BAB I PENDAHULUAN. maupun psikhis. Melalui pendidikan jasmani, siswa diperkenalkan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

pemassalan harus dimulai pada usia dini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Singgih Pratomo, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga

BAB I PENDAHULIAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

I. PENDAHULUAN. masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain, yang lazim disebut. sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan mempertahankan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peradaban manusia semakin pesat, pola kehidupan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijadikan sebagai sarana atau media untuk berekreasi, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya yang memiliki ciri-ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAYU ASMARA YUDHA

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak negara-negara

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PENGAWASAN ORANG TUA DENGAN DISIPLIN BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 MUARO JAMBI OLEH :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua

2015 PERBAND INGAN PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER CABANG OLAHRAGA IND IVIDU D AN BEREGU D I SMA PASUND AN 2 BAND UNG

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perbedaan harus diwujudkan sejak dini. Dengan kata lain, seorang anak harus belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sampai kapanpun dan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan tempat awal kontak anak dalam anggota keluarga (ibu dan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WISNU NUGROHO, 2016 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN MOTOR EDUCABILITY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN DASAR TENIS LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

BAB I PENDAHULUAN. untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di dunia pada saat ini semakin pesat, olahraga sangat

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Selain mendididik siswa untuk. pemahaman, daya pikir, keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain.

BAB I PENDAHULUAN. mendapat tempat terdepan dan terutama. Pendidikan merupakan faktor yang sangat esensial

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu dari padanya.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

BAB I PENDAHULUAN. seperti menyakiti orang lain baik fisik maupun verbal. menurut Herbert (Aisyah, 2010) agresivitas merupakan tingkah laku yang

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan kerja sama antara dunia pendidikan dengan dunia usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sutresna et al. (20011:3) menambahkan mengenai Fungsi sosio-emosional sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh, baik fisik maupun psikhis. Melalui pendidikan jasmani, siswa diperkenalkan dengan sejumlah pendidikan jasmani yang didalamnya terdapat pembelajaran keterampilan gerak atau olahraga. Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga, pelaku antara lain dapat bergembira, mengekspresikan diri, menjaga kondisi tubuh, menunjang kegairahan beraktivitas, meningkatkan prestasi cabang olahraga, mendapatkan penghargaan dan menjalin hubungan dengan orang lain. Olahraga memiliki nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut dijelaskan oleh Rusli Lutan (2001:6) sebagai berikut : Sebagai bagian masyarakat, olahraga pada umumnya mencerminkan nilainilai yang menjadi rujukan masyarakat. Dalam kenyataannya, olahraga merupakan sebuah kehidupan yang dikemas kompak, dan dalam kesempatan itu seseorang belajar tentang inti kebudayaannya. Karena dasar itulah maka banyak orang percaya bahwa olahraga itu merupakan wahana untuk membina dan sekaligus membentuk watak. Terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga sebagai rujukan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, sewajarnyalah olahraga mendapatkan prioritas dalam kehidupan masyarakat. Selain itu pada jaman sekarang yang

2 demikian pesatnya kemajuan teknologi, olahraga dapat dijadikan wahana untuk keseimbangan dalam hidup manusia. Pada kalangan siswa sekolah dasar dan menengah, seperti juga masyarakat pada umumnya gejala masalah pribadi tampak dalam perilaku keseharian. Sikapsikap individualistis, egoistis, acuh tak acuh, kurangnya rasa tanggung jawab, malas berkomunikasi dan berinteraksi atau rendahnya empati merupakan fenomena yang menunjukan adanya kehampaan nilai sosial dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat berbagai bentuk permasalahan sosial yang timbul dikalangan pelajar saat ini sepert kurang disiplin, kurang empati terhadap masalah sosial serta kurang efektif berkomunikasi. Sepakbola adalah suatu permainan kolektif atau kerjasama tim. Artinya kita harus bekerja sama dengan teman satu tim untuk hasil yang maksimal. Kita tidak akan bermain sepakbola seorang diri tanpa adanya teman, meski sehebat apapun kita. Olahraga sepakbola juga merupakan cabang olahraga yang sangat merakyat tanpa membeda-bedakan ras, suku agama, ataupun kedudukan. Semua orang dapat memainkannya, mulai dari anak-anak, sampai orang dewasa sekalipun pasti dapat bermain sepakbola. Mungkin karena sepakbola begitu merakyat, sehingga menjadikan olahraga tidak hanya digemari oleh kaum lakilaki, bahkan kaum wanita pun kini tidak mau ketinggalan dalam mengikuti perkembangan cabang olahraga ini. Setiap melakukan kegiatan olahraga siswa dan siswi selalu memiliki karakteristik perilaku yang berbeda-beda. Perilaku itu dapat terwujud apabila seseorang melakukan suatu aktivitas seperti dijelaskan oleh Hartasasmita

