2015 ANALISA PENGISIAN AWAL WADUK (IMPOUNDING) PADA BENDUNGAN JATIGEDE

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan unsur yang sangat penting di bumi dan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 10,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 48,960,360, BELANJA LANGSUNG 200,545,530,896.00

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari sumber pengadaan energi saat ini, sumber bahan bakar minyak merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan kehidupannya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja bangunan ini

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK

2016 KONFLIK PEMBEBASAN LAHAN PEMBANGUNAN BENDUNGAN JATIGEDE DI DESA WADO

Bab 1 Pendahuluan I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo.

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 5,500, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 36,506,596, BELANJA LANGSUNG 121,897,163,000.00

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

NOVANSYAH FAJRI KELAS :C. Penelitian di bidang Teknik Pengairan

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan waduk Jatigede merupakan strategi pemerintah untuk. mengatasi kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim penghujan

BAB I PENDAHULUAN. meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran

BAB III METODE PENELITIAN

U R A I A N BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 66,749,438, BELANJA LANGSUNG 321,706,465,000.00

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan kaidah-kaidah pokok yang digunakan dalam aktifitas ilmiah. Metode yang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

EVALUASI KINERJA WADUK WADAS LINTANG

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Distribusi bendungan besar di dunia (Icold 2005).

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

BAB I PENDAHULUAN. (catchment area) yang berperan menyimpan air untuk kelangsungan hidup

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha pertanian. Cara mengaliri air ketanaman yaitu dengan sistem irigasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan penelitian dari Nippon Koei (2007), Bendungan Serbaguna

BAB I PENDAHULUAN ARHAM BAHTIAR A L2A PRIYO HADI WIBOWO L2A

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi


PERENCANAAN BENDUNG TETAP DI DESA NGETOS KECAMATAN NGETOS KABUPATEN NGANJUK

ABSTRAK Faris Afif.O,

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI 3.1. UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Waduk merupakan kolam besar atau danau buatan tempat menampung air

TUGAS AKHIR ANALISIS ROUTING ALIRAN MELALUI RESERVOIR STUDI KASUS WADUK KEDUNG OMBO

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Kota Lhokseumawe terletak pada posisi Lintang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

I- 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bendungan adalah sebuah bangunan air yang berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di musim penghujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar. Waduk merupakan suatu tempat atau wadah yang terbentuk akibat adanya pembangunan sebuah bendungan. Pembangunan bendungan berfungsi untuk penyediaan air baku, penyediaan air irigasi, pengendalian banjir dan/atau pembangkit tenaga air. Dalam pembangunan bendungan ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu persiapan pembangunan, perencanaan pembangunan, pelaksanaan konstruksi dan pengisian awal waduk (impounding). Pengisian awal waduk (impounding) merupakan tahapan yang dilakukan setelah pekerjaan konstruksi selesai dan merupakan saat-saat yang kritis yang harus dilalui dalam suatu pembangunan bendungan. Hal ini pula yang terjadi pada Bendungan Jatigede, Sumedang, Jawa Barat. Tahapan ini dikatakan kritis karena terjadi perubahan-perubahan lingkungan di sekitar waduk dan juga pada DAS Cimanuk, karena pada tahap ini terjadi perubahan kondisi waduk yang pada awalnya kering menjadi terisi air. Pada tahapan pengisian awal waduk (impounding) ini air yang mengalir ke bagian hilir akan terhenti sementara waktu, dan air akan mengalir lagi ke bagian hilir jika air yang tergenang di dalam waduk telah mencapai suatu elevasi tertentu. Dalam tahap pengisian awal waduk (impounding) ini jumlah debit inflow yang masuk ke daerah genangan akan sangat berpengaruh, karena jika inflow yang masuk sedikit maka waktu pengisian awal waduk (impounding) akan lama dan dapat mengakibatkan kekeringan di hilir bendungan. Selain itu kondisi daerah genangan juga akan berpengaruh, karena setiap jenis tanah memiliki karakteristik yang berbeda mengenai penyerapan air ke dalam tanah. Pada tahap impounding ini juga hendaknya dilakukan pemantauan supaya untuk menghindari adanya korban jiwa dan untuk menghindari kerusakan pada struktur bendungan karena jika terlalu cepat tahap impounding ini maka

