Data Hidrologi dan Survey Hidrometri

dokumen-dokumen yang mirip
Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan urai

IV. PENGUKURAN DAN PERKIRAAN DEBIT SUNGAI

JARINGAN PENGAMATAN HIDROLOGI

Tujuan. Peserta memahami syarat-syarat pemilihan lokasi SPAS dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pemantauan data hidrologi DAS

c. extension of conveyance factor, AR 2/3 berdasar rumus Manning

Minggu 1 : Daur Hidrologi Minggu 2 : Pengukuran parameter Hidrologi Minggu 3 : Pencatatan dan pengolahan data Hidroklimatologi

Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit

BAB III METODE PENELITIAN

REKAYASA HIDROLOGI II

Bakuan Kompetensi Sub-Bidang Hidrometri. Ahli Hidrometri Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrometri tingkat Muda

BAB X PEMBUATAN LENGKUNG ALIRAN DEBIT

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... iii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian terletak di Bandar Lampung dengan objek penelitian DAS Way

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Debit aliran merupakan sebuah satuan yang digunakan untuk mendekati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PANDUAN PRAKTIKUM DEBIT AIR. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP

I. PENDAHULUAN. Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di wilayah sungai, seperti perencanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

DAMPAK PENYEMPITAN PENAMPANG SUNGAI TERHADAP KONDISI ALIRAN (Studi Kasus Pada Sungai Krueng Pase)

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB IV EVALUASI SEDIMEN DI WADUK SELOREJO DAN ALTERNATIF PENANGANANNYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Tahun Penelitian 2005

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paket program HEC-HMS bertujuan untuk mengetahui ketersediaan air pada suatu

BAB IV METODE PENELITIAN

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK

ANALISIS SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI PANASEN

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Waduk yang sangat strategis di karsidenan Banyumas yang terdiri dari

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

BAB III METODE PENELITIAN

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

REKAYASA HIDROLOGI. Kuliah 2 PRESIPITASI (HUJAN) Universitas Indo Global Mandiri. Pengertian

3 BAB III METODOLOGI

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

BAB I PENDAHULUAN. Metode Hidrograf Satuan Sintetik (synthetic unit hydrograph) di Indonesia

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

BAB I PENDAHULUAN BAB II. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Tujuan Praktikum

Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

07. Bentangalam Fluvial

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

PENGAMATAN DEBIT DRAINASE JALAN KYAI HAJI HARUN NAFSI KELURAHAN RAPAK DALAM KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

BAB III METODOLOGI Uraian Umum

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh. Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, semasa

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

Lengkung Aliran Debit (Discharge Rating Curve)

BAB III METODOLOGI. 2. Kerusakan DAS yang disebabkan karena erosi yang berlebihan serta berkurangnya lahan daerah tangkapan air.

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

dasar maupun limpasan, stabilitas aliran dasar sangat ditentukan oleh kualitas

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu:

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

Transkripsi:

Data Hidrologi dan Survey Hidrometri

DATA HIDROLOGI

PENAKAR HUJAN MANUAL

PENAKAR HUJAN OTOMATIS

PENGUAPAN Terjadinya penguapan Penguapan terjadi dari tanah, permukaan air. Penguapan yang besar adalah dari tanah yang kurang vegetasinya Penguapan banyak tergantung dari pada penyinaran matahari, temperatur, angin dan tekanan uap Perhitungan penguapan Untuk menghitung evapotranspirasi dipakai rumus Penman, Blaney Criddle

SUMBER DATA HUJAN Badan Meteorologi dan Geofisik Dinas Pertanian Proyek Irigasi

BUKU DATA HUJAN

DATA HUJAN Nama stasiun hujan Nomor stasiun hujan Data hujan bulanan Data hujan tahunan Data banyaknya hari hujan Data hujan harian maksimum Data hujan harian maksimum absolut

STASIUN PENGAMAT HUJAN

PETA TOPOGRAFI

DAERAH TANGKAPAN

PENGISIAN DATA KOSONG

R 1 3 Ra x P ( Pa Rb x P Pb Rc x P Pc ) R = Data hujan yang dicari P = Hujan tahunan rata-rata stasiun yang dicari datanya Ra = Data hujan dari stasiun a pada saat yang sama Pa = Hujan tahunan rata-rata stasiun a Rb = Data hujan dari stasiun b pada saat yang sama Pb = Hujan tahunan rata-rata stasiun b Rc = Data hujan dari stasiun c pada saat yang sama Pc = Hujan tahunan rata-rata stasiun c 3 = Jumlah stasiun hujan yang diperhitungkan

HIDROMETRI

Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsurunsur aliran. Pada bab ini akan diberikan uraian tentang beberapa cara pengukuran data unsur aliran meliputi tinggi muka air, debit aliran dan kualitas air.

