BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konversi energi dari cahaya matahari menjadi energi listrik dilakukan oleh

Rancang Bangun Interleaved Boost Converter Berbasis Arduino

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi konverter elektronika daya telah banyak digunakan pada. kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu dc dc konverter.

BAB III PERANCANGAN ALAT

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN MODUL BOOST CHOPPER VOLT DC 200 WATT BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 16 ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB I 1. BAB I PENDAHULUAN

Perancangan dan Realisasi Konverter DC-DC Tipe Boost Berbasis Mikrokontroler ATMEGA 8535

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

LAMPIRAN A RANGKAIAN CATU DAYA BEBAN TAK LINIER. Berikut adalah gambar rangkaian catu daya pada lampu hemat energi :

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

BAB III PERANCANGAN DESAIN POMPA AIR BRUSHLESS DC. DENGAN MENGGUNAKAN dspic30f2020

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

Rancang Bangun Charger Baterai dengan Buckboost Konverter

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

1 BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu kelistrikan yang menggabungkan ilmu elektronika dengan ilmu ketenaga-listrikan.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

BAB III PERANCANGAN SISTEM

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidrogen [16]. Fuel cell termasuk dalam energi alternatif baru yang memiliki

Kendali Sistem Pengisi Baterai Tenaga Surya Metode Incremental Conductance Berbasis Mikrokontrol

Perancangan dan Implementasi Konverter Boost Rasio Tinggi dengan Transformator Hybrid untuk Aplikasi Photovoltaic

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

INVERTER MODULASI LEBAR PULSA SINUSOIDA. BERBASIS dspic 30F4012

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Operating Voltage. Input Voltage (recommended) 7-12V. Input Voltage (limit) 6-20V. Analog Input Pins 16. DC Current per I/O Pin

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

Pengendalian Kecepatan Motor DC Magnet Permanen Dengan Menggunakan Sensor Kecepatan Rotari

Perancangan Battery Control Unit (BCU) Dengan Menggunakan Topologi Cuk Converter Pada Instalasi Tenaga Surya

BAB III DESKRIPSI MASALAH

MAKALAH DC CHOPPER. Disusun oleh : Brian Ivan Baskara Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Daya II

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy

Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. tertarik dalam menciptakan objek atau lingkungan yang interaktif.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

Desain dan Analisis Inverter Satu Fasa dengan Menggunakan Metode SPWM Berbasis Arduino

PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH

ANALISIS PERBANDINGAN HASIL OPERASI CCM DAN DCM PADA DC CHOPPER TIPE CUK

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN

MAKALAH PENGUAT DAYA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Pengkonversi DC-DC (Pemotong) Mengubah masukan DC tidak teratur ke keluaran DC terkendali dengan level tegangan yang diinginkan.

PENGONTROLAN DC CHOPPER UNTUK PEMBEBANAN BATERAI DENGAN METODE LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 128 TUGAS AKHIR

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENDEKATAN BARU UNTUK SINTESIS KONVERTER DAYA

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konverter Elektronika Daya Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan daya elektrik dari satu bentuk ke bentuk daya elektrik lainnya di bidang elektronika daya. Konveter elektronika daya terbagi menjadi 4 jenis, di antaranya : 1. Konverter AC DC ( Rectifier ) 2. Konverter AC AC ( Cycloconverter ) 3. Konverter DC DC ( DC Chopper ) 4. Konverter DC AC ( Inverter ) Dc dc konverter merupakan suatu alat yang mengkonversikan daya listrik searah dari suatu bentuk ke bentuk daya listrik searah lainya. [1,2,3] Secara umum, ada tiga rangkaian (topologi) dasar dari konverter dc-dc yaitu buck, boost, dan buck-boost. Rangkaian lain biasanya mempunyai kinerja mirip dengan topologi dasar ini sehingga sering disebut sebagai turunannya. Contoh dari konverter dc-dc yang dianggap sebagai turunan rangkaian buck adalah forward, push-pull, half-bridge, dan full-bridge. Sedangkan contoh dari turunan rangkaian boost adalah konverter yang bekerja sebagai sumber

