BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan anak mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman tersebut (Kaplan & Sadock, 1999). Kecemasan dalam diri remaja dapat diduga dan normal pada tahap-tahap perkembangan tertentu, dimana kecemasan dapat timbul akibat terjadinya ancaman atau perubahan yang tidak terkontrol pada diri seseorang berdampak pada perkembangan. (Kaplan & Sadock, 1999). 2. Tingkatan Kecemasan Menurut Peplau dalam Stuart & Laraia (2001) mengidentifikasi 4 tingkatan kecemasan, yaitu: a. Kecemasan ringan Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan remaja menjadi waspada serta meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. b. Kecemasan sedang Kecemasan sedang memungkinkan remaja untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga 7
8 remaja mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. c. Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi anak. Anak cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi ketegangan. Remaja memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. d. Panik Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, remaja yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Menurut Hawari (2001), untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan remaja diperlukan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik, yang terdiri dari:
9 1) perasaan cemas, 2) ketegangan, 3) ketakutan, 4) gangguan tidur, 5) gangguan kecerdasan, 6) perasaan depresi (murung), 7) gejala somatik/fisik (otot), 8) gejala somatik/fisik (sensorik), 9) gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah); 10) gejala respiratori (pernapasan), 11) gejala gastrointestinal (pencernaan), 12) gejala urogenital (perkemihan dan kelamin), 13) gejala autonom;dan 14) tingkah laku (sikap). 3. Kecemasan pada Remaja yang menjalani Hospitalisasi Menurut Wong dan Whaley (2004), kecemasan yang terjadi pada remaja selama hospitalisasi dapat disebabkan karena : 1. Perpisahan dengan teman teman sebaya dan kelompok Remaja tidak merasa takut atau sedih berpisah dengan orang tua, tetapi anak merasa sangat takut berpisah dengan teman sekelompoknya dan takut ditinggalkan oleh gengnya. Respon remaja terhadap perpisahan dengan teman sekelompoknya terlihat dengan diam, depresi dan kesepian. 2. Kehilangan kontrol Remaja selalu berusaha untuk independent (bebas), asertif, liberal, terpusat pada pencarian identitas diri, sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan ancaman identitas diri dan mengakibatkan kehilangan kontrol. Reaksi yang timbul bila remaja dirawat ia akan merasa kebebasannya terancam sehingga remaja akan menolak, tidak kooperatif, menarik diri, marah dan frustasi.
10 3. Cedera tubuh atau nyeri Seorang remaja sangat memperhatikan keutuhan dan kesempurnaan bentuk tubuhnya, sehingga setiap perubahan yang membedakan bentuk tubuhnya dengan teman sebayanya membuat remaja mengalami kecemasan. Respon remaja akan menuntut, banyak bertanya, agresi, menarik diri dan menolak orang lain. 4. Takut pada kehidupan dan kematian Penyakit kronis dan serius akan membuat kecemasan bagi mereka. Remaja akan merasa bosan atau jenuh dengan kondisinya dan dirawat di rumah sakit dan mereka sering memikirkan akan kematian. 5. Privacy Kematangan pada alat seksualnya dan berubahnya bentuk organ yang lain pada saat remaja, dapat membuat anak remaja malu dan merahasiakannya. Akibat dari sakit dan dirawat di rumah sakit maka remaja sering kehilangan privacy pada seksualnya terutama pada tindakan keperawatan dan prosedur-prosedur tertentu. Hal ini dapat meningkatkan kecemasan pada remaja. Remaja akan berespon menolak dilakukan tindakan, menutupi bagian yang privacy. 4. Faktor-faktor Kecemasan Remaja Menurut Hurlock (1998) menjelaskan bahwa kecemasan pada remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, status kesehatan, jenis kelamin, pengalaman, sistem pendukung, besar dan kecilnya stressor.
