PENDAHULUAN. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. DAUR ULANG SAMPAH BOTOL PLASTIK

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

POPOK KAIN MENGURANGI BEBAN BUMI

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini berbagai Negara mulai merespon terhadap bahaya sampah plastik, terutama

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PELATIHAN PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN REUSABLE BAGUNTUK MELATIH SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH DALAM MELAKUKAN DIET PLASTIK

KISI-KISI SOAL UJI COBA TEMA SAMPAH DAN PENANGGULANGANNYA (TES PENGUASAAN KONSEP)

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS USAHA KERAJINAN TAS DARI BAHAN BAKU PLASTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)

DAUR ULANG SAMPAH PLASTIK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

KuliaH KiNGKuNGN bisnis Kerajinan barang bekas

KERJA SAMA BISNIS PENDIRIAN BANK SAMPAH MODEL BARU

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!

KARYA ILMIAH USAHA DAUR ULANG SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. Populasi dunia meningkat dan dengan perkiraan terbaru akan

III. METODOLOGI PENELITIAN

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

I. PENDAHULUAN. 2. Latar Belakang Perancangan

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Tentang Lingkungan Hidup. Wan Muhamad Idris Baros Management

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini sampah merupakan masalah serius di negeri ini. Terutama

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PRODUK INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN (IRTP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kasus tersebut akan dialami oleh TPA dengan metode pengelolaan open dumping

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini sering terjadinya global warming dimana-mana yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

BANTAL UNIK DARI SAMPAH PLASTIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di

KALENG. Andrea Marcella Viona Albert Aridarno

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

Oleh: ANA KUSUMAWATI

BAB I PENDAHULUAN. kekurang-pedulian warga negara terhadap lingkungannya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

Gambar 2.1 organik dan anorganik

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. beberapa contoh penyumbang terbesar pemanasan global saat ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kuesioner Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAYA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

PERANCANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN INDUSTRI KREATIF DI DAERAH PARIWISATA

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI BRIKET YANG BERGUNA DAN RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan,

Q1 ( Apakah konsumen pernah mendengar istilah Green Product ) Pernyataan Frekuensi % Pernah 61 61% Belum Pernah 39 39% Total %

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kepedulian serta kesadaran akan lingkungan saat ini telah menjadi

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN. Di era ekonomi modern seperti saat ini, adanya berbagai isu yang

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PKK DALAM PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI PRODUK KERAJINAN TANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

ISO untuk meminimalkan limbah, by Sentral Sistem Consulting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

USAHA PEMANFAATAN BARANG BEKAS PLASTIK

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB I PENDAHULUAN. plastik, maka akan berkurang pula volume sampah yang ada di Tempat