Survey Hidrometri

Survey Hidrometri

Survey Hidrometri

Secara umum cakupan kegiatan hidrometri dan kegunaan data hasil pengukuran hidrometri dapat ditunjukkan pada bagan seperti pada gambar. Cek data muka air H Lengkung debit Q Hidrograf debit Sungai Data muka air H Pos Duga Air Pengukuran debit Hidrograf muka air t Q Q Lengkung sedimen Qs Qs Hidrograf sedimen t t Analisis statsitik, peramalan, ketersediaan air, dll. Variabel hidrologi lain & meteorologi Pengambilan sampel sedimen Analisa laboratorium Variabel hidrologi lain & kondisi DAS Analisis penggerusan, pendangkalan, sedimentasi waduk, dll.

Pengukuran yang langsung dilakukan di stasiun hidrometri meliputi tinggi muka air, kecepatan aliran, luas penampang aliran, dan pengambilan sampel air. Sampel air dianalisis di laboratorium guna mengetahui kandungan atau konsentrasi sedimen melayang (suspended load). Fluktuasi muka air dinyatakan dalam grafik hidrograf muka air (stage hydrograph). Selanjutnya dengan data luas tampang aliran dan kecepatan rerata aliran dapat dihitung debit aliran yang berupa hidrograf debit (discharge hydrograph). Dengan diketahui konsentrasi sedimen melayang dan debit aliran air maka dapat diketahui laju angkutan sedimen melayang.

Hasil-hasil analisis atau pengolahan data hidrometri tersebut merupakan masukan utama untuk analisis hidrologi terkait dengan perancangan dan pengelolaan bangunan air, seperti analisis banjir, ketersediaan air, sedimentasi waduk dan lain-lain.

Pengukuran Tinggi Muka Air Pengukuran tinggi muka air dimaksudkan untuk mengetahui posisi muka air (atau kedalaman aliran) suatu sungai di lokasi stasiun hidrometri pada waktu tertentu. Pengertian waktu dalam hal ini terkait dengan periode pengukuran/pencatatan muka air. Pengukuran dapat dilakukan pada jam-jam tertentu atau secara terus menerus (kontinyu). Untuk hal pertama dapat digunakan papan duga berskala atau sering disebut sebagai alat pengukur manual. Sedangkan untuk pendataan kontinyu digunakan alat pengukur muka air otomatis (AWLR).

Data muka air dapat diperoleh dengan cara membaca posisi muka air pada papan duga berskala pada saat pengukuran atau dengan membaca grafik fluktuasi muka air hasil perekaman oleh alat AWLR. AWLR : Automatic Water Level Recorder

Contoh pemberian skala papan duga tegak (Muzet, 1980)

Contoh pembacaan papan duga air (Muzet, 1980)

Sketsa pemasangan papan duga air bertingkat (Muzet, 1980)

Papan duga air bertingkat

Berdasarkan prinsip mekanisme pengukuran muka air terdapat AWLR sebagai berikut. 1. AWLR dengan pelampung yang dihubungkan dengan sistem perekam grafik fluktuasi muka air pada kertas grafik. Pada tipe ini perlu dilakukan setup awal untuk ketelitian hasil pencatatan muka air pada kertas grafik yang berputar dengan kecepatan tertentu sesuai waktu. Pada waktu tertentu (misal setiap bulan sekali, kertas grafik diganti yang baru untuk perekaman waktu berikutnya. 2. AWLR dengan sensor elektronik dimana data muka air direkam secara digital dengan sistem data logger. Pada tipe ini sebelum dipasang di lapangan, sensor perekam muka air harus dikalibrasi di laboratorium agar mendapat hasil yang akurat. Pengambilan data dari sistem data logger ke media penyimpan data digital melalui PC dalam format digital dapat dilakukan setiap periode tertentu (misal mingguan) tergantung kapasitas energi tersedia (batere). Satuan periode pencatatan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, misal menitan, jam-jaman, dll.