2 akan mengakibatkan tekanan yang berlebih dan timbunan inti bendungan akan mengalami gaya angkat (uplift). Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengetahui lamanya air tidak mengalir ke bagian hilir bendungan supaya di bagian hilir bendungan tidak mengalami kekeringan dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitan yang berjudul Analisa Pengisian Awal Waduk (Impounding) pada Bendungan Jatigede. B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang sudah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul, yaitu sebagai berikut : 1. Penggenangan atau pengisian awal waduk (impounding) merupakan tahap yang menentukan dalam pembangunan suatu bendungan karena akan terjadi perubahan kondisi waduk yang pada mulanya kering menjadi penuh air. 2. Dalam pengisian awal waduk (impounding) ini jumlah inflow yang mengalir haruslah diperhitungkan, karena jumlah inflow ini sangat menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengisi waduk. 3. Jika jumlah inflow yang mengalir kecil, maka akan menimbulkan kekeringan di daerah hilir bendungan. 4. Kondisi lahan pada daerah genangan juga merupakan salah satu penentu dalam lamanya pengisian suatu waduk, karena akan diketahui sejauh mana rambatan air yang mengalir pada saat pengisian awal waduk (impounding) dilakukan. 5. Perilaku tubuh bendungan setelah mendapatkan beban serta pengaruhnya terhadap gaya angkat (uplift) pada timbunan inti bendungan. 6. Pemantauan dilakukan agar pengisian awal waduk (impounding) ini berjalan lancar dan sesuai dengan rencana untuk menghindari adanya korban jiwa (dari segi sosial) dan juga dari segi struktur bendungan itu sendiri. Pengisian waduk ini juga tidak boleh terlalu cepat untuk menghindari tekanan yang berlebih dan tidak boleh terlalu lama untuk menghindari kekeringan di bagian hilir.

3 Melihat banyaknya identifikasi masalah yang ada, maka dalam penelitian ini akan dibatasi permasalahannya, yaitu sebagai berikut : 1. Menghitung jumlah inflow yang digunakan untuk pengisian awal waduk (impounding). 2. Pengaruh kondisi lahan pada daerah genangan terhadap lamanya waktu pengisian awal waduk (impounding). 3. Pengisian awal waduk (impounding) dilakukan pada musim basah (Bulan Oktober) untuk menghindari terjadinya kekeringan yang lama di bagian hilir bendungan akibat kurangnya debit air yang mengalir. Hal ini juga berdasarkan pada Laporan Persiapan Pengisian Waduk, Bendungan Jatigede, 2013, hlm. 10-5. C. Rumusan Masalah Melihat pada pernyataan identifikasi masalah di atas, masalah dalam penelitian ini secara spesifik dapat dirumuskan dalam pernyataan penelitian berikut : 1. Faktor apa saja yang berpengaruh dalam tahap pengisian awal waduk (impounding), terutama pada Bendungan Jatigede? 2. Bagaimana memprediksi lamanya pengisian awal waduk (impounding) pada Bendungan Jatigede berdasarkan pada data inflow yang ada? 3. Metode apa yang sesuai dalam untuk menentukan lamanya waktu pada tahap pengisian awal waduk (impounding) pada Bendungan Jatigede? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk memperoleh gambaran mengenai faktor apa saja yang dapat berpengaruh dalam tahap pengisian awal waduk (impounding), terutama pada Bendungan Jatigede. 2. Untuk mengetahui perkiraan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tahap pengisian awal waduk (impounding) berdasarkan jumlah inflow yang ada pada Bendungan Jatigede.

4 3. Untuk mengetahui metode apa yang sesuai dalam menentukan lamanya waktu pengisian awal waduk (impounding) pada Bendungan Jatigede. E. Manfaat Penelitian Untuk dapat melakukan tahapan pengisian awal waduk (impounding) sesuai dengan waktu yang diperkirakan juga terhindar dari kekeringan dalam jangka waktu yang lama di bagian hilir bendungan. Selain itu juga, dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti dapat menambah wawasan mengenai tahapan pengisian awal waduk (impounding) pada bendungan, dan dalam penelitian ini yaitu Bendungan Jatigede, Jawa Barat. F. Sistematika Penulisan Supaya penyampaian penelitian ini sistematis, maka peneliti membuat sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bagian ini terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini menyajikan uraian-uraian dasar teori, studi literatur, pedoman yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan kerangka pemikiran pada penelitian ini serta hipotesis penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bagian ini berisi tentang lokasi penelitian, studi literatur, pengumpulan data, metode analisis data, pengolahan data, dan diagram alur penelitian serta uraian diagram alur penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bagian ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan dari analisa data yang didapat serta diperoleh kesimpulan hasil penelitian.

5 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bagian ini memuat simpulan yang didapat dari hasil penelitian serta memberikan saran atau rekomendasi untuk perbaikan dalam suatu perencanaan.