BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan buah hati yang sangat berharga, yang akan menjadi pengganti orang tuanya dikemudian hari, maka sering dikatakan anak adalah penerus bangsa. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik maupun mental sehingga bermanfaat untuk bangsa dan negara. Maka disamping pengobatan yang diberikan apabila seorang anak menderita penyakit, upaya pencegahan melalui imunisasi merupakan pilihan. Imunisasi dilakukan untuk kepentingan dua arah yaitu mencegah penyakit bagi individu yang rentan dan membentuk kekebalan penyakit bagi masyarakat luas atau disebut Herd Immunity (IDAI, 2011, hal. 4). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 Angka Kematian Bayi (AKB ) di Indonesia masih tinggi, 80% diakibatkan oleh Pneumonia. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) kelompok penasehat utama WHO untuk vaksinasi dan imunisasi didunia dalam pertemuan di Swiss, November 2006 menyatakan Pneumokokus merupakan penyebab utama morbititas dan mortalitas didunia dan vaksinasi merupakan upaya terbaik untuk mencegah penyakit Pneumokokus (Lisnawati, 2011, hal. 110). Berdasarkan KepMenkes RI no.482/menkes/sk/4/2010, cakupan imunisasi dasar pada tahun 2009 menunjukkan bahwa dari jumlah sasaran 4.461.341 bayi, cakupan imunisasi BCG 93,8%, DPT 1 69,6%, Polio 1 76,6%, Polio 4 92,4%, campak 91%. Dengan angka Drop Out sebesar 43,5%, angka Drop Out ini menggambarkan terdapat sekitar lebih satu juta bayi di Indonesia yang tidak
mendapatkan imunisasi lengkap setiap tahunnya, Sehingga berdampak pada cakupan Universal Child Immunization (UCI). Hal ini dapat dilihat dari persentasi UCI di Indonesia tahun 2008 sebesar 68, 2% mengalami penurunan menjadi 68% pada tahun 2009 (Profil Kesehatan Indonesia, DepKes RI, 2010). Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD31) tahun 2009, target yang dicapai sebesar 90%, untuk Sumatera Utara HB 0 48,5%, BCG 68,3%, Polio1 91,2%, Polio2 86,9%, Polio3 85,0%, polio4 82,0%, DPT-HB 88,4%, DPT HB 2 85,6%, DPT HB 3 82,9%, campak 81,6% (Depkes, 2009, hal.24). Cakupan UCI 2008 di Sumatera Utara mencapai 79% dari rata-rata UCI di Indonesia yaitu 78% dengan tingkat Drop Out di Sumatera Utara sebesar 5,3% (Pusat Data dan Informasi DepKes, 2010). Cakupan imunisasi dasar pada bayi di Dinas Kesehatan kota Medan tahun 2009 menunjukkan bahwa dari jumlah sasaran bayi sebanyak 49.742 bayi yakni: BCG sebesar 94,0%, DPT dan HB1 sebesar 99,9%, DPT3 dan HB3 95,0%, Polio4 95,2%, campak 96,4% dan Hipatitis B 99,9%. Program imunisasi akan berhasil jika tercapai cakupan imunisasi dasar lengkap yang tinggi pada bayi 90%, namun secara umum kota Medan telah berhasil melakukan kegiatan Imunisasi sehingga angka cakupan bayi yang diimunisasi lengkap sebesar 96,40%. Harapannya pada tahun yang akan datang, tidak ada lagi kecamatan yang cakupan imunisasi bayinya di bawah 90% (Profil dinas Kesehatan kota Medan, 2010, hal 54). Meskipun seluruh imunisasi dasar sudah diberikan secara gratis selama puluhan tahun, cakupan imunisasi belum memenuhi UCI dengan berbagai alasan seperti: pengetahuan yang salah tentang imunisasi, rendahnya kesadaran ibu membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi yang
lengkap, dikarenakan takut anaknya sakit, ada pula yang merasa bahwa imunisasi tidak perlu bagi bayinya, kurangnya informasi, kurangnya motivasi juga karena kurangnya pengetahuan ibu tentang imunisasi (Conan, 2007, hal.64). Berdasarkan hasil pengamatan sementara ke Puskesmas Sentosa Baru Medan Perjuangan cakupan imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan sudah baik, dan dari survei langsung ke Lingkungan IX Kelurahan Sidorame Barat II mayoritas bayi sudah mendapat imunisasi dasar, namun masih ada sekitar 10 (23%) bayi yang belum mendapat imunisasi dasar. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar yang belum benar. Data dan uraian diatas menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar yang berdampak terhadap percepatan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) di Lingkungan IX Keluruhan Sidorame Barat II Medan Perjuangan belum 100%. Dari data tersebut, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar dengan Kelengkapan Imuniasi Dasar pada Bayi usia 0 12 Bulan di Lingkungan IX Kelurahan Sidorame Barat II Medan Perjuangan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di Lingkungan IX Kelurahan Sidoreme Barat II Medan Perjuangan?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di Lingkungan IX Kelurahan Sidoreme Barat II Medan Perjuangan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar di Lingkungan Kelurahan Sidorame Barat II Medan Perjuangan b. Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar pada bayi usia 0-12 bulan di Lingkungan IX Kelurahan Sidoreme Barat II Medan Perjuangan D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Untuk mengetahui dan mendapatkan pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian dibidang keperawatan anak khususnya yang berhubungan dengan imunisasi. 2. Bagi Instansi Bagi instansi terkait disini adalah Puskesmas dan Lingkungan IX Kelurahan Sidoreme Barat II Medan Perjuangan, untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian imunisasi sehingga dapat termotivasi untuk memberikan pelayanan yang optimal. 3. Bagi Ibu Sebagai tambahan pengetahuan dan salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan responden khususnya tentang imunisasi.
4. Bagi Petugas Kesehatan di Lingkungan IX Kelurahan Sidoreme Barat II Medan Perjuangan Sebagai bahan masukan dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak dengan memantau kelengkapan dan ketepatan imunisasi.