BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan untuk mendongkrak kualitas pendidikan. Inovasi ini dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap mahasiswa memiliki keinginan untuk lulus dari perguruan tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pendidikan dijelaskan menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi sesuai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena melalui pendidikanlah manusia dapat berdaya guna dan. mengembangkan ilmu pengetahuan menjadi teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari anak, misal di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Industri farmasi di Indonesia merupakan usaha yang memiliki potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Norma Rustyani Winajah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada siswanya. Kerapkali guru tidak menyadari bahwa jebakan rutinitas seperti duduk, diam,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia, yaitu berupa standar nilai kelulusan siswa SMP (Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. dunia dalam segala aspek kehidupan. Salah satu faktor penentu siap atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OPTIMALISASI PENERAPAN BRAIN GYM UNTUK MEMINIMALKAN PHOBIA SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA (PTK Pembelajaran di Kelas IV SD Negeri Kaliancar Selogiri)

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa cenderung pasif. Sikap siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 adalah

BAB I PENDAHULUAN. proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang modern ditandai dengan semakin majunya teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

*Keperluan Korespondensi, tel/fax: (0271) /648939, ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. membentuk karakter manusia yang memiliki kemampuan akademik dan

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa. Pola umum ini oleh Lapp et al. (1975) diistilahkan Gaya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik. Oleh sebab itulah perkembangan teknologi ini harus diimbangi dengan. adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil maka dalam proses perencanaan tujuan tersebut akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan atau mewujudkan pendidikan nasional yaitu menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Synder, 2004). Menurut Potter & Perry (2005) tidur merupakan waktu dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kegiatan-kegiatan usaha dewasa ini bergerak dengan pesat. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai institusi pendidikan dan miniatur masyarakat perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perusahaan yang tersebar luas di berbagai wilayah Indonesia, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian target yang akan dicapai secara professional (Ismirani, 2011). pada perasaan tertekan atau stres (Badiah, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di dunia industri ini semakin ketat. Mempertahankan kelangsungan hidup organisasi

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran ialah

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk menumbuhkembangkan sumber daya manusia dan agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya. Di era globalisasi ini, masyarakat modern menghendaki adanya perkembangan total, baik dalam visi, pengetahuan, proses pendidikan, maupun nilai-nilai yang harus dikembangkan bagi peserta didik. Indonesia dimasa depan mengisyaratkan perlunya sumber daya manusia (SDM) yang kreatif, mandiri, inovatif dan demokratis, maka dunia pendidikan yang harus mempersiapkan dan menghasilkannya (Widayati, dalam Mardani, Hardjono, & Karyanta, 2013). Alternatif pendidikan yang ditawarkan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas diantaranya adalah sekolah berasrama ( boarding school). Belajar di boarding school berbeda dengan belajar di sekolah biasa. Boarding school memiliki aturan yang berbeda, umumnya sekolah tersebut menyediakan asrama untuk tempat tinggal sekaligus tempat mendidik siswasiswanya selama kurun waktu tertentu (Hendriyenti, 2014). Selain itu, banyak boarding school yang menerapkan sistem kunjungan terbatas, misalnya saja sebulan hanya satu kali kunjungan dari orang tua maupun kerabat, sekolah dengan peserta didik berjenis kelamin yang sama, tidak diperbolehkannya penggunaan gadget, dan rutinitas harian yang dilakukan full-day (pagi-malam). 1

2 Beberapa boarding school menerapkan kurikulum internasional sehingga beban akademik dirasa cukup tinggi. Penerapan sistem tersebut di boarding school tidak lepas dari pertimbangan agar siswa dapat lebih fokus dalam aktivitas belajar (Muna, 2013). Penerapan sistem pada boarding school memiliki sisi positif agar siswa lebih fokus dalam belajar dan juga memiliki sisi negatif. Siswa tersebut melakukan rutinitas yang relatif sama, interaksi sosial yang terbatas, dan bertempat tinggal di lingkungan yang sama. Siswa yang berada dalam suatu kondisi yang relatif sama atau monoton dalam kurun waktu yang lama dapat memicu timbulnya kebosanan. Menurut Perry (dalam Khusnia, 2016) kebosanan dapat diciptakan dari berbagai hal, seperti kurangnya tantangan, pekerjaan yang diulang terus menerus dan suasana kelas yang buruk. Hal serupa juga dinyatakan oleh O Hanlon (dalam Elpidorou, 2014) bahwa sering kali kebosanan itu situasional, hal tersebut dibawa oleh situasi yang tidak menantang, monoton atau berulang. Kecenderungan kebosanan atau dikenal dengan boredom proneness berdasarkan kajian teori dapat ditinjau sebagai state dan trait. Boredom proneness sebagai state didefinisikan kondisi individu sebagai reaksi terhadap aktivitas yang dikerjakan, biasanya aktivitas tersebut memiliki ciri tidak menyenangkan, rutinitas, berulang-ulang atau monoton, dan pekerjaan yang bersifat sederhana (Fisher, 1998). Contoh dari state boredom adalah kejenuhan belajar. Kejenuhan belajar dapat didefinisikan sebagai kondisi kelelahan fisik ataupun psikis yang dialami individu karena tekanan, tuntutan, beban belajar