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isu berkurangnya lahan yang digunakan sebagai Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah bukan lagi masalah baru. Terutama di negara berkembang, pengolahan sampah seringkali masih menjadi masalah tersendiri disebabkan belum adanya penanganan secara serius. Di Indonesia sendiri, pengolahan sampah terpadu masih jarang sekali ditemui. Mayoritas sampah di Indonesia masih sekedar diangkut dan ditumpuk di suatu TPA, tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Tentunya dengan kondisi seperti ini tidak mengherankan apabila masyarakat menolak pembangunan TPA di sekitar rumahnya karena penumpukan sampah begitu saja hanya akan menimbulkan berbagai macam penyakit dan bahaya kesehatan bagi masyarakat di sekitarnya. Perkembangan industri dan kemajuan teknologi mendorong perubahan gaya hidup manusia. Tak mengherankan jika jenis dan komposisi sampah terus berubah dari tahun ke tahun. Semakin maju suatu negara, semakin beraneka ragam jenis sampah yang dihasilkan. Semakin modern suatu gaya hidup akan semakin sedikit pula sampah organik yang dihasilkan. Di Indonesia sendiri, hal ini dapat dilihat dari jumlah sampah yang masuk ke TPA dari tahun ke tahun. Berikut ini adalah komposisi sampah di Kota Bandung dalam persen. Tabel 1 Komposisi Sampah Kota Bandung No Jenis Sampah Tahun 1978 1985 1988 1994 1 Sampah Organik 80,45 77 73,35 63,56 2 Kertas 7,5 7,96 9,74 10,42 3 Tekstil 1 0,96 0,45 0,95 4 Plastik/Karet 0,23 0,79 0,43 1,45 5 Pecah Belah 1,93 1,14 1,32 1,7 6 Logam 3,69 8,82 8,56 9,76 7 Lain-Lain 5,23 3,41 6,14 12,16 Sumber : Pengelolaan Sampah Kota Bandung (1998/1999) ; Konalnus (2000) Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa jumlah sampah organik dari tahun ke tahun terus menurun sedangkan jumlah sampah kertas, plastik/karet, logam, serta sampah lainnya meningkat. Ini menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup membawa perubahan pada variasi jenis sampah yang dihasilkan. Dapat diketahui bahwa semakin hari akan semakin dibutuhkan pengolahan sampah yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan sampah yang semakin kompleks. Sebagai langkah pencegahan, dibutuhkan mekanisme penekanan jumlah sampah guna mengurangi jumlah sampah yang diproduksi manusia setiap harinya. Bungkus berlapis aluminium foil merupakan kemasan produk yang sering ditemui di masyarakat. Sebagian besar bungkus berlapis aluminium foil ini hanya digunakan sebagai pembungkus produk sekali pakai: makanan, minuman, deterjen, dan lain-lain. Tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi terhadap

2 produk-produk berkemasan berupa bungkus berlapis aluminium foil ini membuat sampah-sampah tersebut kian menjamur di tempat pemrosesan akhir, tidak seperti botol-botol plastik yang dapat berakhir di tangan para pendaur ulang plastik. Sampah yang jumlahnya sangat banyak ini tentunya membutuhkan mekanisme pengelolaan sehingga penekanan jumlah sampah di TPA dapat dilakukan. Di sisi lain, gaya hidup yang berpihak pada kelestarian lingkungan, yang lebih dikenal dengan eco lifestyle, sudah mulai sering terdengar. Namun, seringkali isu tersebut hanya berhenti sebagai wacana tanpa membawa perubahan pada perilaku masyarakat. Dibutuhkan pembangunan citra eco lifestyle sebagai gaya hidup yang mudah dan membawa banyak keuntungan, baik bagi lingkungan maupun langsung pada pelakunya. Itulah alasan-alasan bahwa pemanfaatan kemasan berupa bungkus berlapis aluminium foil sebagai upaya mempopulerkan eco lifestyle serta meminimalisasi jumlah sampah perlu dilakukan sebagai salah satu solusi dari kondisi-kondisi tersebut. Tujuan 1. Meminimalisasi jumlah sampah melalui pemanfaatan sampah serta mengurangi penggunaan bahan baku baru. 2. Meningkatkan minat dalam penerapan gaya hidup yang berpihak pada kelestarian lingkungan / eco lifestyle PENDEKATAN TEORETIS Bungkus Berlapis Aluminium Foil Aluminium foil umumnya terdiri atas 92 sampai 99% logam aluminium serta memiliki ketebalan berkisar antara 0.00017 sampai 0.0059 inci. Aluminium foil memiliki banyak kegunaan di dunia industri, salah satunya sebagai bahan pelapis makanan. Hal ini disebabkan aluminium foil memiliki harga produksi yang murah, tahan lama, tidak beracun, dan anti air. Bahkan lebih jauh lagi, aluminium foil dapat menangkal zat kimia berbahaya dan bertindak sebagai pelindung terhadap sifat kemagnetan.(3) Khusus di dalam industri pengemasan makanan, aluminium foil sangat membantu dalam menangkal cahaya matahari, oksigen, dan bakteri yang mungkin masuk. Hal ini sangatlah penting karena kedua elemen itu dapat merusak struktur makanan sehingga kualitasnya tidak maksimal. Selain itu, aluminium foil pun dapat menjaga rasa, bau, serta kelembaban yang sangat penting dalam industry makanan. Harga produksi aluminium foil yang murah, menyebabkan produksi aluminium foil berkembang pesat.(4)

