PROGRAM KERJA TIM KOMITE FARMASI DAN TERAPI RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI PROF. DR.SULIANTI SAROSO TAHUN 2015 PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT

KEBIJAKAN PENERAPAN FORMULARIUM NASIONAL DALAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

Kebijakan Obat Nasional, Daftar Obat Esensial Nasional, Perundangan Obat. Tri Widyawati_Wakidi

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggunaan obat ketika pasien mendapatkan obat sesuai dengan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 TENTANG

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN DOKTER DALAM PENULISAN RESEP SESUAI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT UMUM R.A.

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

KEBIJAKAN OBAT NASIONAL (KONAS) Kepmenkes No 189/Menkes/SK/III/2006

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar rumah sakit baik lokal, nasional, maupun regional. kebutuhan, tuntutan dan kepuasan pelanggan.

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

SUBSISTEM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

A. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI OBAT GENERIK TAHUN : Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan Harga Eceran

Prosiding Farmasi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Semua usaha yang dilakukan dalam upaya kesehatan tentunya akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik digunakan pada hewan maupun manusia (Mutschler, 1991), menurut

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SURVEI KESALAHAN DALAM PENULISAN RESEP DAN ALUR PELAYANANNYA DI 4 APOTEK KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

Dokumen yang dibutuhkan 1. Data Cakupan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta

Berdo a terlebih dahulu And Don t forget Keep smile

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit dr. Raden Soedjati Soemodiardjo merupakan rumah sakit umum milik pemerintah daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

MANAJEMEN DAN PENGGUNAAN OBAT (MPO) Dr.dr.Sutoto,MKes

TINGKAT KEPATUHAN DOKTER DALAM MENULISKAN RESEP PASIEN RAWAT JALAN BERDASARKAN FORMULARIUM DI RUMAH SAKIT BIOMEDIKA PERIODE JANUARI-MARET TAHUN 2016

KEBIJAKAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DIREKT0RAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

KEBIJAKAN OBAT DAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

PENGALAMAN DAN TANTANGAN MANAJEMEN OBAT DAN VAKSIN DI RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI DALAM ERA JKN

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

*FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUD Dr. Pirngadi. Universitas Sumatera Utara

Pengalaman dan Tantangan dalam Manajemen Obat di RSUDZA dalam Era JKN dr. Fachrul Jamal, SpAn.KIC

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :33.A 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 33.A TAHUN 2012

PENERAPAN PELAYANAN FARMASI SATU PINTU DI RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO. / SK / RSPB / / 2017

KATA SAMBUTAN DIREKTUR

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

KELENGKAPAN PENGISIAN INDIKASI MEDIS PADA FORM/BLANGKO PERMINTAAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

KEPUTUSAN DIREKTUR NOMOR : 004/SK-DIR/RSHDM/VIII/2012 TENTANG PENUNJUKAN PANITIA FARMASI DAN TERAPI RUMAH SAKIT HERMINA DAAN MOGOT

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan yang memadai di kalangan masyarakat. Kesehatan harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

TAHUN UPT PUSKESMAS PABUARAN Jl P.SUTAJAYA NO 129 LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kecenderungan konsumsi (pola penggunaan) obat, sebagai ukuran untuk

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

Pharmaceutical barrier in preventing counterfeit medicines in hospitals. Hadi Sumarsono, S. Farm., Apt.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN Jaminan Kesehatan Nasional. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

ANALISIS PENULISAN RESEP OBAT DI LUAR FORMULARIUM NASIONAL PADA PESERTA BPJS NON PBI DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III BENGKULU TAHUN 2015

Transkripsi:

PROGRAM KERJA TIM KOMITE FARMASI DAN TERAPI RUMAH SAKIT PENYAKIT INFEKSI PROF. DR.SULIANTI SAROSO TAHUN PENDAHULUAN Perawatan pasien di rumah sakit dan dalam fasilitas kesehatan lain seringkali tergantung pada keefektifan penggunaan obat. Keragaman obat yang tersedia mengharuskan dikembangkannya suatu program penggunaan obat yang baik di rumah sakit, guna memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang terbaik, rumah sakit harus mempunyai suatu program pemilihan dan penggunaan obat yang obyektif di rumah sakit. Program ini adalah dasar dari terapi obat yang tepat dan ekonomis. Konsep sistem formularium adalah suatu metode untuk mengadakan program tersebut dan telah digunakan oleh berbagai rumah sakit beberapa tahun yang lalu. Sistem formularium merupakan metode yang digunakan staf medik di rumah sakit yang bekerja melalui Komite Farmasi dan Terapi (KFT), mengevaluasi, menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia, yang dianggap paling berguna dalam perawatan pasien. Hanya obat yang dipilih demikian yang secara rutin tersedia di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian, sistem formularium adalah sarana penting dalam memastikan mutu penggunaan obat dan pengendalian harganya. Sistem formularium menetapkan pengadaan, penulisan, dispensing, dan pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik apabila obat tersedia dalam dua nama tersebut. Keberhasilan sistem formularium hanya dapat tercapai bila mendapat persetujuan dari Komite Medik, staf medis yang terorganisasi, anggota staf secara individu, dan berfungsinya Komite Farmasi dan Terapi (KFT) yang terorganisasi dengan baik. Kebijakan dan prosedur dasar yang menguasai sistem formularium harus tertera dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga atau dalam ketetapan dan peraturan staf medik. Hasil utama dalam sistem formularium adalah formularium rumah sakit, yaitu dokumen atau buku yang berisi kumpulan produk obat yang dipilih KFT disertai informasi tambahan penting tentang penggunaan obat tersebut, yang terus menerus di revisi agar selalu akomodatif bagi kepentingan pasien dan staf profesional pelayan kesehatan, berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan klinik staf medik di rumah sakit. 1. LATAR BELAKANG Tugas pokok Komite Farmasi dan Terapi (KFT) berdasarkan SK Direktur RSPI Prof DR. Sulianti Saroso Nomor : HK.02.04/VII.3/267/ adalah membantu Direktur RSPI Prof DR.Sulianti Saroso dalam pengelolaan obat-obatan dan alat kesehatan habis pakai, sedangkan salah satu fungsi KFT sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Direktur tersebut adalah menyusun formularium RSPI Prof. dr..sulianti Saroso, mengevaluasi dan merevisi setiap tahun, dengan memperhatikan usulan dari Staf Medik.

Formularium rumah sakit berperan sebagai koridor bagi pelaksana untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan kaidah dan standar terapi yang berlaku. Oleh karena itu, Formularium RSPI Prof dr. Sulianti Saroso perlu di revisi secara berkala tidak hanya menyesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, tetapi juga didasarkan pada kajian pola penyakit dan kajian penggunaan obat serta berbagai kebijakan Kementrian Kesehatan. II. TUJUAN a. Tujuan Umum Formularium RSPI Prof dr. Sulianti Saroso disusun untuk digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit untuk menjamin ketersediaan obat, serta menjamin kerasionalan penggunaan obat yang aman, bermanfaat dan bermutu bagi masyarakat b. Tujuan Khusus 1. Menjadi acuan bagi tenaga medis untuk menetapkan pilihan obat yang tepat, paling efficacious dan aman dengan harga yang terjangkau 2. Mendorong penggunaan obat secara rasional sesuai standar, sehingga pelayanan kesehatan lebih bermutu dengan belanja obat yang terkendali(cost effective) 3. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien kepada masyarakat. 4. Memudahkan perencanaan dan penyediaan obat di RSPI Prof. dr. Sulianti Saroso dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kebutuhan. III. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN Kegiatan Pokok : 1. Permintaan usulan obat secara tertulis kepada seluruh Staf medis. 2. Kompilasi Usulan 3. Penyusunan draft daftar obat. 4. Pembahasan draft. 5. Finaloisasi draft. 6. Pengesahan. Rincian Kegiatan :