11 a. Usia Pada anak remaja yang berusia 13-14 tahun kecemasan akan meningkat karena pada masa ini adalah masa peralihan antara masa anak-anak dan remaja, dimana akan terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan rasa tidak tenang pada diri remaja. Masa ini akan berlangsung kurang lebih 9 bulan dan kondisinya akan stabil pada remaja usia 14-18 tahun karena remaja sudah menuemukan jatidiri dan berfikir lebih baik. b. Status Kesehatan Penyakit yang tidak membahayakan akan meringankan tingkat kecemasan sedangkan penyakit yang kronis dan berat akan meningkatkan kecemasan. c. Jenis Kelamin Remaja dengan jenis kelamin perempuan memiliki kecemasan lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak laki-laki. d. Pengalaman Remaja yang pernah sakit dan dirawat di rumah sakit kecemasannya lebih rendah jika dibandingkan dengan remaja yang belum dirawat di rumah sakit (Sacharin, 1999). e. Sistem pendukung Sistem pendukung yang dapat mempengaruhi kecemasan pada remaja yang sakit meliputi ruangan perawatan, dimana perubahan lingkungan dari pola kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan
12 kecemasan misalnya ruangan yang serba putih atau bersamaan dengan pasien lainnya. Aspek perawat, dimana perawat yang kurang komunikatif, tidak empati. Aspek fasilitas, dimana fasilitas yang kurang dan terbatas seperti kamar mandi, ruangan yang sempit, perawatan rumah sakit. Kondisi rumah sakit, dimana terbatasnya jam besuk, tidak boleh ditunggui keluarga selama dirawat akan memanbah kecemasan pada remaja (Lewer, 1999). f. Besar atau kecilnya stressor Stressor yang besar seperti nyeri, perpisahan dengan teman atau keluarga, terbatasnya aktifitas, terganggunya privacy dapat meningkatkan kecemasan. B. Remaja 1. Definisi Remaja Remaja/adolense adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan diri masa kanak-kanak menuju masa dewasa biasanya, antara usia 13-21 tahun (Potter, 2005). Istilah adolense menunjukkan maturasi psikologi individu, dimana saat pubertas mengakibatkan perubahan penampilan dan perkembangan mental yang memunculkan suatu kemampuan untuk berhipotesis dan hidup dengan abstraksi, penyesuaian dan adaptasi yang dibutuhkan untuk koping perubahan stimulasi ini dan usaha untuk membentuk peranan Identintitas yang matur (Potter, 2005).
13 WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan remaja. PBB pada tahun 1985 menetapkan tahun pemuda internasional dengan kriteria pamuda adalah 15-24 tahun. Sensus penduduk 1980 di Indonesia membatasi kriteria remaja yang mendekati batasan PBB yaitu 14-24 tahun (Wijdanarko, 1999). Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). Kebanyakan ahli memandang masa remaja dalam 2 periode karena terdapat ciri-ciri perilaku yang cukup banyak berbeda dalam kedua tersebut, pembagian ini biasanya menjadi periode remaja awal, yaitu berkisar antara 13 sampai 17 tahun, periode masa akhir yaitu 17 sampai 18 (usia matang secara hukum) (Hurlock, 1998). WHO (World Health Organization) 1974 dalam Wijdanarko (1999), mengidentifikasikan tentang remaja yang lebih konseptual dengan adanya tiga kriteria yaitu : a. Biologis dengan ciri individu berkembang mulai saat pertama kali ia menunjukkan tanda tanda seksual sekunder sampai saat ini mencapai kematangan seksual. b. Remaja sebagai individu yang mengalami perkembangan psikologik pada identifikasi dari kanak kanak menjadi dewasa. c. Pada kriteria sosial ekonomi, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh keadaan yang relatif mandiri.