3 Di samping semua kelebihannya, aluminium foil tetap memiliki banyak kekurangan. Dalam setiap pemrosesan bijih aluminium menjadi aluminium siap pakai, ternyata dibutuhkan sumber daya energi yang tidak sedikit. Pada umumnya, dibutuhkan sekitar 15,7 kwh listrik untuk mendapatkan 1 Kg saja aluminium. Energi sebesar itu kebanyakan didapatkan, tentu saja, dari bahan bakar fosil yang tidak ramah lingkungan. Keseluruhan pemrosesan aluminium, secara pendekatan, bertanggung jawab 1% atas global warming yang saat ini sedang ramai dibicarakan. Belum lagi perusakan lingkungan yang disebabkan dalam penambangan aluminium, seperti pencemaran air, udara, dan instabilitas ekosistem. Dari 6 ton bijih aluminium, hanya dapat diekstrak 1 ton aluminium utuh saja. (2). Aluminium foil sangat tahan lama dan sulit untuk dapat terurai. Dibutuhkan waktu 400 tahun untuk aluminium agar dapat terurai di tanah. Dengan membakarnya di udara bebas bahkan menyebabkannya menjadi masalah baru, yakni terlepasnya logam beracun dan gas berbahaya ke lapisan atmosfer. Daur ulang merupakan sebuah solusi yang tepat bagi aluminium foil dalam menekan permasalahan lingkungan. (6) Tidak seperti besi yang mudah berkarat, aluminium foil ternyata 100% merupakan bahan yang dapat didaur ulang. Mendaur ulang aluminium foil, secara teknis memiliki kesamaan dengan mengolah kaleng aluminium. Namun masalahnya aluminium foil sering mudah kotor dan terkelupas, sehingga dibutuhkan cara yang kreatif dalam mendaur ulangnya.(5) Metode Pengelolaan Sampah yang Digunakan Sampah menurut Undang Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Diperkirakan hanya sekitar 60 % sampah di kota-kota besar di Indonesia yang dapat terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), yang operasi utamanya adalah pengurugan (landfilling). Banyaknya sampah yang tidak terangkut kemungkinan besar tidak terdata secara sistematis (1). Berdasarkan fakta tersebut, dapat diketahui bahwa masih banyak sekali sampah yang tidak terangkut ke TPA baik itu tercecer, maupun diolah secara mandiri oleh masyarakat. Berikut diagram pengelolaan sampah di Indonesia.

4 Grafik 1 Sistem Penanganan Sampah (8) Beberapa dari sistem penanganan sampah dapat diketahui bahwa tidak semua sistem penanganan sampah aman diterapkan. Banyak diantaranya yang justru menimbulkan masalah baru seperti polusi, penghambatan aliran sungai, dan lain-lain. Pada pengelolaan sampah kemasan berupa bungkus berlapis aluminium, metode pengelolaan yang diterapkan kali ini adalah metode daur ulang. Kemasan berupa bungkus berlapis aluminium foil didaur ulang menjadi anyaman cantik. Anyaman tersebut kemudian dapat dibentuk menjadi dompet, tas, dan lain-lain. Berikut ini adalah tata cara penganyaman bungkus berlapis aluminium. 1. Bungkus berlapis aluminium dirapikan kemudian dicuci sampai tidak lagi tercium aroma produk yang dikemas sebelumnya 2. Gunting bungkus berlapis aluminium secara vertikal sehingga bungkus dapat dibuka secara simetris, ada bagian depan dan belakang bungkus, sama besar 3. Lipat secara horizontal menjadi 4 bagian sama besar dengan posisi lapisan aluminium foil berada di bagian dalam sehingga yang terlihat adalah bagian luar kemasan (bergambar) dengan ukuran seperempat ukuran vertikal bungkus secara keseluruhan 4. Lakukan cara yang sama pada 1 bungkus lain sehingga diperoleh 2 buah lipatan berukuran seperempat ukuran vertikal. Kemudian kedua lipatan tersebut disilangkan secara bertumpuk saling memotong tegak lurus. Kemudian lipat salah satu potongan ke sisi lain. 5. Lipat bagian lipatan pendek tiga kali dengan ukuran sama persis dengan ukuran perpotongan kedua lipatan tersebut. Gunting bagian berlebih