7 arus dan tegangan. Jika dari rangkaian buck-boost adalah konverter flyback. Aplikasi untuk konverter seperti buck converter banyak digunakan untuk laptop adapter, charger battery dan lainnya. Konverter ini berguna untuk menurunkan tegangan. Untuk boost converter banyak digunakan untuk sumber energi terbarukan seperti photovoltaic system dan fuel cells. Konverter ini berguna untuk menaikkan tegangan [1] 2.2 Boost Converter Boost converter berguna untuk mengubah tegangan masukan yang rendah ke tegangan keluaran yang tinggi (penaik tegangan). Konverter ini bekerja secara periodik saat saklar terbuka dan tertutup. Rangkaian dapat dilihat pada Gambar 2.1. Untuk konverter ini, parameter yang dibutuhkan untuk dapat memperoleh rangkaiannya terdiri dari beberapa komponen yaitu saklar daya, dioda frekuensi tinggi, induktor, kapasitor, dan beban resistor. Saklar yang dipakai harus mempunyai respon yang cepat saat keadaan on dan off. Saklar yang dapat digunakan adalah saklar semikonduktor seperti MOSFET. [2,3] Gambar 2.1 Boost Converter [1,2]

8 2.2.1 Prinsip Kerja Boost Converter Kemampuan boost converter untuk menaikan tegangan dc berkaitan dengan prinsip switch duration ( ton dan toff switch ). Saat saklar atau switch mosfet pada kondisi tertutup (ton), arus akan mengalir ke induktor sehingga menyebabkan energi akan tersimpan di induktor. Saat saklar mosfet terbuka (toff), arus induktor ini akan mengalir menuju beban melewati dioda sehingga energi yang tersimpan di induktor akan menurun. Jika dilihat pada Gambar 2.2. Pada saat toff, beban akan disuplai oleh tegangan sumber ditambah dengan tegangan induktor yang sedang melepaskan energinya. Kondisi ini yang menyebabkan tegangan keluaran menjadi lebih besar dibandingkan dengan tegangan masukannya. Rasio antara tegangan keluaran dan tegangan masukan konverter ini sebanding dengan rasio antara periode penyaklaran dan waktu pembukaan saklar. [2] a) Saklar ON b) Saklar OFF Gambar 2.2 Prinsip Kerja Boost Converter [1,2] Dalam Operasionalnya, terdapat dua mode operasi untuk boost converter, yaitu Continuous Conduction Mode (CCM) dan Discontinuous Conduction Mode (DCM). Pada continuous mode, arus

9 induktor tidak pernah jatuh ke nol dalam semua siklus pensaklaran. Sedangkan untuk discontinuous mode, arus pada induktor akan jatuh ke nol sebelum selesai satu periode pensaklaran. [1,2] 2.2.2 Analisa Rangkaian Boost Converter Boost Converter bekerja dalam dua keadaan operasi. Kondisi yang pertama saat saklar ON dan kedua saat saklar OFF. Saat dalam kondisi saklar ON, dioda menjadi reverse bias dan besar arus induktor akan menyamai arus masukan. Begitu juga dengan tegangan induktor akan sama besarnya dengan tegangan masukan. Dalam kondisi saklar ON, induktor akan menyimpan energi. Waktu saat saklar dalam keadaan ON disebut DT. Gambar 2.3 menunjukan rangkaian dari boost converter saat saklar ON dan gambar 2.4 menunjukan arus induktor dan tegangan induktor boost converter. [2] Gambar 2.3 Saklar ON [2]

10 Gambar 2.4 Arus dan Tegangan Induktor [2] Saat saklar dalam kondisi selama DT, V1 = Vd (2.1) V1 = L di1 Vd L = di1 I1(closed) = VdDt L (2.2) (2.3) (2.4) Saat saklar OFF pada waktu ( 1 D ) T. Gambar 2.5 menunjukan rangkaian saat saklar OFF. Gambar 2.6 menunjukan arus dan tegangan induktor. Gambar 2.5 Saklar OFF [2]

11 Gambar 2.6 Arus dan Tegangan Induktor [2] Saat saklar OFF pada waktu ( 1 D ) T, V1 = Vd Vo (2.5) V1 = L di1 Vd Vo L = di1 I1(open) = ( Vd Vo ) T L (2.6) (2.7) (2.8) Untuk keadaan steady state, perubahan di arus induktor harus nol, I1(open) + I1(closed) = 0 (2.9) (Vd Vo)(1 D)T L + VdDt L = 0 (2.10) Vo = Vd 1 D (2.11) Dari persamaan di atas, kita tahu tegangan keluaran dari boost converter di kontrol oleh besar nilai duty cycle, D.

