BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (Anonim, 2003:7) Visi pendidikan nasional yang bermaksud mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas, sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah telah dijabarkan dalam lima misi pendidikan nasional yang sangat operasional, yaitu: 1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; 2) Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; 3) Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; 4) Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; dan 5) Memberdayakan 1
peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Anonim,.2003:53). Berdasarkan misi pendidikan nasional ke empat, dan ke lima di atas, maka bentuk implementasi pendidikan yang diharapkan dapat mengarah pada upaya berdaya saing global di Indonesia tercermin pada pengembangan Sekolah atau Madrasah bertaraf Internasional. Di pasal 50 ayat 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional serta Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dalam Pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa: Pemerintah bersamasama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang ditujukan untuk daya saing global diwujudkan dengan dikembangkannya Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dengan keunggulan pendidikan yang menghasilkan siswa terampil dalam menguasai bidang teknologi dan Bahasa Inggris. Bentuk sekolah yang mengusung label internasional tersebut di Indonesia muncul dengan berbagai nama yang memiliki makna berhimpitan, sebagaimana dinyatakan oleh Susanto (2009) antara lain: sekolah percontohan, sekolah percobaan, sekolah unggulan, sekolah akselerasi, sekolah model dan sejenisnya. 2
Secara umum tujuan Sekolah Bertaraf Internasional adalah menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dan mengembangkan peserta didik atau lulusannya memiliki kemampuan setara dengan peserta didik atau lulusan satuan pendidikan internasional, serta pendidikannya bercirikan pendidikan Indonesia. Model sekolah bertaraf internasional yang secara intitusional di Indonesia telah melembaga telah dituangkan dalam naskah akademik pelaksanaan proses pembelajarannya antara lain: 1) berpusat pada siswa (student-centered); 2) menggunakan sarana teknologi informasi dan komunikasi (ICT); 3) buku yang digunakan berbahasa Inggris dan Indonesia; dan 4) bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran tidak seratus persen bahasa asing (Inggris). Bahasa pengantar Inggris digunakan pada mata pelajaran IPA, Matematika, dan bahasa Inggris, sedangkan bahasa Indonesia digunakan untuk pelajaran lainnya terutama untuk pengertian konsep dasar (Balitbang-Depdiknas, 2006). Sehubungan dengan upaya meningkatkan daya saing global di bidang pendidikan di atas, maka mulai tahun ajaran 2007/2008 Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP Negeri) 8 Malang telah menetapkan kebijakan untuk menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional dengan membuka Bilingual Class (Program Kelas Bilingual) berbasis ICT sebagaimana tertuang dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) SMP Negeri 8 Malang Tahun 2007 sebagai wujud pelaksanaan tujuan situasional Rencana Operasional SMP Negeri 8 Malang tahun 2007-2008 yang di dalamnya juga tertuang tujuan membuat silabus berbahasa Inggris untuk mata pelajaran bahasa Inggris, Matematika dan Komputer. Inilah dasar kebijakan dilaksanakannya program Bilingual Class berbasis ICT di SMP Negeri 8 Malang. 3
Kebijakan sekolah untuk menetapkan bahwa SMP Negeri 8 membuka program Bilingual Class (kelas bilingual) berbasis ICT diikuti dengan penyiapan sumber daya manusia (guru) dan penyiapan sarana prasarana. Dengan jumlah guru di SMP Negeri 8 sebanyak 52 orang dengan spesifikasi jenjang pendidikan D-3 kependidikan (1 orang), S-1 kependidikan (41 orang), S-2 kependidikan (9 orang) dan S-2 non kependidikan (1 orang), maka SMP Negeri 8 Malang memiliki kesiapan SDM guru yang layak mengajar di program Bilingual Class (kelas Bilingual) serta penyediaan sarana prasarana yang mendukung proses belajar mengajar antara lain adanya penyediaan kelas belajar, laboratorium bahasa, laboratorium IPA, laboratorium komputer, perpustakaan yang dapat diatur untuk digunakan bersama (kelas reguler dan kelas Bilingual). Dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti terhadap penyelenggaraan program Bilingual Class berbasis ICT di SMP Negeri 8 Malang melalui penelusuran dokumentasi diketahui, bahwa penyelenggaraan program Bilingual Class berbasis ICT di SMP Negeri 8 belum pernah dikaji dan diteliti. Dan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan siswa yang diambil secara acak diperoleh informasi, bahwa guru pengajar Matematika dan IPA pada program Bilingual Class berbasis ICT di SMP Negeri 8 Malang belum sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar serta belum maksimal dalam memanfaatkan fasilitas ICT yang tersedia di kelas di dalam proses belajar mengajar (PBM), bahkan ada guru mata pelajaran tertentu yang tidak pernah menggunakan fasilitas ICT tersebut. Lebih lanjut pengakuan siswa dimaksud dalam hal sarana dan prasarana pada program Bilingual Class berbasis ICT di SMP Negeri 8 Malang masih terdapat kekurangan, salah satu contohnya LCD di kelas terkadang tidak bisa dipakai, jaringan internet 4