Sketsa penampang pos duga air tipe konsol (Puslitbang Pengairan, 1986)

Sketsa penampang pos duga air tipe pembilas

Sketsa penampang pos duga air tipe kerangka baja

Keuntungan AWLR adalah dapat mengetahui perubahan muka air secara terus menerus sehingga data muka air ekstrim (maksimum dan minimum) dapat diperoleh. Pada penggunaan papan duga kondisi ekstrim tersebut belum tentu dapat tercatat, kecuali jika pada saat terjadi debit besar/banjir petugas pengamat melakukan pengamatan secara khusus untuk mengukur muka air maksimum.

Sketsa hasil rekaman tinggi muka air dengan cara manual dan otomatis (Muzet, 1980)

Penempatan AWLR Secara umum penempatan alat duga muka air seharusnya mengikuti kriteria sebagai berikut ini. Lokasi stasiun hidrometri pada ruas sungai dengan pola aliran yang sejajar, tidak terdapat perbedaan kecepatan aliran yang signifikan pada sepanjang tampang aliran. Pemasangan alat duga air dipilih pada lokasi dengan penampang alur sungai yang relatif teratur dan stabil, tidak mudah terjadi pengendapan akibat sedimentasi atau pendangkalan akibat erosi. Hubungan antara muka air dan debit dengan kepekaan yang cukup, perubahan debit kecil dapat nampak dalam perubahan tinggi muka air. Tidak terdapat gangguan tanaman dan pengaruh backwater. Lokasi stasiun hidrometri sebaiknya mudah untuk didatangi setiap saat dan setiap keadaan oleh pengamat.

Pengukuran Debit Aliran Pengukuran Debit Secara Langsung Besarnya aliran tiap waktu atau disebut dengan debit, akan tergantung pada luas tampang aliran dan kecepatan aliran rerata. Pendekatan nilai debit dapat dilakukan dengan cara mengukur tampang aliran dan mengukur kecepatan aliran tersebut. Cara ini merupakan prosedur umum dalam pengukuran debit sungai secara langsung. Pengukuran luas tampang aliran dilakukan dengan mengukur tinggi muka air dan lebar dasar alur sungai. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, pengukuran tinggi muka air dapat dilakukan pada beberapa titik pada sepanjang tampang aliran. Selanjutnya debit aliran dihitung sebagai penjumlahan dari perkalian antara luasan pias tampang aliran dan kecepatan rerata yang terukur. Pengukuran kecepatan aliran dilakukan dengan alat ukur kecepatan arus. Beberapa cara pengukuran kecepatan arus aliran sungai yang banyak digunakan adalah sebagai berikut ini.

1. Pengukuran kecepatan arus dengan pelampung Pengukuran kecepatan aliran dengan menggunakan pelampung dapat dilakukan apabila dikehendaki besaran kecepatan aliran dengan tingkat ketelitian yang relatif rendah. Cara ini masih dapat digunakan untuk praktek dalam keadaan: untuk memperoleh gambaran kasar tentang kecepatan aliran, karena kondisi sungai yang sangat sulit diukur, misal dalam keadaan banjir, sehingga dapat membahayakan petugas pengukur.

Cara Pengukuran Cara pengukuran adalah dengan prinsip mencari besarnya waktu yang diperlukan untuk bergeraknya pelampung pada sepanjang jarak tertentu. Selanjutnya kecepatan rerata arus didekati dengan nilai panjang jarak tersebut dibagi dengan waktu tempuhnya. Pengukuran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut ini. Tetapkan satu titik pada salah satu sisi sungai, misal ditandai dengan patok kayu atau pohon dan satu titik yang lain di seberang sungai yang jika dihubungkan dua titik tersebut akan berupa garis tegak lurus arah aliran. Tentukan jarak L, misal 20 meter dari garis yang dibuat pada langkah pertama dan buat garis yang sama (tegak lurus aliran) pada titik sejauh L tersebut. Hanyutkan pelampung (dapat berupa sembarang benda yang dapat terapung, misal bola ping-pong, gabus, kayu dll.) pada tempat di hulu garis pertama, pada saat melewati garis pertama tekan tombol stopwatch dan ikuti terus pelampung tersebut. Pada saat pelampung melewati garis kedua stopwatch ditekan kembali, sehingga didapat waktu aliran pelampung yang diperlukan T. Kecepatan arus dapat dihitung dengan L/T (m/det).

