pemilihan tipe maupun material akan tergantung pada faktor ekonomi dan

dokumen-dokumen yang mirip
Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

struktur. Pertimbangan utama adalah fungsi dari struktur itu nantinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Desain struktur merupakan salali satu bagian dari proses perencanan

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAD II TINJAUAN PUSTAKA. Perencanaan struktur bisa didefinisikan sebagai panduan dari seni dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Serbaguna 2 lantai Latar Belakang. 1.2.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

T I N J A U A N P U S T A K A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu sendiri adalah beban-beban baik secara langsung maupun tidak langsung yang. yang tak terpisahkan dari gedung.

BAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yuan-Yu Hsieh, 1985 perencanaan yang lengkap dari suatu

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk bangunan strukturalnya, a, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Fasilitas rumah atau asrama yang dikhususkan untuk tempat tinggal

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung mempengaruhi struktur bangunan tersebut. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkantoran, sekolah, atau rumah sakit. Dalam hal ini saya akan mencoba. beberapa hal yang harus diperhatikan.

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG GEDUNG KANTOR TUJUH LANTAI DI PONTIANAK. Arikris Siboro 1), M. Yusuf 2), Aryanto 2) Abstrak

KONSEP DAN METODE PERENCANAAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Perencanaan Pembangunan Apartment 20 Lantai ini harus memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. pertemuan (function hall / banquet hall). Ruang pertemuan yang luas dan tidak

plat lengkung atau plat lipat yang tebalnya kecil dibandingkan dengan dimensi

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB I. penting. efek yang. tekan beton. lebih besar. Diilustrasikan I-1.

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (KOLOM UTAMA) pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen struktur yang harus diperhatikan. penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai

BAB II STUDI PUSTAKA

Dinding Penahan Tanah

PERHITUNGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG ASRAMA KEBIDANAN LEBO WONOAYU DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melihat sejarah panjang gempa bumi di Indonesia, wilayah Jakarta

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 4

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dilaksanakan melaiui 3 (tiga) tahap (Senol Utku,Charles,,Jo/m Benson, 1977), yaitu : 1. Tahap perencanaan (Planningphase) Meliputi pertimbangan terhadap hal-hal yang dibutuhkan dan faktor-faktor yang mempengaruhi rancangan umum serta dimensi struktur yang nantinya menjadi dasar pemilihan satu atau beberapa altematif dari jenis struktur. Pertimbangan utama adalah fungsi dari struktur itu nantinya. Pertimbangan kedua yang biasanva disertakan adalah aspek ekonomi, sosial, lingkungan, keuangan, dan faktor lainnya. 2. Tahap disain (Design phase) Meliputi pertimbangan secara detail terhadap aiternatif struktur yang direncanakan pada tahap perencanaan yang nantinya menjadi dasar penentuan ukuran yang tepat dari dimensi dan detail elemen struktur termasuk di dalamnya sambungan struktur. Biasanya, sebelum tahap disain mencapai tahap akhir, telah didapatkan suatu bentuk perencanaan akhir yang akan dilaksanakan. Terkadang, pemilihan tipe maupun material akan tergantung pada faktor ekonomi dan pembangunan yang terkadang tidak dapat diperkirakan secara tepat.

3. Tahap pembangunan (Construction phase) Meliputi pengadaan material, peralatan, dan tenaga kerja. Pekerjaan bengkel serta transportasi ke lokasi proyek. Selama pelaksanaan tahap ini, perencanaan ulang akan dibutuhkan jika terdapat masalah seperti matenal yang sulit untuk didapakan atau berbagai aiasan lain. Desain struktur merupakan salah satu bagian dari proses perencanaan bangunan. Proses desain tersebut merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan keahlian dalam mengolahnya. Proses ini dibedakan dalam dua bagian. Pertama, desain umum yang merupakan peninjauan umum secara garis besar keputusankeputusan desain. Tipe struktur dipilih dari berbagai altematif yang mungkin. Tata letak stmktur, geometri atau bentuk bangunan, jarak antar kolom, tinggi lantai, dan material bangunan telah ditetapkan dengan pasti dalam tahap ini. Tahap kedua, desain terinci yang antara lain meninjau tentang penentuan besar penampang Iintang balok, kolom, tebal pelat, dan elemen stmktur lainirya. (L. Wahyudi dan Syahril, 1997) Setelah dipilih konsep stmktur secara umum, maka dapat direncanakan sistem struktur yang meliputi 3 (tiga) iangkah utama (Tim Stmktur Beton, 1999) : a. Analisis struktur untuk menghitung atau menentukan besar momen gaya geser dan aksial dalam struktur. b. Merancang ukuran tiap elemen sehingga dapat menahan gaya-gaya tersebut. c. Menyiapkan gambar kerja dan spesifikasi. 2.2 Struktur Bawah Yang dimaksud dengan stmktur bawah (sub struktur) adalah bagian bangunan yang berada di bawah pennukaan. Dalam proses perencanaan ulang (redesign) Kampus 3 Universitas Janabadra ini meliputi pondasi 'footplate'.

