BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun. dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan lapangan industri dan perdagangan merupakan salah satu penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah di wilayah negaranya. Dalam pembangunan perekonomian di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN SEKTOR UNGGULAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN STRATEGI PEMBANGUNANNYA (Studi Kasus di Kabupaten Magelang Tahun ) INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 ( Juta Rupiah) dan Laju Pertumbuhan PDRB Karesidenan Kedu Tahun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BPS KABUPATEN MALINAU

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat dari berbagai aspek. meluasnya kesempatan kerja serta terangsangnya iklim ekonomi di wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kebijakan Otonomi Daerah yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi


PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2014 Ekonomi Gorontalo Tahun 2014 Tumbuh 7,29 Persen

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BPS KABUPATEN BATU BARA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TAHUN 2016

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi nasional pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan pembangunan ekonomi ragional. Pembangunan ekonomi nasional yaitu untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang merata dengan hasil pembangunan pemerataan pendapatan antar wilayah daerah. Namun untuk mencapai sasaran yang diinginkan bukanlah perkerjaan yang mudah, karena pembangunan ekonomi suatu daerah berkaitan dengan potensi ekonomi dan karakteristik yang dimiliki. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi yaitu salah satu tujuan dari pembangunan yang merupakan indikasi penting untuk keberhasialan pembangunan ekonomi yang berkaitan dengan pendapatan rill dan pendapatan perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga pertumbuhan fundamental struktur ekonomi yang dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Alat indikator yang digunakan untuk mengukur kondisi ekonomi suatu wilayah dalam priode tertentu menggunakan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi menunjukan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan ekonomi masyarakat yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan pembangunan yang telah tercapai dan dapat pula digunakan untuk menentukan arah pembangunan yang akan datang. 1

2 Tujuan utama pembangunan ekonomi daerah adalah mencapai pertumbuhan yang setinggi-tingginya, selain itu juga berupaya menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, meningkatkan pemerataan pendapatan, dan mengurangi tingkat pengangguran dengan cara menciptakan kesempatan kerja atau perluasan lapangan kerja bagi penduduk agar setiap penduduk berkesempatan untuk menyejahterakan kehidupannya (Todaro dan Smith, 2006). Bila membandingkan pertumbuhan ekonomi antar daerah, ditemui kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat disebabkan oleh struktur ekonominya sebagian besar memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat. Namun sebaliknya jika pertumbuhan ekonominya lambat maka struktur ekonominya memiliki laju pertumbuhan yang lambat pula. Untuk dapat melakukan analisis pertumbuhan ekonomi yaitu dengan menunjukan kegiatan perekonomian dimana tambahan pendapatan ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pada priode tertentu dan dapat digunakan sebagai penentu arah pembangunan dimasa yang akan datang. Menurut Arsyad (1999), setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja yang dapat di akses oleh masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersamasama mengambil inisiatif membangun daerah. Pemerintah daerah berserta partisipasi masyaraktanya dengan menggunakan sumberdaya yang ada berupaya menginventalisir potensi sumber daya yang dimiliki untuk

3 merancang dan membangun strategi perekonomian daerah. Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang di tetapkan pada suatu daerah belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lain. Jika akan membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil harus sesuai dengan kondisi (masalah, kebutuhan dan potensi) daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu, penelitian yang mendalam tentang keadaan tiap daerah harus di lakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna bagi penentuan perencanaan pembangunan daerah yang bersangkutan. Kesungguhan pemerintah dalam membangun daerah ini di ukur dengan adanya suatu sistem pemerintahan yang dikenal dengan istilah otonomi daerah. Untuk mendukung hal itu pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang pengembangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 dan direvisi kembali menjadi Undang-Undang No.23 tahun 2014 tentang pemerintah. Peranan pemerintah dengan adanya Otonomi Daerah yaitu diharapkan pemerintah daerah dapat mengelola rumah tangganya sendiri untuk terus membangun daerahnya, dengan syarat pemerintah daerah berserta perangkatnya harus ikut berkerja agar mampu mencapai tujuan dari pembangunan ekonomi yang semakin besar supaya bisa menjalankan roda pemerintahan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk mencapai pembangunan yang diinginkan.

