Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan

dokumen-dokumen yang mirip
otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada

BAGIAN 3 TELAAH NORMATIF

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa tersebut tidak boleh dicabut oleh siapapun termasuk oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belakangan ini banyak sekali ditemukan kasus-kasus tentang

BAB I PENDAHULUAN. masa remajanya dengan hal-hal yang bermanfaat. Akan tetapi banyak remaja

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

Aborsi Tidak Aman Jadi Penyebab Kematian Ibu 16 Agustus :58:42

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang belum lahir atau orang yang terpidana mati. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI

KODE ETIK PSIKOLOGI. Teori Etika, Etika Deskriptif dan Etika Normatif. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

BAGIAN 2 TELAAH KONSEPTUAL

BAB I Tinjauan Umum Etika

PANCASILA sebagai SISTEM ETIKA. Modul ke: 09TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman globalisasi dewasa ini tanpa disadari kita telah membuat nilainilai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

Ringkasan Putusan.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban.

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB III ABORSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

Daftar Pustaka. Glosarium

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

BAB 1 TUJUAN UMUM ETIKA

Program Pascasarjana Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa

Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi Pasal 31 kehamilan akibat perkosaan.

Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD)

Kiprah Edisi 17: Menggalang Solidaritas Melalui Forum Selapanan. Ditulis oleh Titik Rahmawati & Ulfah Mutia Hizma Jumat, 03 Juli :12 -

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat

PANCASILA Sebagai Paradigma Kehidupan

ETIKA PANCASILA dan PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PERSOLAN BANGSA. Kelompok 4 PENDIDIKAN PANCASILA

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani. Secara

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495]

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG MEMBANTU MELAKUKAN TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI DI INDONESIA

BAB V PENUTUP. di Yogyakarta dan mengapa demikian?. Permasalahan kedua adalah: Bagaimana strategi pemberitaan dimanfaatkan untuk membangun perspektif

APLIKASI ETIKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. yang jabatannya atau profesinya disebut dengan nama officium nobile

BAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

Pengertian Etika. Memahami, mengerti, dan menjelaskan profesi, tata laku, dan etika berprofesi di bidang teknologi informasi

PANCASILA DILIHAT DARI SEGI MODEREN DAN REFORMASI SEKOLAH TINGGI ILMU INFORMASI DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Modul ke: SEMINAR MEDIA. 03Ilmu. Presentasi Kelompok. Fakultas. Christina Arsi Lestari, M.Ikom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas

BAB 1 PENDAHULUAN. An-nisa, ayat 13 surah Al Hujurat, ayat surah As-Syura, ayat 45 surah An Najm dan

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Etika. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. pergaulan bebas (free sex) yang semakin marak di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

Eksistensi Pancasila Dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Universitas Indo Global Mandiri Palembang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengonseptualisasikan dan menafsirkan dunia yang melingkupinya. Pada saat kita

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

I. PENDAHULUAN. pembuatan hukum baru dan penggantian hukum lama. Urgensi politik hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dipersidangan, dan hakim sebagai aparatur penegak hukum hanya akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM TURUT SERTA TERHADAP TINDAK PIDANA ABORSI SKRIPSI

PANDUAN DEBAT BAHASA INDONESIA. Disusun Oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

Transkripsi:

PENDAHULUAN 1

Tujuan pembangunan suatu negara adalah untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatnya supaya mereka dapat hidup baik dan sejahtera. Untuk itu pembangunan harus mencakup dua aspek yaitu aspek fisik non-manusia dan aspek manusia. Aspek fisik yaitu pembangunan infrastruktur, ekonomi dan segala sesuatu yang kelihatan, sedangkan yang termasuk pembangunan manusia, misalnya kualitas kemampuan warga dalam hal intelektual, ketrampilan, etika dan sebagainya. Keberhasilan pembangunan di masing-masing aspek sangat menentukan keberhasilan mencapai tujuan masyarakat yang baik dan sejahtera. Tujuan mencapai masyarakat yang baik dan sejahtera adalah juga merupakan tujuan pembangunan di Indonesia mulai dari sejak kemerdekaannya sampai sekarang, yang terungkap secara sangat mendasar dalam seluruh sila Pancasila, Mukadimah UUD 1945 serta batang tubuh UUD 1945. Tetapi, kalau kita melihat berita koran-koran dan berbagai media komunikasi massa lainnya di Indonesia, gambaran kesejahteraan yang dirumuskan di atas atau yang dikumandangkan itu, dalam beberapa aspek kurang menunjukkan jejak-jejaknya secara nyata. Media komunikasi massa di Indonesia sepertinya dari hari ke hari tidak pernah lepas dari berbagai berita kriminal yang kelihatannya justru semakin bertambah, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Misalnya, biasanya masalah eksploitasi sesama manusia dilakukan oleh pihak yang kuat terhadap yang lemah; tetapi pada jaman sekarang di antara kaum lemah sendiripun, sering ditemukan tindakan saling mengeksploitasi. Bahkan akhir-akhir ini juga ada berita kriminal ironis yang sangat mendominasi berita di Indonesia yaitu tentang korupsi dan suap yang bahkan sudah menjangkiti para praktisi hukum (jaksa, hakim), yang sebenarnya harus menjadi orang yang menegakkan hukum dengan mengadili dan menindak mereka yang melakukan kejahatan itu. Semua berita ini sama sekali tidak 2

menggambarkan adanya kesejahteraan dan hidup baik dari masyarakat Indonesia. Tiap manusia Indonesia diharuskan berjuang sendiri-sendiri dan bersaing untuk mencapai kesejahteraannya, sekalipun akhirnya mereka harus saling mengorbankan sesamanya. Menyimak semua ini, apakah ada sesuatu yang salah dalam pembangunan Indonesia? Berdasarkan kenyataan, kalau pembangunan di Indonesia dilihat secara teliti dan kritis, akan langsung terlihat bahwa pembangunan non fisik masih kurang mendapat perhatian, misalnya: pembangunan di bidang etika. Padahal, bidang etika merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk dirinya secara pribadi maupun untuk kehidupan bersama. Tiap manusia dalam hidup kesehariannya tidak pernah lepas dari penilaian baik dan buruk, karena sebagian besar dari tingkah lakunya selalu berdasarkan pada penilaian tersebut, baik yang sengaja dilakukan maupun yang dilakukan secara naluriah (Bertens 2007:3-15). Bertens (2007:11-15) bahkan mengatakan bahwa moralitas atau kesadaran akan yang baik dan buruk, apa yang boleh dan apa yang dilarang, apa yang harus dilakukan dan tidak pantas untuk dilakukan, merupakan ciri khas manusia karena pada makhluk lain tidak ada kesadaran tersebut. Jadi etika mewarnai kegiatan manusia di segala bidang, termasuk juga di bidang pembangunan negara dan kemanusiaan. Mengingat peran dan fungsi etika yang mengatur hampir di setiap bidang kehidupan di dalam masyarakat secara pribadi dan kelompok, maka suatu kepincangan dalam bidang etika yang terjadi akan membuat ruang pembangunan fisik dan spiritual masyarakat menjadi tidak sehat dan tidak nyaman. Hal yang dipandang sebagai salah satu kepincangan etis yang terjadi sehingga menjadi sumber perdebatan dan diskusi adalah aborsi. 3