5 kemudian selipkan ujung potongan ke tengah lipatan sehingga diperoleh bentuk persegi dan 2 ekor. 6. Lanjutkan dengan cara yang sama di bagian potongan yang miring 7. Hasil anyaman dapat disatukan baris demi baris dengan bantuan benang sehingga disatukan dan dirajut dengan kuat membentuk tas, dompet, dan lain-lain Produk-produk buatan tangan inilah yang diperkenalkan dan dipasarkan kepada masyarakat. Kemudian dilakukan penyebaran angket kepada 100 orang pelajar dan mahasiswa dari seluruh pelosok Indonesia untuk menguji kelayakan dan keefektifan produk ini dalam menigkatkan minat masyarakat untuk menerapkan eco lifestyle. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk satu buah dompet ukuran 13cm x 8cm yang dibuat dari bungkus kopi ukuran 8,5cm x 8cm, jumlah bungkus kopi yang dibutuhkan adalah 80 bungkus. Dengan begitu, sudah dilakukan minimalisasi sampah setara dengan 80 bungkus kopi. Untuk dompet ukuran besar, diperlukan 96 bungkus kopi. Untuk tas ukuran sedang diperlukan sampai dengan 300 bungkus kopi. Berdasarkan jumlah produk yang terjual, sedikitnya dalam sebulan terjual 8 dompet kecil dan 5 buah dompet besar. Dengan kata lain, paling sedikit sampah bungkus kopi yang terkurangi adalah (8x80) + (5x96) =1120 bungkus. Maka dalam setahun, sampah bungkus kopi yang dapat dikurangi adalah 13440 bungkus, atau setara dengan 2688 dus kopi. Berikut ini adalah beberapa variasi produk yang dapat dihasilkan dari anyaman bungkus berlapis aluminium foil. Gambar 1 Hasil Anyaman Kemasan Berupa Bungkus Berlapis Aluminium Foil