14 Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dalam masyarakat dewasa, di masa remaja tidak lagi merasakan di bawah tingkah orang lebih tua melainkan berada pada tingkatkan yang lama, sekurang kurangnya dalam masalah hak (Hurlock, 1998). 2. Ciri- Ciri Masa Remaja Menurut Hurlock (1998), menyatakan bahwa ciri-ciri remaja meliputi yaitu periode yang penting, periode peralihan dan usia bermasalah yaitu : a. Masa remaja sebagai periode yang penting Pada masa remaja sebagai akibat fisik dan psikologis mempunyai proses yang sama penting (Hurlock, 1998). Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental terutama pada awal masa remaja, dimana perkembangan itu dapat menimbulkan sikap, nilai, dan minat baru (Hurlock, 1998). b. Masa remaja sebagai periode peralihan Peralihan masa remaja tidak berarti berubahnya suatu yang terjadi sebelumnya, tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari suatu tahap pekembangan ketahap berikutnya (Hurlock, 1998), artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Bila remaja beralih dari masa kanak-kanak ke dewasa, maka remaja harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak kanakan dan harus mempelajari
15 perilaku dan sikap baru lagi untuk menggantikan perilaku yang sudah ditinggalkan (Hurlock, 1998). c. Masa remaja sebagai usia bermasalah Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki laki maupun remaja perempuan. Masa remaja dapat dijabarkan dua alasan bagi remaja yang mengalami kesulitan itu yaitu : (Hurlock, 1998) 1) Sepanjang masa kanak kanak, masalah anak anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah 2) Para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru guru. Ketidakmampuan remaja mengatasi sendiri masalahnya, maka remaja mengunakan cara mereka sendiri untuk menyelesaikan masalah. Banyak remaja yang akhirnya menentukan cara yang mereka yakini dan akhirnya menemukan penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. Kegagalan yang sering kali terjadi, karena tidak mampu individu tetapi kenyataan bahwa tuntutan yang diajukan kepadanya, justru pada saat semua tenaganya telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokoknya, yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal (Hurlock, 1998).
16 d. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas Sepanjang usia kelompok pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan standar kelompok adalah jauh lebih penting bagi remaja yang lebih besar dari pada individualitas. Bagi remaja yang lebih besar ingin cepat sama seperti teman teman kelompoknya, dimana tiap penyimpangan yang keluar dari standar kelompok (Hurlock, 1998). C. Hospitalisasi Menurut Russsel Borton dalam Stevens (2000), hospitalisasi diartikan bahwa adanya suatu perubahan psikis yang dapat menjadi sebab remaja dirawat di rumah sakit. Beberapa perubahan tingkah laku dari seorang pasien yang dirawat di rumah sakit menurut Borton, meliputi : (1) kelemahan untuk berinisiatif, (2) kurang atau tidak ada perhatian, (3) tidak berminat dan (4) ketergantungan. Sakit dan hospitalisasi menimbulkan krisis pada kehidupan remaja. di rumah sakit, remaja harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberian asuhan yang tidak dikenal, dan gangguan terhadap gaya hidup mereka, sehingga remaja dapat mengalami kecemasan akibat perubahan, baik pada status kesehatan maupun lingkungan dalam sehari-hari (Wong, 2004).
17 D. Kerangka Teori Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan Remaja : 1. Perpisahan dengan teman teman sebaya dan kelompok 2. Kehilangan kontrol 3. Takut pada kehidupan dan kematian 4. Cedera tubuh atau nyeri 5. Privacy 6. Usia 7. Status kesehatan 8. Jenis kelamin 9. Pengalaman 10. Status pendukung Tingkat Kecemasan Anak Remaja (Diukur dengan (HRSA): 1. Cemas Ringan 2. Cemas Sedang 3. Cemas Berat 4. Cemas Panik Gambar. 2.3. Kerangka Teori : Hubungan kecemasan anak remaja yang dirawat : (Potter & Perry, 2006 ; Hawari, 2001; Hidayat, 2005, Scaharin, 1999)
18 E. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Hubungan kecemasan anak remaja kecemasan anak remaja yang dirawat : 1. Cedera tubuh atau nyeri 2. Privacy Tingkat Kecemasan Anak Remaja Gambar. 2.4. Kerangka Konsep F. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002). Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas (Variabel indipenden) Variabel bebas (Variabel indipenden) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain (Hasan, 2002).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang meliputi : cedera tubuh atau nyeri dan privacy. 2. Variabel terikat (Variabel dependen) Variabel terikat (Variabel dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain (Hasan, 2002). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan anak remaja.
19 G. Hipotesis a. Ada hubungan dampak cedera tubuh dan nyeri anak remaja dengan tingkat kecemasan yang dirawat di RSUD Tugurejo Semarang. b. Ada hubungan dampak privacy anak remaja dengan tingkat kecemasan remaja yang dirawat di RSUD Tugurejo Semarang.