4 Dengan indikator kemajuan perekonomian suatu daerah, petumbuhan ekonomi secara agregat dapat di hitung dengan analisis Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) rata-rata yang tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektor yang memiliki kontribusi relatif besar dan sektor tersebut memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi yang akan dapat lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan begitupun sebaliknya. Analisis kontribusi digunakan untuk mengetahui besarnya angka PDRB sebagai salah satu indikator yang menunjukan kemampuan sumber daya yang dihasilkan oleh suatu daerah. Provinsi Jawa Tengah memiliki karakteristik yang berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. Spesifik perekonomian Jawa Tengah dibangun dengan mengandalkan industri pengolahan sebagai leading sector. Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan industri pengolahan sebagai penyumbang utama PDRB di Jawa Tengah dengan porsi peranan diatas 35 persen. Dalam konteks Jawa Tengah, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di tahun 2015 mencapai sebesar 5,44 persen. angka ini relatif lebih tinggi dari angka nasional yang mencapai sebesar 4,79 persen.

5 Laju Pertumbuhan Jawa Tengah 5.5 5.4 5.44 5.3 5.3 5.34 5.28 5.2 5.1 5.11 5 4.9 2011 2012 2013 2014 2015 Laju Pertumbuhan Jawa Tengah Sumber: BPS Jawa Tengah, 2015 GAMBAR 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah 2011-2015 (persen) Berdasarkan gambar 1.1 diatas menunjukan selama tahun 2011-2015, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah memiliki kecenderungan meningkat. Di tahun 2011, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah adalah sebesar 5,3 persen kemudian meningkat di tahun 2012 menjadi 5,34 persen dan selanjutnya tercatat di tahun 2015 sebesar 5,44 persen. Kabupaten Magelang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas wilayah 1.085,73 km² dengan jumlah penduduk 1.245.496 jiwa pada tahun 2015. Karakteristik potensi utama dari Kabupaten Magelang di dominasi dari sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Magelang terletak diposisi strategis antara Gunung Merapi yang sampai saat ini masih aktif dan Gunung Merbabu.

6 Dengan kesuburan tanahnya Kabupaten Magelang selalu menghasilkan sayuran yang melimpah. Karena itu komoditi sayuran dan padi berperan cukup besar bagi perekonomian Kabupaten Magelang. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di tahun 2015 sebesar 5,35 persen, angka tersebut sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang hanya mencapai 4,79 persen. LAJU PERTUMBUHAN KABUPATEN MAGELANG 6.68 4.88 5.91 4.88 5.35 2011 2012 2013 2014 2015 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Magelang Sumber: BPS Kab. Magelang 2015 GAMBAR 1.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Magelang 2011 2015 (persen) Berdasarkan gambar 1.2 di atas menunjukan selama tahun 2011 2015, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Magelang memiliki kecenderungan fluktuatif. Pada tahun 2011, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Magelang sebesar 6,68 persen, kemudian menurun pada tahun 2012 sebesar 4,88 persen. Lalu mengalami peningkatan di tahun 2013 menjadi sebesar 5,91 persen.

7 Selanjutnya pada tahun 2014 turun kembali menjadi sebesar 4,87 persen dan tercatat pada tahun 2015 menjadi sebesar 5,35 persen. Kabupaten Magelang merupakan Kabupaten yang berada di dataran tinggi yaitu sekitar 380 meter diatas permukaan laut. Letak Kabupaten Magelang yang strategis berada di perislangan jalur transportasi ekonomi antara Semarang Magelang Yogyakarta dan Purworejo Temanggung dengan itu Kabupaten Magelang mampu meningkatkan PDRBnya dari beberapa lapangan usaha sebagai penambah perekonomian. Real Administrasi, Jasa Pendidikan, Estat, 3.66 5.78 Jasa Perusahaan, 1.85 0.23 Jasa Keuangan, 2.67 Informasi, 3.14 Akomodasi, 4.07 Transportasi, 3.4 Jasa Lainnya, 2.01 Pertanian, 23.16 Industri, 21.84 Pertambangan, 4.56 Jasa Kesehatan, 0.78 Perdagangan besar&eceran, 13.44 Konstruksi, 9.29 Sumber : BPS Kab, Magelang 2015 Daur ulang, 0.08 Pengadaan Listrik, 0.05 GAMBAR 1.3 Kontribusi Kategori/Lapangan Usaha Terhadap PDRB tahun 2015 Berdasarkan gambar 1.3 diatas tampak kontribusi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan menjadi kontribusi PDRB unggulan di Kabupaten Magelang. Pada tahun 2015 saja, mencapai 23,16 persen PDRBnya disumbang dari Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Kemudian Industri Pengolahan