3 (1985:10) sebagai berikut: pengertian umum dari perilaku dapat dikatakan, hanyalah merupakan reaksi yang tertutup dan belum merupakan tindakan atau aktivitas. Sedangkan perilaku itu merupakan reaksi terbuka yang terwujud dalam bentuk tindakan atau aktivitas. Berdasarkan uraian diatas maka reaksi hendaknya digunakan sebagai sarana untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya mengembangkan kemampuan dasar, menanamkan kedisiplinan nilai, dan sikap positif, memebiasakan hidup sehat serta dapat merubah perilaku siwa, perilaku pada dasarnya ditujukan untuk mencapai tujuan (Moekijat, 2002:14). Sedangkan sosial merupakan kehidupan masyarakat dimana masyarakat itu selalu memerlukan bantuan dari orang lain dan mereka tidak bisa hidup berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam kehidupan masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari anak-anak untuk menjadi dewasa yang berusia antara 12-24 tahun, pada masa ini kecenderungan perilaku sosial remaja yang muncul diantaranya adalah keinginan untuk menyendiri, keinginan bergaul dengan banyak teman walaupun bersifat temporer, kebergantungan pada kelompok sebaya dan keinginan bebas dari dominasi orang tua. Agar mendapatkan kondisi emosional yang menyenangkan dan meraih harapannya, remaja kemudian melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang lain, memilih menyelesaikan masalah dengan cara yang paling cepat bahkan akibat terburuknya adalah remaja akan mengembangkan perilaku agresif memfitnah, memukul, mencorat-coret dinding, bolos sekolah bahkan membunuh.

4 Hal ini terjadi pada masa remaja karena remaja sangat berpotensi untuk bertindak egresif. Masa remaja adalah suatu masa transisi dimana pada masa-masa ini banyak timbul konflik, frustasi dan tekanan-tekanan. Frustasi merupakan salah sau penyebab yang mendorong munculnya perilaku agresif. Jika seseorang merasa terhalang dalam mencapai tujuannya, maka salah satu kecenderungan yang muncul adalah ia akan mengalami frustasi dan frustasi akan mendorong individu untuk berperilaku agresif. Penjelasan diatas menggambarkan bahwa masa remaja merupakan masa paling menentukan perilaku individu di masa mendatang. Perilaku yang dominan ditunjukan oleh siswa dalam kesehariannya disekolah adalah kebergantungan pada kelompok sebaya, keinginan menyendiri dan keinginan bebas dari dominasi orang tua. Hal ini berarti pada umumnya siswa lebih mementingkan keberadaannya dalam kelompok dan sebaliknya tidak sedikit pula yang mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekolah secara baik sehingga yang muncul adalah keinginan untuk menyendiri atau hanya bergaul dengan beberapa orang saja yang ia sukai. Dengan adanya kegiatan olahraga sepakbola yang dilakukan siswa pada waktu luang maka penulis menjadikan permasalahan dalam penelitian ini, dikarenakan perilaku sosial itu berbeda-beda dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu permasalahan ini mendorong penulis untuk meneliti tentang pengaruh permainan sepakbola terhadap perilaku sosial agresif siswa.