Aborsi di Indonesia dapat dikatakan sebagai masalah tetapi dapat juga dikatakan sebagai bukan masalah. Aborsi dapat dikatakan sebagai bukan masalah dengan melihat sikap permisif dari budaya berbagai suku dan etnis di Indonesia. Hal ini misalnya didukung oleh eksistensi dukun aborsi dari jaman ke jaman, ramuan tradisional (jamu) yang sudah dikenal secara umum untuk menggugurkan kandungan, pengetahuan umum tentang jenis buah dan tumbuhan yang bisa menyebabkan gugurnya janin dalam kandungan. Sedangkan fakta yang menunjukkan bahwa aborsi adalah masalah, misalnya dapat dilihat dalam pemberitaan banyak media massa di seluruh Indonesia tentang terbongkarnya berbagai kasus praktik aborsi ilegal, baik oleh dokter ataupun dokter gadungan. Sejak awal tahun 2009, kontroversi tentang aborsi di Indonesia memang semakin sering terdengar. Aktualitas kontroversi aborsi ini terekspresikan melalui kehebohan pemberitaan berbagai media massa di seluruh Indonesia. Misalnya: kehebohan berita yang memaparkan penggrebekan Klinik Dr. Abdullah di Jakarta, dan praktik aborsi oleh dokter gadungan di Semarang (Kompas, 26 Februari 2009; Kompas, 25 Maret 2009; Jawa Pos, 25 Maret 2009 dan Tempo edisi 11-17 Mei 2009). Dari kasus Klinik Dr. Abdullah terlihat, bahwa apa yang sudah dengan jelas dan tegas dilarang menurut hukum, masih sering dilakukan, yang disamarkan sebagai praktik klinik biasa. Klinik ini sudah beroperasi selama 10 tahun dengan latar belakang pasien aborsi yang berbeda-beda, mulai dari pelajar, mahasiswa sampai dengan para ibu rumah tangga, dan setiap tahunnya rata-rata aborsi yang dilakukan adalah 1000 kali (Kompas, 27 Pebruari 2009; Tempo edisi 11-17 Mei 2009). 1 1 Berita heboh terbaru adalah berita tentang dokter aborsi di Cilacap yang dimuat di Tabloid NYATA edisi 2126, April 2012, halaman 46 dan 47. 4

Semua kontroversi dan kehebohannya menunjukkan bahwa di dalam masyarakat secara nyata ada lebih dari satu pandangan etis tentang aborsi. Misalnya: pandangan etis yang secara tidak langsung menyatakan persetujuannya dengan aborsi, yang ditunjukkan oleh kenyataan tentang laris manisnya klinik aborsi yang ilegal. Sedangkan pandangan etis yang menolak aborsi ditunjukkan oleh sebagian besar masyarakat pada penolakan terhadap praktik-praktik dalam kasus-kasus yang terkuak di Jakarta dan Semarang. Analisis semua kejadian itu memunculkan berbagai pertanyaan dalam diri peneliti: benarkah pandangan etis yang mereka miliki itu? Apakah pernyataan menolak aborsi itu sungguh menolak praktik aborsi? Apakah orang-orang yang terlibat dan melakukan aborsi di klinik-klinik tersebut memang sungguh menerima tindakan aborsi? Ataukah pernyataan-pernyataan itu hanya merupakan ungkapan sikap ikut arus? Apakah mereka mengerti apa dan bagaimana aborsi itu sesungguhnya? Ataukah mereka hanya tahu bahwa aborsi itu merupakan salah satu langkah bersifat solutif? Kemunculan pertanyaan-pertanyaan ini didukung oleh budaya di Indonesia tentang kekurangterbukaan di dalam mengemukakan pandangan pribadi, khususnya untuk hal-hal yang tabu, menentang arus dan sebagainya. Aborsi memang merupakan masalah yang bersifat polemik, berkaitan dengan HAM (Hak Asasi Manusia) dari banyak sudut pandang: hak hidup, hak kebebasan, hak akan pelayanan kesehatan reproduksi dan sebagainya. Mengingat kaitannya dengan persoalan HAM, khususnya tentang hak hidup, maka masalah aborsi merupakan masalah penting untuk didekati dan dimengerti secara benar. Sebenarnya, sudah ada hukum tentang aborsi yang berlaku secara resmi di Indonesia, yaitu yang tertulis dalam UU Kesehatan no. 36 tahun 2009, Bab X tentang 5