12 Untuk arus induktor rata rata, Daya input = daya output (2.12) VdId = Vo2 R (2.13) Id = I1 (2.14) Vo = Vd 1 D VdI1 = ( Vd 1 D )2 R (2.15) (2.16) I1 = Vd (1 D) 2 R (2.17) Maksimum dan minimum arus induktor telah diberikan pada persamaan, I1 (max/min) = I1 ± I1 2 (2.18) Ripple tegangan keluaran diberikan pada persamaan, Vo = Vo.D R.C.f (2.19) Sedangkan ripple arus masukan diberikan persamaan, ΔIin = Vin.D f. L (2.20) 2.3 Interleaved Converter Interleaved Converter merupakan bentuk modifikasi dari sebuah dc-dc konverter yang berguna untuk menambah performance konverter seperti

13 efisiensi, ukuran dan konduktansi elektromagnet. Namun interleaved converter ini, masih terdapat kekurangan seperti penambahan induktor, power switching device, dan output rectifier. Interleaved biasa disebut juga teknik multhiphasing dimana sangat berguna untuk mengurangi ukuran atau nilai dari komponen filter. Pada interleaved ada lebih dari satu power switch. Perbedaan fasa untuk dua switch sebesar 180 0. Interleaving ini berguna menaikan frekuensi pulsa yang efektif yang di berikan oleh beberapa sumber yang lebih kecil dan mengoperasikannya dengan pergeseran fasa yang relatif. Di elektronika daya, aplikasi interleaving dapat ditemukan khususnya di aplikasi yang memerlukan daya yang tinggi. Tegangan dan arus yang bertekanan dapat dengan mudah melewati dari range power devicenya. Satu solusi untuk masalah ini dengan cara menghubungkan kelipatan power device dengan cara seri atau memparalelkan. Namun, dengan memparelkan device akan lebih baik untuk membatalkan harmonisa, menambah efisiensi, mengurangi panas dan kepadatan daya yang tinggi dapat diperoleh. [2] 2.4 Interleaved Boost Converter Interleaved boost converter terdiri dari n single boost converter yang dihubungkan secara paralel, dapat dilihat pada Gambar 2.7. Untuk interleaved dengan dua saklar, perbedaan fasa sinyal operasi pensaklarannya sebesar 180 0. Besar nilai itu didapat dari 360/n, dimana n adalah jumlah dari boost converter yang diparalelkan. Untuk dua fasa interleaved boost converter (n=2), dimana sinyal operasi pensaklarannya digeser sebesar 180 0. Hal ini dapat di lihat pada gambar 2.8. [3,4,5]

14 Gambar 2.7 Rangkaian Interleaved Boost Converter [3,4] Gambar 2.8 Gelombang Arus Masukan dan Induktor Terhadap Sinyal Pensaklaran Dengan Perbedaan Fasa 180 0 [3] Untuk analisa keadaan steady state pada interleaved boost converter, terdapat parameter-parameter penting, yaitu: [3] 1. Duty Ratio Duty ratio dari interleaved boost converter adalah sama dengan boost converter. Vo = Vd 1 D (2.21)

15 Dimana Vo adalah tegangan keluaran, Vd adalah tegangan masukan dan D adalah duty ratio. 2. Arus Input Untuk menghitung arus masukan, kita dapat menggunakan daya masukan dibagi dengan tegangan masukan. Iin = Pin Vd (2.22) 3. Ripple Arus Induktor Besar amplitude ripple arus induktor adalah sama dengan boost converter. Il1, l2 = Vd.D f.l (2.23) Dimana f adalah frekuensi pensaklaran, D adalah duty cycle, Vd adalah tegangan masukan. 2.4.1 Topologi Interleaved Boost Converter Gambar 2.7 menunjukan rangkaian standar dari interleaved boost converter. Untuk rangkaian ini, parameternya terdiri dari dua induktor L1 dan L2, dua saklar S1 dan S2, dua dioda D1 dan D2 dan duty cycle dengan perbedaan fasa yang relatif. Gambar 2.8 memperlihatkan gelombang ideal untuk arus di induktor L1 dan L2 pada interleaved boost converter [3]