No Kegiatan Pelaksana Jadwal. 1. Permintaan usulan obat secara tertulis Ketua Tim Komite Maret kepada seluruh Staf Medis. Farmasi dan Terapi 2. Kompilasi Usulan Sekretaris KFT April - Juni 3. Penyusunan draft daftar obat Sekretaris KFT Juli -September 4. Pembahasan draft Komite Farmasi dan Terapi September Oktober 5. Finalisasi draft Sekretaris KFT November 6. Pengesahan Direktur Utama RS. Prof DR Sulianti Saroso Desember IV. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN (METODOLOGI) Metodologi : 1. Permintaan usulan obat secara tertulis kepada seluruh Staf medis (STAF MEDIS). 2. Kompilasi Usulan Pelaksana melakukan kompilasi usulan obat yang masuk dan dikelompokkan sesuai dengan kelas terapi. 3. Penyusunan draft daftar obat Draf daftar obat disusun dengan sistematika sebagai berikut : a) Daftar obat disusun berdasarkan kelas terapi. b) Nama obat ditulis dengan nama generik. c) Penulisan obat didalam kelas terapi disusun secara alfabetis. 4. Pembahasan draft Pembahasan draft dilakukan bersama oleh KFT. Usulan obat yang dibahas diutamakan pada usulan yang disertai alasan dan bukti ilmiah (evidence) yang lengkap serta memenuhi sarat kriteria memasukan obat dalam formularium. Prinsip dasar pemilihan obat adalah efficacy, saffety, dan economic evaluation. 5. Finalisasi draft Draft yang telah dibahas, difinalisasi untuk penyempurnaannya. 6. Pengesahan Diterbitkan Surat Keputusan Direktur Utama RSPI. Prof Dr. Sulianti Saroso tentang Formularium Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso. Kriteria Pemilihan Obat : Pemilihan obat dalam Formularium RSPI. Prof Dr. Sulianti Saroso didasarkan atas kriteria berikut :

1. Mengutamakan penggunaan obat generik (Rasio 80% generic : 20 % Branded). 2. Jumlah obat dengan nama generik yang sama mengikuti rasio sebagai berikut : 1 (satu) obat generik ; 1 (satu) obat original ; dan 1 (dua) obat me too. 3. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang yang paling menguntungkan penderita. 4. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas. 5. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan. 6. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan. 7. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien. 8. Memiliki rasio manfaat-biaya(benefit-cost ratio)yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung. 9. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan dijatuhkan pada a. Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah b. Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan. c. Obat yang stabilitasnya lebih baik. d. Mudah diperoleh e. Obat yang telah dikenal 10. Obat jadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut : a. Obat hanya bermanfaat bagi pasien dalam bentuk kombinasi tetap. b. Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi daripada masing-masing komponen. c. Perbandingan dosis komponen kombinasi tatap merupakan perbandingan yang tepat untuk sebagian besar pasien yang memerlukan kombinasi tersebut. d. Kombinasi tetap harus meningkat rasio manfaat-biaya(benefit-c0st ratio) e. Untuk antibiotika kombinasi tetap, harus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya resistensi dan efek merugikan lainnya. 11. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan di RSPI Prof dr Sulianti Saroso dengan harga yang terjangkau Kriteria Penghapusan Obat: 1. Obat-obat yang jarang digunakan (slow moving) akan di evaluasi 2. Obat-obatan yang tidak digunakan (death stock) setelah waktu 3 (tiga) bulan maka akan di ingatkan kepada dokter-dokter terkait yang menggunakan obat tersebut. Apabila 3(tiga)bulan berikutnya tetap tidak/kurang digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan dari buku formularium. 3. Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh Pemerintah/BPOM atau dari pabrikan Terminologi 1. Isi dan format Formularium a. Satu jenis obat dapat digunakan dalam beberapa bentuk sediaan, dan satu bentuk sediaan dapat terdiri dari beberapa jenis kekuatan. b. Dalam Formularium RSPI Prof. dr. Sulianti Saroso, obat dikelompokkan berdasarkan kelas, subkelas dan kadang-kadang sub-subkelas terapi obat disusun berdasarkan nama obat.

c. Satu jenis obat dapat tercantum ke dalam lebih dari 1(satu) kelas atau subkelas atau sub-kelas terapi sesuai indikasi medis. 2. Tata Nama a. Nama obat dituliskan sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi terakhir. Jika tidak ada dalam Farmakope Indonesia maka digunakan International Nonproprietary Names(INN)/ nama generik yang diterbitkan WHO. b. Obat yang sudah lazim digunakan dan tidak mempunyai nama INN(generik)ditulis dengan nama lazim, misalnya :garam oralit. c. Kombinasi yang tidak mempunyai nama INN (generik) diberi nama yang disepakati sebagai nama generik untuk kombinasi dan dituliskan masingmasing zat berkhasiatnya disertai dengan kekuatan masing-masing komponen. d. Untuk beberapa hal yang dianggap perlu sinonim, dituliskan diantara tanda kurung. 3. Pengertian dan Singkatan a. Pengertian (1). Bentuk Sediaan Bentuk sediaan adalah bentuk obat sesuai pembuatan obat tersebut dalam bentuk seperti yang akan digunakan, misaknya: tablet salut enterik, injeksi intravena dan sebagainya. (2). Kekuatan Sediaan Kekuatan sediaan adalah kadar zat berkhasiat dalam sediaan obat jadi. Untuk kekuatan sediaan dalam bentuk garam atau esternya, maka garam atau ester tersebut dicantumkan dalam tanda kurung, misalnya :ethambutol tablet 250mg (hidroklorida). Sedangkan untuk kekuatan kandungan zat berkhasiatnya saja,maka nama garam atau ester yang ditulis dalam tanda kurung akan didahului dengan kata sebagai, misalnya : klorokuin tablet 150 mg(sebagai fosfat). (3). Nama Dagang Nama dagang obat milik perusahaan dengan nama khas yang dilindungi oleh hukum (4). Nama Industri Farmasi Nama Industri Farmasi adalah nama pabrik farmasi yang memproduksi obatobatan b. Singkatan amp bls btl gr ih : ampul : blister : botol : gram : inhalasi