6 Pada pengelolaan sampah ini, langkah utama yang dilakukan adalah penanganan sampah dengan metode daur ulang. Penanganan sampah langsung di sumbernya ini memiliki tingkat keefektifan yang lebih tinggi dibandingkan menunggu sampah sampai di tempat pemrosesan akhir baru kemudian ditangani. Karena hanya sekitar 60% sampah masuk ke TPA, maka dapat dikatakan bahwa pengolahan sampah di sumber, memiliki keefektifan lebih 40%daripada pengolahan di TPA. Disamping itu, cara daur ulang ini dapat menghemat bahan baku baru dalam pembuatan dompet dan tas sehingga jumlah sampah dapat dikurangi sebelum dihasilkan. Sehubungan dengan perubahan gaya hidup masyarakat, penggunaan bungkus berlapis aluminium foil sebagai kemasan tidak terelakkan mengingat produk kemasan yang beredar dari tahun ke tahun semakin banyak menggantikan produk buatan tangan/dapur. Lembaran aluminium foil yang sudah menempel dengan lapisan bagian depan kemasan yang berfungsi sebagai dekorasi produk (plastik, dan lain-lain) akan sulit dipisahkan untuk sekedar mengambil lapisan aluminium foil yang juga mudah sobek untuk kembali dilebur menjadi barang baru. Pada metode daur ulang ini, tidak diperlukan pemisahan lapisan. Bungkus berlapis aluminium tersebut dimanfaatkan secara bersama-sama membentuk sebuah produk baru. Karena bila tidak, daya tahan aluminium foil di lingkungan yang mencapai 400 tahun apalagi bila terlapisi oleh lapisan plastik, akan mengakibatkan penumpukan sampah di lingkungan selama ratusan tahun. Berdasarkan sifat aluminium foil yang tahan lama, tidak beracun, dan anti air, produk yang dihasilkan berupa dompet, tas, dan lain sebagainya akan berkualitas, tahan lama, dan anti air. Di samping itu, pemanfaatan sampah aluminium foil di sumbernya dapat mencegah terjadinya pencemaran akibat penanganan sampah yang salah, seperti pembakaran sampah yang dapat memicu gas beracun terlepas ke atmosfer. Berdasarkan 100 angket yang disebar lewat internet, dengan sampel mahasiswa dan pelajar dari seluruh pelosok Indonesia yang dipilih secara acak, diperoleh hasil sebagai berikut. Apakah produk ini layak untuk digunakan? Ya Tidak Tidak tahu Apakah produk ini meningkatkan minat Anda untuk menerapkan eco lifestyle? Ya Tidak Tidak tahu Berdasarkan angket tersebut dapat disimpulkan bahwa produk daur ulang ini dapat diterima oleh masyarakat serta meningkatkan minat untuk menerapkan eco lifestyle. Gaya hidup yang berpihak pada kelestarian lingkungan / eco lifestyle dapat aplikasikan secara kongkrit. Produk ini dinilai dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa tidak semua sampah tidak memiliki nilai ekonomi. Diharapkan

7 masyarakat mulai belajar memilah kembali sampahnya dan berkreasi dengan sampah yang masih dapat dimanfaatkan sesuai kreativitas masing-masing. Lebih dari itu, tidak menutup kemungkinan adanya kemunculan karya-karya kreatif yang komersil dan dapat menjadi pemasukan tersendiri. Diharapkan eco lifestyle tidak hanya berhenti sebagai wacana tetapi juga terintegrasi langsung pada gaya hidup sehari-hari. Bila sudah seperti itu, beban pengelolaan sampah akan berkurang dari tahun ke tahun sehingga penumpukan sampah dapat dikurangi langsung tanpa biaya besar dan proses yang rumit. KESIMPULAN Pemanfaatan kemasan produk berupa bungkus berlapis aluminium foil dapat meminimalisasi jumlah sampah dengan melakukan penanganan sampah berupa daur ulang bungkus berlapis aluminium foil menjadi anyaman tas, dompet, dan lain-lain yang berkualitas dan tahan lama, serta pengurangan sampah berupa bahan baku baru untuk pembuatan tas, dompet, dan lain-lain yang dapat tergantikan dengan bungkus berlapis aluminium foil bekas. Produk ini juga dapat diterima oleh masyarakat dan dapat meningktan minat dalam penerapan eco lifestyle di masyarakat. DAFTAR PUSTAKA (1) Enri Damanhuri, Tri Padmi. 2010. Pengelolaan Sampah. Bandung : Penerbit ITB (2) The Aluminum Association. http://aluminum.org Maret 2011 (3) Thomson Gale. 2005. How Products Are Made, vol. 1. Inggris : Emerald Group Publishing Limited (4) Robertson, G. 2006. 2nd ed. Food Packaging, Principles and Practise. Inggris : CRC Electronic Products Publisher (5) GreenFeet. http://greenfeet.com/itemdesc.asp?kw=aluminum-foil-100%- Recycled-&ic=6008-00008-0000 Maret 2011 (6) Earth911. http://earth911.com/recycling /metal/aluminum-foil/facts-aboutaluminum-foil/ Maret 2011 (7) Sigit Setiyo Pramono.Studi Mengenai Komposisi Sampah Perkotaan di Negara Berkembang. Universitas Gunadarma (8) Kementrian Lingkungan Hidup. 2008. Statistik Persampahan Indonesia. Republik Indonesia