16 Gambar 2.9 Topologi Interleaved Boost Converter [3] Gambar 2.10 Gelombang Ideal Untuk Arus Induktor L1 dan L2 [3] 2.4.2 Analisa Rangkaian Interleaved Boost Converter Untuk interleaved boost converter, terdapat 4 operasi keadaan. Keadaan pertama adalah saat kedua saklar S1 dan S2 ON, keadaan kedua saat S1 ON S2 OFF, keadaan ketiga saat S1 OFF S2 ON, dan terakhir saat kedua saklar S1 dan S2 OFF. Selama tclose, perubahan

17 waktunya adalah DT, selama topen,perubahan waktunya adalah (1-D)T. Berikut penjelasan dari 4 keadaan operasi interleavead : [3,4] a) S1 dan S2 ON Saat S1 dan S2 ON, induktor L1 dan L2 akan mulai menyimpan energi. Dalam hal ini, nilai dari arus induktor akan naik. dil1 dil2 = Vin L1 = Vin L2 (2.24) (2.25) b) S1 ON S2 OFF Saat S1 ON dan S2 OFF, hanya induktor L1 yang menyimpan. Dalam hal ini arus induktor L1 akan naik, sementara arus pada induktor L2 berkurang. Induktor L2 melepaskan energi. dil1 dil2 = Vin L1 = Vo Vin L2 (2.26) (2.27) c) S1 OFF S2 ON Selama keadaan ini, L1 melepaskan energi sementara L2 menyimpan energi. Arus induktor IL1 berkurang dan IL2 bertambah. dil1 dil2 = Vo Vin L1 = Vin L2 (2.28) (2.29)

18 d) S1 dan S2 OFF Kedua induktor akan melepaskan energi dan juga arus induktor akan berkurang. dil1 dil2 = Vo Vin L1 = Vo Vin L2 (2.30) (2.31) 2.5 Pulse Wih Modulation ( PWM ) Modulasi lebar pulsa atau yang lebih dikenal dengan sebutan PWM (Pulse Widht Modulation) merupakan suatu teknik yang membandingkan sinyal referensi dengan sinyal carrier. Pada umumnya untuk sinyal carrier berupa gelombang segitiga. Apabila amplitude sinyal referensi berada di atas amplitude sinyal carrier maka dihasilkan sinyal high dan jika amplitude sinyal referensi berada di bawah amplituda sinyal carrier maka dihasilkan sinyal low. [5] Pada gambar 2.11 berikut menunjukkan hasil perbandingan tersebut dimana mempunyai nilai duty cycle tertentu. [3,5] Gambar 2.11 Pulse wih Modulation [5]

19 Duty cycle adalah perbandingan antara waktu konduksi dibagi dengan total waktu antara konduksi dan tidak konduksi dikalikan seratus persen.pengertian duty cycle tersebut dapat dituangkan dalam persamaan dibawah ini. Duty Cycle = t on t on +t off x 100% (2.32) Dari duty cycle tersebut nantinya akan dipakai untuk memberikan waktu konduksi kepada komponen semikonduktor. Didalam teknik PWM, pulsa penyalaan yang mengontrol keadaan ON dan OFF saklar dihasilkan dari perbandingan gelombang Vcontrol dengan gelombang segitiga seperti pada gambar di atas. Vcontrol umumnya dihasilkan dengan memperbesar tegangan DC atau perbedaan antara tegangan keluaran dengan tegangan yang diinginkan. Jadi prinsip kerja dari PWM adalah jika nilai sesaat gelombang Vcontrol lebih besar dari gelombang segitiga, maka saklar akan menutup (ON) dan sebaliknya saklar akan membuka (Off).Dalam menghasilkan sinyal PWM ini dapat dihasilkan melalui komponen analog dan komponen digital. Untuk komponen analog dapat menggunakan komponen berbagai jenis IC untuk menghasilkan sinyal PWM. Sedangkan untuk komponen digital biasanya menggunakan berbagai jenis mikrokontroler sebagai komponen untuk menghasilkan sinyal PWM. [6]

