.. tentang. 2. Peraturan Walikota Depok Nomor tahun..tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kota Depok; Memperhatikan : 1. Laporan / pengaduan...; 2. Surat...Nomor...tanggal...; 3. Hal usulan pembentukan Majelis kode Etik Pegawai Negeri Sipl Daerah Di Lingkungan Kota Depok; 26

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PEMBENTUKAN MAJELIS KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DI LINGKUNGAN KOTA DEPOK NO NAMA PANGKAT/GOL JABATAN STRUKTURAL DALAM MAJELIS 1.. KETUA MERANGKAP ANGGOTA 2..... WAKIL KETUA MERANGKAP ANGGOTA 3.... SEKRETARIS MERANGKAP ANGGOTA 4.... ANGGOTA 5.... ANGGOTA 6..... ANGGOTA 7.... ANGGOTA Ditetapkan di Depok pada tanggal 20.. WALIKOTA DEPOK,... 27

FORM 8 Berita Acara Pemeriksaan Pada hari ini,.tanggal,..bulan,.tahun saya / Majelis*) 1. Nama : NIP : Pangkat / Gol : Jabatan : 2. Nama : NIP : Pangkat / Gol : Jabatan : 3. Dst Berdasarkan wewenang yang ada pada saya / Surat Perintah*) telah melakukan pemeriksaan terhadap : Nama : NIP : Pangkat / Gol : Jabatan : Unit Kerja : Karena yang bersangkutan diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal,.. angka, huruf,..pperaturan Walikota 1. Pertanyaan,. 1. Jawaban,. 2. Pertanyaan, 2. Jawaban,. 3. Dst 28

Demikian Berita Acara Pemeriksaan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.. Yang diperiksa : Majelis Nama : 1. Nama : NIP : Jabatan : Tanda tangan : NIP : Tanda Tangan : 2. Nama : 3. dst Jabatan : NIP : Tanda tangan : 29

FORM 9 KEPUTUSAN MAJELIS KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK NOMOR : TENTANG PUTUSAN SIDANG MAJELIS MAJELIS KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK Mengingat : 1. Peraturan Walikota Depok Nomor..tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kota Depok. 2. Peraturan Walikota Depok Nomor..tahun tentang Organisasi dan Tata Kerja majelis Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kota Depok 3. Keputusan Walikota Depok Nomor..tahun tentang Pembentukan Majelis kode Etik. Membaca : 1. Laporan/pengaduan nomor..tanggal..mengenai pelanggaran atas nama 2. Surat surat lain yang berhubungan dengan perkara tersebut. Menimbang : Bahwa setelah dilakukan sidang pemeriksaan terhadap Terlapor dan mendegar keterangan saksi-saksi serta memeriksa barang bukti yang diajukan dalam perkara ini, disimpulkan bahwa : MEMUTUSKAN : Terlapor : Nama :... NIP :. Pangkat/Gol :. Jabatan :. Unit Kerja :. 30

1. Terbukti/tidak melakukan pelanggaran Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kota Depok sebagaimana di atur dalam Pasal..jo pasal Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kota Depok. 2. Menjatuhkan sanksi/ direkomendasikan berupa DITETAPKAN DI DEPOK PADA TANGGAL MAJELIS KODE ETIK KETUA SEKRETARIS. ANGGOTA.. Ditetapkan di Depok pada tanggal 20.. WALIKOTA DEPOK,... 31