3 (Chandra, dalam Yuwanto & Wongso, 2015). Selanjutnya boredom proneness sebagai trait adalah kerentanan individu mengalami kebosanan (Todman, dalam Yuwanto & Wongso, 2015). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suwarjo (dalam Priambodo, 2016) menunjukkan sebanyak 93,98% siswa SMA di Kota Yogyakarta mengalami kejenuhan belajar dengan rincian datanya adalah 8,03% siswa berada di kategori sangat tinggi, 25,30% siswa berada di kategori tinggi, 40,76% siswa berada dikategori sedang, dan 19,88% siswa berada dikategori rendah. Fenomena tersebut menunjukkan kejenuhan belajar menjadi masalah yang banyak dialami oleh siswa dalam lingkungan pendidikan. Kondisi kebosanan biasa terjadi pada situasi yang terlalu banyak aktivitas sehingga meyebabkan kelelahan mental dan terjadi ketegangan syaraf (Pattyn, Neyt, Henederickx, & Soetens, 2008), atau juga biasa terjadi pada kondisi yang bahkan kekurangan aktivitas (McCormick, Funderburk, Lee, & Hale -Fought, 2005), kedua kondisi tersebut dapat menimbulkan perasaan monoton sehingga membutuhkan sesuatu yang dapat membangkitkan stimulus (Bergstein, dalam Abdillah, 2016). Adapun lingkungan yang menyebabkan kebosanan adalah terdapatnya suatu aktivitas yang berulang-ulang, melakukan suatu kegiatan yang tidak diminati, suatu perasaan keterpaksaan dalam melakukan kegiatan (Martin, Sadlo, Stew & Vodanovich, dalam Abdillah, 2016). Aktivitas disekolah dan asrama yang cukup padat dan ruang gerak kegiatan diasrama yang dibatasi dengan tata tertib yang ditetapkan oleh pihak asrama, dirasa terlalu banyak dan mengekang oleh sebagian siswa, sehingga membuat para siswa merasa jenuh

4 dan bosan tinggal di asrama (Muna, 2013). Berdasarkan kondisi yang dialami oleh siswa boarding school, peneliti ingin mengetahui bagaimana state boredom yang dicirikan sebagai aktivitas yang tidak menyenangkan, rutinitas, berulang-ulang atau monoton dan hubungannya dengan flow akademik yang dialami siswa. Kebosanan yang dialami siswa dapat berdampak terhadap rendahnya minat siswa terhadap aktivitas yang dilakukannya, termasuk aktivitas akademiknya. Minat yang rendah terhadap aktivitas akademik dapat menimbulkan flow akademik yang rendah sehingga berdampak terhadap hasil belajar yang kurang optimal. Individu yang lebih sering mengalami kebosanan adalah mereka yang lebih jarang mengalami flow, hal itu karena tenggelam dalam suatu aktivitas adalah antitesis dari pengalaman kebosanan itu sendiri (Harris, dalam Yuwanto & Wongso, 2015). Moneta dan Csikszentmihalyi (dalam Csikszentmihalyi, 1990) mendefinisikan flow sebagai sebuah kondisi psikologis ketika seseorang merasa dalam situasi kognitif yang efisien, termotivasi dan merasa senang. Keterkaitan antara flow dan akademik dikemukakan oleh Csikszentmihalyi (1990) melalui teorinya yang menyebutkan bahwa flow akademik dapat didefinisikan sebagai bentuk konsentrasi, ketertarikan, dan kenyamanan saat berinteraksi dalam suatu kegiatan akademik. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada dua orang siswi SMA Global Islamic Boarding School pada tanggal 30 September 2016 melalui metode wawancara, didapatkan informasi bahwa sekolah ini