20 2.5.1 Mikrokontroler Arduino Mega 2560 Mikrokontroler adalah sebuah chip yang berfungsi sebagai pengontrol rangkaian elektronik dan umumnya dapat menyimpan program didalamnya. Mikrokontroler umumnya terdiri dari CPU (Central Processing Unit), memori, I/O tertentu dan unit pendukung seperti Analog-to-Digital Converter (ADC) yang sudah terintegrasi di dalamnya. Pada penelitian ini digunakan Arduino Mega 2560 sebagai kontroler dan penghasil sinyal PWM. Arduino Mega 2560 adalah salah satu jenis mikrokontroler Arduino yang menggunakan prosessor ATmega2560. Arduino ini memiliki 54 pin I/O digital (15 diantaranya dapat berfungsi sebagai PWM), 16 input analog, 4 UART (serial port), 16 MHz Osilator kristal, koneksi USB, konektor daya, ICSP, dan tombol reset. Bahasa program yang digunakan adalah bahasa C dengan perangkat lunak kompilernya adalah sketch atau Arduino IDE. Berikut adalah spesifikasi teknis Arduino Mega 2560 dijelaskan pada Tabel 2.1 berikut.

21 Tabel 2.1. Spesifikasi Teknis Arduino Mega 2560 Mikrokontroler Tegangan Operasi ATmega2560 5V Tegangan masuk (rekomendasi 7-12V Tegangan masuk (batas) 6-20V Pin I/O Digital 54 (15 diantaranya dapat Pin Input Analog 16 berfungsi sebagai PWM ) Arus DC per I/O Pin Arus DC pada Pin 3.3V Memori Flash 40 ma 50 ma 256 KB of which 8 KB used by bootloader SRAM EEPROM Kecepatan clock 8 KB 4 KB 16 MHz Gambar 2.12. Arduino Mega 2560

22 2.6 Rangkaian Pemicu Gate Mosfet (Gate Driver) Komponen mosfet pada boost converter agar dapat difungsikan sebagai saklar, maka mosfet harus bekerja pada kondisi saturasinya. Kondisi saturasi mosfet ini dapat dibentuk dengan memberikan tegangan gate-source berkisar antara 12-15 Volt. Karena tegangan keluaran dari mikrokontroler arduino ini adalah 5 Volt maka diperlukan rangkaian penguat / pemicu gate pada mosfet yang disebut sebagai rangkaian gate driver. [8] Pada penelitian ini rangkaian gate driver dibuat dengan menggunakan IC HCPL 3120, yang berfungsi menguatkan tegangan PWM kontrol arduino dari 5 Volt menjadi 15 Volt. Konfigurasi pin dari IC HCPL 3120 ini dijelaskan pada gambar 2.12 berikut : Gambar 2.13. Konfigurasi pin IC HCPL 3120 Pada dasarnya IC HCPL adalah IC Optocoupler, dimana prinsipnya mengkonversi sinyal kontrol menjadi cahaya. Cahaya ini kemudian akan diterima oleh receiver (dapat berupa photodiode atau phototransistor) berupa tranduser yang menghasilkan tegangan yang lebih besar dengan karakteristik yang sama dengan tegangan input. Karakteristik dari IC HCPL 3120 ini dijelaskan pada Tabel 2.2 berikut :

23 Tabel 2.2. Tabel Kebenaran / karakteristik IC HCPL 3120. LED Vcc - VEE Vo OFF 0 30 V LOW ON 0 11 V LOW ON 11 13.5 V TRANSITION ON 13.5 30 V HIGH Karakteristik dari IC HCPL ini adalah ketika LED ON dengan tegangan catu day berkisar antara 13.5 30 Volt maka tegangan keluaran (Vo) akan HIGH (15 Volt). Dan ketika LED OFF dengan tegangan catu daya berkisar antara 13.5 30 Volt maka tegangan keluaran (Vo) akan LOW (0 Volt). Sistem minimum dari IC HCPL 3120 dijelaskan pada Gambar 2.13 dibawah ini: Gambar 2.14. Sistem Minimum IC HCPL 3120