Pengukuran kecepatan arus dengan pelampung L

Perlu mendapat perhatian bahwa cara ini akan mendapatkan kecepatan arus pada permukaan, sehingga untuk memperoleh kecepatan rerata pada penampang sungai hasil hitungan perlu dikoreksi dengan koefisien antara 0,85 0,95. Selain itu pengukuran dengan cara ini harus dilakukan beberapa kali mengingat distribusi aliran permukaan yang terjadi tidak merata. Dianjurkan paling tidak pengukuran dilakukan 3 kali, kemudian hasilnya dirata-ratakan.

2. Pengukuran kecepatan arus dengan Velocity Head Rod Dengan alat ini hasil pengukuran yang didapat juga tidak begitu teliti dan yang terukur adalah kecepatan aliran permukaan. Sebaiknya digunakan pada pengukuran yang dikehendaki secara cepat pada kecepatan aliran yang lebih besar dari 1m/detik. Cara pengukuran dapat dijelaskan sebagai berikut ini (lihat gambar). Letakkan alat pada tempat yang akan diukur dengan posisi sejajar dengan arus aliran. Setelah aliran kembali tenang, baca ketinggian muka air aliran (H1). Putar alat 90 o, sehingga tegak lurus aliran, kemudian baca tinggi muka air yang terjadi (H2). Kecepatan arus aliran dapat didekati dengan: V 2g H H 2 1

H 1 H 2 Pengukuran kecepatan arus dengan Velocity Head Rod

3. Pengukuran kecepatan arus dengan Trupp s Ripple Meter Alat ukur kecepatan arus ini mempunyai ketelitian hasil yang lebih baik dari alat terdahulu. Prinsip yang digunakan adalah dengan mengamati sudut yang dibentuk oleh riak pada hilir batang yang dipancang pada aliran sungai. Makin besar kecepatan aliran, sudut ini akan makin kecil. Pengukuran dapat dilakukan sebagai berikut ini.

L W Pengukuran kecepatan arus dengan Trupp s Ripple Meter

Masukkan alat ukur ke dalam air dan amati dua buah riak yang terbentuk pada masing-masing batang. Ukur jarak antara titik pengukuran sampai dengan titik perpotongan antara kedua riak tersebut, yaitu L (feet). Kecepatan aliran permukaan dapat didekati dengan: V C XL dengan: V = kecepatan aliran permukaan (feet/det), C = tetapan sebesar 0,40, X = variabel yang tergantung dari nilai W seperti pada tabel di bawah.

Hubungan antara X dan W pada Trupp s Ripple Meter W (inci) X 4 0,280 6 0,206 8 0,161 9 0,145 12 0,109

4. Pengukuran kecepatan arus dengan Current Meter Alat ini paling umum digunakan karena dapat menghasilkan ketelitian yang cukup baik. Prinsip kerja alat ukur ini adalah dengan mencari hubungan antara kecepatan aliran dan kecepatan putaran baling-baling current meter tersebut. Umumnya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: V an dengan: V = kecepatan aliran, n = jumlah putaran tiap waktu tertentu, a,b = tetapan yang ditentukan dengan kalibrasi alat di laboratorium. b

Alat ini ada dua macam, yaitu current meter dengan sumbu mendatar dan dengan sumbu tegak seperti terlihat pada gambar di bawah. Bagian-bagian alat ini terdiri dari: baling-baling sebagai sensor terhadap kecepatan, terbuat dari streamline styling yang dilengkapi dengan propeler, generator, sirip pengarah dan kabel-kabel, contact box, merupakan bagian pengubah putaran menjadi signal elektrik yang berupa suara atau gerakan jarum pada kotak monitor berskala, kadang juga dalam bentuk digital, head phone yang digunakan untuk mengetahui jumlah putaran baling-baling (dengan suara klik ), kadang bagian ini diganti dengan monitor box yang memiliki jendela penunjuk kecepatan aliran secara langsung.