2.2.1 Pondasi Pondasi pada umumnya berlaku sebagai komponen stmktur pendukung bangunan yang terbawah, dan telapak pondasi berftingsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan beban ke tanah, sehingga telapak pondasi hams memenuhi persyaratan untuk mampu dengan aman menyebar beban-beban yang ditemskannya sedemikian mpa sehingiza kapasitas/daya dukung tanah tidak terlampaui. (Istiniawan,l994) Pondasi adalah suatu bangunan yang berftingsi untuk memindahkan beban-beban pada stmktur atas ke tanah. Fungsi ini dapat berlaku secara baik bila kestabilan pondasi terhadap efek guling, geser, penunman dan daya dukung tanah terpenuhi. (Wahyttdi dan Syahril, 1997) Pondasi merupakan elemen yang sangat vital dari suatu bangunan. karena mendukung seluruh beban-beban di atasnya dan kemudian meneruskan ke tanah di bawahnya. Pemilihan jenis pondasi yang digunakan hams disesuaikan dengan dava dukung ijin tanah yang ada, sehingga dimensi pondasi tersebut benar-benar efektif dan efisien dalam menjaga kestabilan struktur bangunan. 2.3 Struktur Atas Yang dimaksud struktur atas (upper-structur) adalah elemen bangunan yang berada di atas pennukan tanah. Dalam proses perencanaan ulang (redesign) Kampus III Universitas Janabadra ini meliputi : kuda-kuda atap, pelat lantai, kolom. balok. 2.3.1 Atap Atap adalah elemen strukur yang berftingsi melindungi bangunan beserta apa yang ada di dalamnya dari pengaruh panas dan hujan. Bentuk atap tergantung dari beberapa fakor misalnya ; iklim, arsitekural, utilitas bangunan, dan sebagainya.

2.3.2 Pelat Pelat adalah elemen bidang tipis yang menahan beban transversal yang melaiui aksi lentur ke masing-masing tumpuan. (Syahril dan Wahyadi, 1999). Pelat menipakan stukur bidang pennukan yang Iurus (datar dan tidak melengkung) yang mendukung beban mati dan beban hidup. Tebalnya jauh lebih kecil dibandingakan dengan dimensinya yang lain. Geometri suatu pelat dibatasi oleh garis hirus/garis lengkung. Ditinjau dari statika kondisi tepi pelat bisa bebas, bertumpuan sederhana, jepit, termasuk tumpuan elastis dan jepit elastis atau bisa berupa tumpuan titik terpusat. (Szi/and, Rudolph, 1989) Pelat merupakan panel-panel beton bertulang yang mungkin tulangannya dua arah atau satu arah saja, tergantung sistem struktumya. Kontinuitas penulangan pelat diteruskan ke dalam balok dan diteruskan ke dalam kolom. Dengan demikian, sistem pelat secara keslumhan menjadi satu kesatuan membentuk rangka stmktur bangunan kaku statik tak tentu yang sangat kompleks, sehingga mengakibatkan timbulnya momen, gaya geser, dan lendutan. Berdasarkan perbandingan antara bentang panjang dan bentang pendek, pelat dibedakan menjadi duayaitu : pelat satu arah danpelat dua arah. a) Pelat satu arah Pelat satu arah adalah pelat yang didukung pada dua tepi yang berhadapan saja, sehingga lendutan yang timbul hanya satu arah saja yaitu pada arah yang tegak Iurus terhadap arah dukungan tepi. Atau dengan kata lain pelat satu arah adalah pelat yang mempunyai peebandingan antara sisi panjang terhadap sisi pendek yang saling tegak Iurus lebih besar dari dua, dengan lendutan utama pada sisi yang lebih pendek. (Istimawan, J994 )

b) Pelat dua arah Pelat dua arah adalah peiat yang didukung sepanjang keempat sisinya dengan lendutan yang akan timbui dua arah yang saling tegak Iurus, atau perbandingan antara sisi panjang dan sisi pendek yang saling tegak Iurus kurang dari dua. (Istimawan. 1994). 2.3.3 Kolom Definisi kolom menurut SNI-T15-1992-03 adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga dimensi lateral terkecil. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) stmktur yang memikul beban dari balok induk, maupun balok anak. Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melaiui pondasi. Kemntuhan pada suatu kolom mempakan lokasi kritis yang dapat menvebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh stmktur. Kolom adalah stmktur yang mendukung beban dari atap, balok dan berat sendiri yang diterusakan ke pondasi. Secara struktur kolom menerinia beban vertikal yang besar, selain itu hams mampu menahan beban-beban horisontal, bahkan momen atau puntir/torsi akibat pengaruh terjadinya eksentrisitas pembebanan. Untuk menentukau dimensi penampang kolom yang diperlukan, hal yang perlu diperhatikan adalah tinaei kolom perencaixaan. mutu beton dan baja yang digunakan, dan eksentrisitas pembebanan yang terjadi. 2.3.4 Balok Balok adalah bagian struktur yang berftingsi sebagai pendukung beban vertikal dan horisontal. Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang diterima pelat