inj inj i.k inj i.m inj i.v inj inflr inj p.v inj s.k kapl kaps kaps dlm minyak ktg ktk L lar lar ih mcg mek mg serb inj sir sup susp tab tts : injeksi : injeksi intrakutan : injeksi intramuskular : injeksi intravena : injeksi infiltrasi : injeksi paravertebral : injeksi subkutan : kaplet : kapsul : kapsul dalam minyak : kantong : kotak : liter : larutan : larutan inhalasi : microgram : miliekuivalen : miligram : serbuk injeksi : sirup : supositoria : suspensi : tablet : tetes SINGKATAN YANG DILARANG KERAS Nomor Item Singkatan Misinterprentasi Wajib Gunakan 1 1 U (untuk unit) Disalah artikan Harus ditulis unit sebagai nol, empat atau cc 2 2 IU (untuk Disalah artikan Harus dituli Internasional Unit) sebagai IV (intravenus) atau 10 Internasional Unit 3 3 4 4 5 6 Q.D., Q.O.D untuk sehari sekali atau setiap lain hari Angka 0 dibelakang koma, X,0. Misal: 1,0 mg Angka 0 didepan koma, 0,X. Misalnya:,1 mg (sepuluh) Q dapat disalah artikan I dan O dapat disalah artikan I Disalah artikan menjadi 10 mg Disalah artikan menjadi 1 mg Harus ditulis setia hari atau setiap lai hari Tidak bole menulis 0 setela koma Tidak bole menghilangkan koma didepa

5 7 8 9 MS MS04 MgSO4 Membingungkan satu dgn yang lain, bisa diartikan Morfin sulfat atau Magnesium sulfat angka, harusny Morphin sulfat atau Magnesium 0.1 mg Harus dituli Sulfat VI. SASARAN Sasaran dari sistem formularium ini adalah tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal terhadap pasien melalui seleksi dan penggunaan obat yang rasional di RSPI Prof Dr Sulianti Saroso. VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN No. Kegiatan 1 Permintaa n usulan obat secara tertulis kepada seluruh Staf medis 2 Kompilasi Usulan 3 Penyusuna n draft daftar obat 4 Pembahas an draft 5 Finalisasi draft 6 Pengesaha n Mare t April -Juni Juli- Septem er Septemb er Oktober Novemb er Desemb er VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN Penerapan Formularium RSPI Prof Dr Sulianti Saroso perlu dipantau dan dievaluasi secara kontinyu. Pemantauan dan evaluasi dilakukan umtuk menunjang keberhasilan penerapan Formularium RSPI Prof Dr

Sulianti Saroso melalui mekanisme pemantauan dan evaluasi keluaran dan dampak penerapan Formularium RSPI Prof Dr Sulianti Saroso yang sekaligus dapat mengidentifikasi permasalahan potensial dan strategi penanggulangan yang efektif. Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan fungsi dn tingkatnya, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan meliputi: 1. Evaluasi penulisan resep dan penggunaan obat formularium dan obat generik. 2. Pencatatan obat nonformularium yang sering diresepkan. 3. Evaluasi perubahan harga obat formularium. 4. Pelaporan obat formularium yang sudah tidak diproduksi lagi. Ketua Tim Komite Farmasi dan Terapi RSPI Prof Dr Sulianti Saroso Dr Wariyah, Sp. Syaraf NIP 196312271997032001