Current meter tipe sumbu tegak

Current meter tipe sumbu mendatar

Dengan alat ini dapat dilakukan pengukuran pada beberapa titik dalam suatu penampang aliran. Dalam praktek digunakan untuk pengukuran kecepatan aliran rerata pada satu vertikal dalam suatu tampang aliran tertentu. Mengingat bahwa distribusi kecepatan aliran secara vertikal tidak merata, maka pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut ini. Pengukuran pada satu titik yang umumnya dilakukan jika kedalaman aliran kurang dari 1 meter. Alat ditempatkan pada kedalaman 0.6 H yang diukur dari muka air. Pengukuran pada dua titik, dilakukan pada kedalaman 0.2 H dan 0.8 H diukur dari muka air. Kecepatan rerata dihitung sebagai berikut: V 0,5 V V 0,2 Pengukuran dengan tiga titik dilakukan pada kedalaman 0.2 H, 0.6 H dan juga pada 0.8 H. Hasilnya dirata-ratakan dengan rumus: V 0,2 0,8 1/ 3V V V 0,6 0,8

Hitungan debit aliran Hitungan debit aliran untuk seluruh luas tampang aliran adalah merupakan penjumlahan dari debit setiap pias tampang aliran. Dalam hitungan ini dilakukan dengan anggapan kecepatan rata-rata satu vertikal mewakili kecepatan rata-rata satu pias yang dibatasi oleh garis pertengahan antara dua garis vertikal yang diukur. Cara hitungan ini disebut dengan metode mid area method. Gambar di bawah menunjukkan sket penjelasan cara hitungan debit aliran berdasarkan data tinggi muka air dan kecepatan arus tersebut.

Cara hitungan debit aliran dengan mid area method

Prinsip pengukuran dan hitungan debit suatu saluran

Pengukuran Kualitas Air Pada kegiatan hidrometri untuk perencanaan sistem tata air (tata saluran) seringkali perlu disertai dengan pengukuran kualitas air. Umumnya parameter kualitas air yang diperhatikan adalah nilai ph yang menunjukkan tingkat keasaman air, DHL yaitu daya hantar listrik (electric conductivity) yang dapat dikorelasikan dengan salinitas atau kadar garam air di saluran/sungai dan nilai kandungan Fe. Di lahan rawa umumnya dijumpai air dengan tingkat keasaman tinggi dengan nilai ph rendah jauh di bawah 7. Nilai DHL yang tinggi mengindikasikan pengaruh air asin dari aliran pasang laut atau muara yang dapat masuk ke lahan. Kandungan Fe dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya sifat beracun air terhadap tanaman, yaitu jika nilainya lebih besar dari 10 ppm dan kondisi saluran terbuka akan dapat teroksidasi karena berhubungan dengan udara. Hal ini perlu diperhatikan terutama dalam perencanaan kedalaman saluran drainase, yang mana jika terlalu dalam atau proses pembuangan air terlalu besar dapat terjadi over-drainage yang menyebabkan potensi penyebaran toxic/racun tersebut.

Pengukuran nilai ph dapat dilakukan dengan menggunakan ph stick dengan ketelitian 1 skala, atau dengan ph meter yang dapat menunjuk langsung nilai keasaman air secara digital. DHL dapat diukur dengan EC meter yang dapat dilakukan langsung di lapangan. Nilai kadar Fe diukur di lapangan dengan mengambil sampel air yang diberi 3 macam reagen kimia: H2SO4 2N, KmnO4 0,1N dan NH4CNS 20%. Selanjutnya warna yang terjadi dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui nilai kadar Fe berdasar standar warna yang ada.

ph meter

Daya Hantar Listrik

Gambar-gambar Tambahan

Jejak Banjir

Alat serbaguna modern

Survey Sedimen & Kualitas Air

Terima Kasih