5 menggunakan kurikulum Cambridge sebagai kurikulum pembelajaran, namun pada siswa kelas XII kembali menggunakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang merupakan kurikulum nasional Indonesia. Hal ini guna mempersiapkan siswa untuk menghadapi Ujian Nasional sebagai salah satu syarat kelulusannya dari sekolah menengah atas. Kedua siswi tersebut menyatakan bahwa kegiatan harian mereka sangat padat, dimulai dari bangun pagi pukul 4 subuh untuk sholat tahajjud, dilanjutkan dengan kegiatan wajib lainnya hingga pukul 9 malam. Padatnya kegiatan membuat mereka merasa kelelahan dan akhirnya merasa bosan dengan situasi tersebut. Belum lagi rutinitas pelajaran yang diiringi dengan adanya beban akademik tinggi dan persaingan yang ketat. Hal tersebut pun lama kelamaan berdampak pada nilai akademik mereka, karena merasa terlalu lelah sehingga kurang fokus dalam belajar. Salah seorang siswi bercerita bahwa ia pernah merasa bosan dan tidak termotivasi sehingga tidak dapat menikmati dan berkonsentrasi dalam pembelajaran dan akhirnya menyebabkan nilai matematika-nya turun dari nilai 93 menjadi 83. Hal ini pun sempat membuat siswi tersebut down. Untuk mengatasi hal tersebut, mereka seringkali berusaha membuat inovasi-inovasi baru terhadap kegiatan di asrama dengan cara nego sehingga dapat mengurangi kebosanan agar siswa lebih nyaman dan fokus dalam belajar. Berdasarkan studi pendahuluan dan teori yang telah dipaparkan, maka peneliti berasumsi bahwa state boredom atau kebosanan karena situasi memiliki hubungan dengan kenyamanan serta kefokusan siswa atau flow akademik yang lama kelamaan dapat berdampak pada rendahnya minat siswa dalam belajar

6 sehingga mencapai hasil belajar yang kurang optimal. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan state boredom dengan flow akademik pada siswa di SMA Global Islamic Boarding School. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian sebelumnya, adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan state boredom dengan flow akademik pada siswa di SMA Global Islamic Boarding School? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan state boredom dengan flow akademik pada siswa di SMA Global Islamic Boarding School. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat pada pengembangan ilmu bidang Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan terkait dengan state boredom dan flow akademik. 2. Manfaat praktis 2.1 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada sekolah terkait dengan kebijakan untuk mengurangi state boredom dalam upaya untuk meningkatkan flow akademik siswa.

7 2.2 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada siswa mengenai hal-hal apa saja yang dapat memicu kebosanan sebagai respon dari aktivitas yang dikerjakan dan bagaimana cara untuk mengatasi kebosanan tersebut, agar dapat lebih fokus dalam belajar sehingga dapat meningkatkan flow akademik yang berdampak pada hasil belajar yang optimal. 2.3 Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti tema tentang state boredom dan flow akademik. E. Signifikansi dan Keunikan Penelitian Penelitan mengenai hubungan state boredom dengan flow akademik pada siswa SMA Global Islamic Boarding School sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Ada penelitian mengenai flow akademik dengan kejenuhan belajar, yang merupakan salah satu contoh dari state boredom, namun berbeda state boredom pada penelitian ini yang bukan hanya pada situasi belajar, namun juga pada situasi aktivitas keseharian siswa di boarding school. Pada penelitian yang dilakukan oleh Chandra (2012) tersebut dengan judul Hubungan antara Kebosanan Belajar dan Flow Akademik terhadap 198 orang mahasiswa, menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif antara kebosanan belajar dan flow akademik dengan r = 0,340. Penelitian lain yang dilakukan oleh Yuwanto dan Wongso (2015) berjudul Students Resources dan Motivational Process: Hubungan antara Boredom Proneness dan Academic Flow terhadap 100 orang mahasiswa, menunjukkan

8 hasil bahwa boredom proneness dan flow akademik memiliki korelasi negatif dengan r = -.2753. Penelitian tersebut meneliti kedua jenis boredom proneness yaitu, boredom proneness ditinjau sebagai state dan trait. Berbeda dengan penelitian ini, selain hanya memfokuskan pada satu jenis boredom proneness yaitu boredom proneness sebagai state atau state boredom, penelitian ini juga dilakukan pada siswa boarding school yang notabene berbeda dengan mahasiswa. Pemilihan state boredom sebagai variabel dalam penelitian ini disesuaikan dengan situasi yang terjadi pada siswa di boarding school. Penelitian selanjutnya mengenai flow akademik dilakukan oleh Pebriani & Rosiana (2015) berjudul Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Flow Akademik pada Mahasiswa Psikologi UNISBA menyatakan bahwa berbagai metode pembelajaran berpengaruh terhadap perilaku yang mahasiswa tampilkan dalam belajar, misalnya fokus mendengarkan, mencatat materi penting, menjawab pertanyaan dosen, namun ada beberapa yang mengobrol, memainkan handphone dan mengerjakan tugas lain. Perilaku yang mahasiswa tersebut tampilkan dapat menjadi salah satu indikator flow akademik yang dirasakan terhadap metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan situasi belajar yang terwujud melalui interaksi lingkungan. Oleh karena itu penerapan berbagai metode belajar yang berbeda, dapat mempengaruhi flow akademik yang dirasakan siswa. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini, menggunakan variabel bebas yaitu state boredom dan variabel tergantung yaitu flow akademik.

9 Pemilihan variabel pada penelitian ini lebih signifikan terhadap situasi subjek, subjek yang merupakan siswa SMA boarding school dan perilaku yang diamati bukan hanya pada situasi belajar ataupun situasi pada aktivitas kesehariannya, namun pada kedua situasi tersebut.