Kesehatan Reproduksi, nomor 80-86. 2 Tetapi, ternyata ada ketidaksesuaian antara yang tidak diharapkan oleh hukum tersebut dengan kenyataan praktik aborsi secara umum. Sesuai dengan kaidah hukum tersebut, seharusnya di Indonesia tidak ada tindakan dan praktik aborsi. Faktanya, jumlah aborsi di Indonesia mencapai angka yang tinggi sekali, seperti diungkapkan dalam Seminar di Blora, Jawa Tengah yang bertemakan: Kebijakan Perlindungan Perempuan dan Remaja Putri. Pembicara memunculkan data, yang diambil dari Jurnal Medis The Lancet, edisi Oktober 2006. Data itu mengatakan bahwa jumlah kasus aborsi di dunia tiap tahun berkisar 19 20 jutaan. Dan di Indonesia, setiap tahunnya terjadi 2,6 juta kasus aborsi (Kompas, 4 Juli 2009, Tempo edisi 11-17 Mei 2009). Jadi prosentase kasus di Indonesia termasuk yang sangat tinggi, yaitu sekitar 13%, dari kasus total di dunia. Realitas ini bertentangan dengan hukum yang melarang tindakan aborsi kecuali kalau ada indikasi medis. 3 Walaupun perdebatan secara terbuka tentang aborsi sudah ada di Indonesia dan sudah cukup banyak orang yang mengungkapkan pendapatnya, mereka yang terlibat di dalamnya adalah kelompok elit tertentu, yang sudah memiliki pengetahuan tentang aborsi dan bukan termasuk dalam golongan masyarakat kecil, mayoritas penduduk Indonesia. Jadi, ada ketidakjelasan tentang bagaimana sebenarnya pandangan etis golongan masyarakat kecil yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia. Situasi dan kondisi masyarakat inilah yang menjadi 2 Walaupun sebagian dari rumusan-rumusan hukum itu merupakan rumusan yang multitafsir. Juga ada beberapa perbedaan di antara isi hukum yang satu dengan yang lain. Semua ini dijelaskan dalam bagian konseptual, halaman 221-224 dan bagian normatif, halaman 287-290. 3 Pasal-pasal KUHP yaitu pasal 299 (ayat 1, 2, 3), pasal 346 sampai dengan pasal 349 dan pasal 535, UU Kesehatan no. 23 tahun 1992, pasal 15 dan 80 beserta dengan penjelasannya, UU Kesehatan no. 36 tahun 2009 pasal 83 (ayat 3). 6

latar belakang penelitian ini. Kemudian, dalam proses selanjutnya, masyarakat kecil yang luas tersebut akan dikerucutkan pada responden dengan jumlah tertentu. 4 Berdasarkan situasi dan kondisi itu pula, dirumuskanlah tiga tujuan yang hendak dicapai pada akhir penelitian. Pertama, penelitian ini ingin menjelaskan bagaimana dan sejauh mana pengertian responden tentang apa, mengapa dan bagaimana aborsi itu. Kedua, menjelaskan bagaimanakah sesungguhnya persepsi etis responden tentang aborsi. Dan yang terakhir, menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi responden sampai akhirnya mereka memiliki persepsi etis tersebut. Untuk mencapai ketiga tujuan di atas, perlu dilakukan analisis dengan teori-teori yang sesuai. Karena itu, dipilihlah dua teori utama, yaitu: teori imperatif kategoris kehendak baik dan kehendak bebas Immanuel Kant dan teori jenjang-jenjang pemahaman moral menurut Lawrence Kohlberg. Immanuel Kant adalah salah seorang filsuf besar dalam bidang filsafat moral atau etika. Melalui banyak karyanya, dia berhasil memberikan dasar-dasar etika. Sedangkan Lawrence Kohlberg dikenal sebagai seorang tokoh dalam bidang psikologi moral, yang menganalisis bagaimana pertumbuhan seseorang dalam kemampuan mengadakan penilaian etis. Untuk menjelaskan ketiga tujuan di atas, penyajian tulisan dari penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu bagian deskriptif, bagian konseptual dan bagian normatif. Bagian deskriptif yang mengawali tulisan penelitian, akan memaparkan secara panjang lebar proses penelitian, mulai dari proses pemilihan lokasi, pemilihan responden dan data-data serta informasi yang diperoleh selama penelitian. Sedangkan bagian konseptual menjelaskan berbagai konsep yang akan digunakan untuk menilai perikeadaan dan penerapan etis yang sudah 4 Pemilihan lokasi dan proses penentuan responden dijelaskan dalam Bagian Deskriptif, halaman 22-38. 7

dijelaskan dalam bagian deskriptif. Kemudian bagian besar terakhir, yaitu bagian normatif, merupakan pemaparan tentang penggunaan konsep yang sudah dijelaskan dalam bagian konseptual untuk menganalisis data dan informasi yang dipaparkan di bagian deskriptif. Akhirnya, tulisan dari penelitian ini ditutup dengan sebuah kesimpulan umum yang merangkai semua temuan penelitian, baik dari bidang deskriptif maupun bidang konseptual, menjadi satu tesis yang ringkas dan padu. 8