8 mencapai persen dan Perdagangan Besar dan Eceran mencapai 13,44 persen. Selanjutnya peranan selain itu di bawah 10 persen. Pada periode 2011-2015 kegiatan ekonomi secara berkesinambung terus berjalan memberi perubahan yang berdampak pada struktur ekonomi. Peranan katagori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan pada kurun 5tahun ini mengalami penurunan dari 25,45 persen pada tahun 2011 menjadi 23,16 persen pada tahun 2015. Meskipun peranannya sedikit cenderung menurun kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan di Kabupaten Magelang tetap menjadi basis ekonomi masyarakat, mengingat penyerapan pada katagori itu tetap tinggi untuk ekonomi masyarakat. Selanjutnya peranan terendah ada pada Pengadaan Listrik dan Gass yang pada tahun 2011 sebesar 0,06 persen dan semakin menurun lagi pada tahun 2015 sebesar 0,05 persen. Kabupaten Magelang merupakan daerah yang cukup potensial untuk lebih di kembangkan dengan sektor-sektor unggulan yang menunjang, dengan otonomi daerah ini sangat diharapkan akan tercapainya otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Karena itu pemerintah daerah harus berupaya menggali dan mengelola sumber-sumber pendapatan yang ada secara intensif agar dapat meningkatkan perekonomian di wilayah tersebut. Selain penjelasan diatas, yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah pertumbuhan penduduk yang semakin terus meningkat sehingga membuat kebutuhan ekonomi yang semakin bertambah tinggi. Pemenuhan ekonomi tersebut harus berorientasi pada penambahan pendapatan. Maka

9 konsekuensinya harus difokuskan pada pembangunan sektor-sektor unggulan yang memberikan dampak pengganda terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan. Sehingga pembangunan ekonomi itu dapat berjalan sesuai dengan tujuan utama yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, menarik untuk dilakukan penelitian dan mengkaji lebih lanjut mengenai Analisis Sektor Basis dan Sektor Unggulan Pembangunan Daerah dan Startegi Pengembangannya (Studi Kasus Kabupaten Magelang Tahun 2011-2015). B. Batasan Masalah Penelitian Mengingat ruang lingkup pembangunan ekonomi daerah sangat luas maka peneliti membatasi pembahasan masalah pada sektor-sektor ekonomi potensial yang dapat mendukung pembangunan pertumbuhan di Kabupaten Magelang dengan pendekatan Produk Domestik Bruto (PDRB) berdasarkan data tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat diteliti adalah sebagai berikut : 1. Sektor manakah yang mempunyai potensi sebagai sektor basis serta yang mempunyai keunggulan kompetitif dan daya saing dengan bantuan alat Location Quotitent (LQ), Shift Share?

10 2. Sektor apakah yang sangat berpotensi sebagai pengembangan pembangunan dengan memanfaatkan alat analisis Klassen Typology? 3. Bagaimana strategi pengembangan sektor unggulan dan non unggulan untuk pembangunan wilayah dengan bantuan analisis SWOT? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sektor apa yang menjadi potensi sebagai sektor basis dan memiliki keunggulan kompetitif dan daya saing dengan bantuan Location Quotitent (LQ), Shift Share. 2. Untuk mengetahui sektor apa yang yang sangat berpotensi untuk memacu pengembangan pembangunan dengan alat analisis Klassen Typologi. 3. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengembangan sektor unggulan dan non unggulan untuk pembangunan wilayah dengan bantuam analisis SWOT. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang hal yang diteliti menjadi sarana penerapan dan implementasi teori-teori yang di terima pada saat kuliah dilapangan.

11 2. Bagi Mahasiswa Mengetahui sektor-sektor yang menjadi unggulan di Kabupaten Magelang dan dapat digunakan sebagai landasan informasi penelitian mengenai kondisi perekonomian di kemudian hari. 3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai bahan masukan dalam menentukan arah kebijakan pemerintah terutama dalam bidang ekonomi.