lantai, berat sendiri balok dan berat dinding penyekat yang di atasnya. Sedangkan beban horisontal berupa beban angin dan gempa. Balok mempakan bagian struktural bangunan yang penting dan bertujuan untuk memikul beban transversal yang dapat bempa beban lentur, geser, maupun torsi. Oleh karena itu perencanaan balok yang efisien, ekonomis, dan aman sangat penting. (Sudarinoko, 1996). Yang dimaksud balok induk adalah balok yang menumpu pada kolom, sedangkan balok anak adalah balok yang menumpu pada balok induk. 2.4 Pembebanan 2.4.1 Macam-macam pembebanan Beban-beban yang bekerja pada struktur pada umumnya dapat digolongkan menjadi 5 (lima) macam (PPIUG, 1983) : 1. Beban mati Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang mempakan bagian yang tak terpisalxkan dari gedung itu. 2. Beban hidup Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian/penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya tennasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut. Khusus pada atap ke dalam beban hidup dapat tennasuk beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekan jatuh (energi kinetikj butiran air. Ke dalam beban hidup tidak termasuk beban angin, beban gempa, dan beban khusus.

10 3. Beban angin Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. 4. Beban gempa Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang meneruskan pengaruh dari gerakan tanah akigat gempa itu. Dalam hal pengamh gempa pada stmktur gedung ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa di sini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu. 5. Beban khusus Beban khusus adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari kren (crane), gaya sentrifugal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-mesin serta pengamh khusus lainnya. 2.4.2 Kombinasi pembebanan Agar struktur dan komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan Iayak pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban, maka hams dipenuhi ketentuan dari faktor beban. Menurut SK-SNI-T-15-1991-03 pasai 3.2 ayat 3.2.2 faktor beban ditaitukan sebagai berikut: 1. Untuk kondisi beban mati (D) dan beban hidup (L) U=1,2D+1,6L (i) 2. Bila beban angin (W) tumt diperhitungkan maka pengaruh kombinasi beban mati (D), hidup (L), dan angin (W) adalah :

11 U =0,75 (1,2 D+L5L+L6W) Dengan beban Ixidup (L) yang kosong, turut pula diperhitungkan untuk mengantisipasi kondisi yang balxaya sehingga : U = 0,9D+I,3W Bila beban gempa (E) diperhimngkan U= I,05(D + LR±E) Atau U = 0,9 ( D ± E ) Dengan LR = beban hidup yang telah diredukst sesuai dengan ketentuan SNI 1726-1989-F tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumaix dan Gedung. Nilai beban gempa (E) ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI 1726-1989-F. Bila tekanan horisontal tanah (H) diperhitungkan U = 1,2D-1,6L+ 1,6H (ii) Untuk keadaan dimana pengaruh beban mati (D) dan hidup (L) mengurangi efek dari tekanan horisontal tanali (H), koefisien beban mati (D) bembah menjadi 0,9 dan beban hidup (L) menjadi 0 (nolk sehingga : U = 0,9D+ L6H (Hi) Nilai persamaan (ii) dan (in) tidak boleh lebih kecil dari persamaan (i). Bila pengaruh strukturai (T) seperti perbedaan penurunan /'differential settlement), rangkak, susut, atau pembalian suliu yang cukup menentukan dalam perencanaan, maka: U=0,75(1,2D+1,2T+1.6L) Tetapi nilai kuat perlu (U) tidak bolelx kuraixg dari: U=1,2(D+T)

12 2.43 Faktor Reduksi Kekuatan (<I>) Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap penmbebanan dianggap sebagai faktor reduksi kekuatan ((D). Menurut SK-SNI- T-15-1991-03, faktor reduksi (<D) ditentukan sebagai berikut: Tabel 2.1 Nilai faktor Reduksi ((D) Beban Gaya yang bekerja Nilai (0>) ; 1. Lentur tanpa beban aksial 0,8 2. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur 0,8 Aksial tekan, dan aksial tekan dengan lentur, Dengan tulangan spiral Dengan tulangan sengkang ikat i 0,7 0,65! 4. Geser dan torsi 0,6 ; i 5. Tumpuan pada beton 0,7 ; 2.5 Dasar- dasar Perencanaan Peraturan-peraturan yang digunakan dalam perencanaan ulang Kampus III Universitas Janabadra, adalah : Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung (PPTGIUG), 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG), 1983 Standar Tata Cara Perhitungan Stmktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK-SNI-T15-1991-03). Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI), 1971 NI-2 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI), 1984. Pedoman Perencanaan Untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Beton Bertulang Untuk Gedung, 1983.