kurang cepat, head set dilaboratorium bahasa sebagian tidak bisa dipakai, sehingga PMB belum terlaksana dengan maksimal. Berdasarkan temuan dan alasan-alasan di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dalam ruang lingkup SDM guru dan sarana prasarana pada program Bilingual Class berbasis ICT di SMP Negeri 8 Malang dengan judul Analisis Implementasi Kebijakan Program Bilingual Class Berbasis ICT di SMP Negeri 8 Malang. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana implementasi penyiapan sumber daya guru dalam pelaksanaan kebijakan program Bilingual Class berbasis ICT di SMP Negeri 8 Malang? 2. Bagaimana implementasi penyiapan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan kebijakan program Bilingual Class berbasis ICT di SMP Negeri 8 Malang? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan hal umum tentang: 1. Implementasi penyiapan sumber daya guru dalam pelaksanaan kebijakan program Bilingual Class berbasis ICT di SMP Negeri 8 Malang. 2. Implementasi penyiapan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan kebijakan program Bilingual Class berbasis ICT di SMP Negeri 8 Malang. 5
D. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini selesai dan tujuannya tercapai, maka diharapkan dapat memberikan manfaat (kontribusi) pemikiran yang ilmiah tentang pelaksanaan kebijakan progran Bilingual Class berbasis ICT yang baik di SMP Negeri 8 Malang, antara lain adalah: 1. Bagi SMP Negeri 8 Malang Sebagai bahan masukan (input) sekaligus bahan koreksi dan evaluasi pelaksanaan kebijakan program Bilingual Class berbasis ICT di SMP Negeri 8 Malang guna peningkatan pelaksanaan program Bilingual Class berbasis ICT menuju sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) maupun Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di masa yang akan datang dalam bidang sumber daya manusia dan sarana prasarana. 2. Bagi Kepala Dinas Pendidikan. Sebagai bahan informasi dan kajian dalam merekomendasi pengajuan pelaksanaan program Bilingual Class berbasis ICT di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayah Kota Malang. 3. Bagi Guru Bilingual Class Berbasis ICT SMP Negeri 8 Malang Sebagai bahan informasi dan masukan atas keterlibatannya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di Bilingual Class berbasis ICT, sehingga diharapkan para guru akan selalu berusaha meningkatkan kemampuan profesionalismenya sebagai pendidik maupun pengajar secara berkelanjutan dan terus menerus. 4. Bagi Peneliti Menambah dan meningkatkan pengetahuan peneliti dalam meneliti masalah pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan masalah kebijakan di bidang 6
pendidikan yang ada di lingkungan Sekolah Menengah Pertama (SMP), khususnya kebijakan pelaksanaan program Bilingual Class berbasis ICT di SMP Negeri 8 Malang. 5. Bagi Peneliti Lanjutan Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut dan mendalam terhadap berbagai aspek pelaksanaan kebijakan program Bilingual Class berbasis ICT di semua jenjang pendidikan khususnya di jenjang pendidikan menengah pertama. E. Batasan Penelitian Untuk memberikan arah dan kejelasan penelitian ini, maka peneliti menetapkan batasan-batasan penelitian sebagai berikut: Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah pelaksanaan kebijakan program Bilingual Class berbasis ICT di SMP Negeri 8 Malang, khususnya pada aspek: a. Implementasi penyiapan Sumber Daya Manusia (guru) dan tindaklanjutnya. b. Implementasi penyiapan Sarana dan Prasarana program Bilingual Class dan tindak lanjutnya F. Penegasan Istilah Agar penelitian ini dapat lebih terarah, maka perlu disampikan penegasan istilah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Kelas Bilingual Berbasis ICT Bilingual Class (Kelas Bilingual) berbasis ICT adalah program kelas kecil dengan proses pembelajaran yang disampaikan menggunakan dua bahasa yaitu 7
bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris pada mata pelajaran Matematika dan IPA dengan input siswa kelas reguler yang berminat melalui tes tulis, wawancara berbahasa Inggris dan tes kemampuan IT yang dilakukan sejak tahun ajaran baru pada siswa baru. 2. Penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) Penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam menetapkan personil guru yang memenuhi kelayakan mengajar di Bilingual Class berbasis ICT. 3. Penyiapan Sarana Dan Prasarana Penyiapan sarana dan prasarana dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam memenuhi kebutuhan sarana dan prasaran yang memenuhi kelayakan dalam pelaksanaan program Bilingual Class berbasis ICT. 4. Implementasi Implementasi adalah pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk mencapai sasaran, garis haluan. 5. Implementasi Kebijakan Implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, dapat pula berbentuk perintah atau keputusan-keputusan ekskutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya keputusan tersebut mengidentifikasi masalah yang ingin diatasi, menyebutkan tujuan/sasaran yang ingin dicapai secara tegas, dan berbagai cara untuk mengatur proses implementasinya. 8