5 B. Rumusan Masalah Sifat agresif ialah melakukan suatu tindakan kekerasan untuk melukai orang. Pada umumnya perilaku agresif dilakukan dengan menendang atau memukul orang, mengatai atau memaki orang dengan kata-kata kasar, menfitnah atau mengganggu orang lain. Seorang anak tidak mungkin dengan sengaja ingin melukai orang lain, kalau bukan karena emosinya. Anak yang melakukan kekerasan seperti ini adalah anak yang mau menang sendiri, karena demi mencapai keinginannya tidak lagi memperhatikan hak orang lain. Kadang anak bersikap tidak peduli dengan sekolahnya sehingga setiap hari bertengkar dan membuat masalah. Permainan sepakbola merupakan cabang olahraga yang sangat populer tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama atau kedudukan. Namun permainan sepakbola sering ternoda oleh ulah pemain yang tidak suka dengan keputusan wasit, yang berakhir dengan perilaku agresif pemain di lapangan. Keadaan seperti ini sering terjadi pada persepakbolaan Indonesia, dimana para pemain sering melakukan protes yang berlebihan, mengejar-ngejar wasit, bahkan ada pemain yang berkelahi dengan wasit akibat tidak suka dengan keputusan wasit. Hal-hal seperti ini harus segera dihilangkan dari persepakbolaan Indonesia, sebab bila hal ini terus berlanjut akan berakibat buruk bagi dunia persepakbolaan Indonesia. Dalam pengamatan di lapangan penulis mengemukakan bahwa perilaku agresif pemain harus cepat diubah, karena perilaku agresif akan memberikan dampak yang buruk baik bagi pemain tersebut.

6 Sekolah Menengah Pertama selalu menyediakan kegiatan yang bertujuan untuk membentuk perilaku sosial siswa yang berbudi pekerti luhur, berkemampuan dan berketerampilan. Berbagai kegiatan olahraga di sekolah banyak diminati oleh siswa terutama sepakbola yang dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian sosialnya di sekolah. Mengacu pada rumusan masalah, maka penulis mengemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah pembelajaran olahraga sepakbola member dampak terhadap perilaku sosial agresif siswa yang trergabung dalam unit kegiatan sepakbola SMP N Bandung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari kegiatan permainan sepakbola terhadap perilaku sosial agresis siswa yang dilakukan oleh siswa yang merupakan anggota ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 7 Bandung tersebut. D. Manfaat Penelitian Segala sesuatu yang diawali dengan ketulusan niat yang baik tentu ada manfaatnya, sebagaimana penelitian ini pun ada manfaatnya, baik bagi penulis khususnya maupun bagi para pembaca umumnya. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

7 1. Penelitian ini diharapkan ada manfaatnya baik bagi penulis maupun pembaca pada umumnya. 2. Siswa SMP diharapkan meningkatkan minatnya terhadap kegiatan olahraga sepakbola terutama yang ada di sekolah, sehingga dari kegiatan tersebut akan diperoleh hasil yang diharapkan atau mencapai tujuan yang diharapkan oleh siswa tersebut. 3. Sebagai bahan pustaka bagi penulis selanjutnya terutama yang berkenaan dengan masalah perilaku sosial siswa di sekolah. E. Batasan Penelitian Batasan penelitian merupakan langkah yang diambil oleh penulis agar berjalan dengan efisien serta tidak keluar jalur dan untuk menghindari salah tafsir, maka penulis membatasi penelitian sebagai berikut: 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran sepakbola 2. Variabel terikatnya adalah perilaku sosial agresif 3. Masalah dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh permainan sepakbola terhadap perilaku sosial agresif siswa SMP Negeri 7 Bandung. 4. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Negeri 7 Bandung yang merupakan anggota ekstrakurikuler olahraga sepakbola. 5. Lokasi penelitian di SMP Negeri 7 Bandung jl. Ambon no. 23.

8 F. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar Angapan dasar merupakan suatu tumpuan pandangan dan kegiatan terhadap masalah yang dihadapi. Anggapan dasar menjadi titik pangkal pandangan, sehingga tidak ada keragu-raguan bagi peneliti. Menurut Surakhmad yang dikutip Arikunto (1992:25) sebagai berikut: Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyidik. Mengacu pada pendapat diatas maka, anggapan dasar penelitian ini adalah: a. Manusia sebagai makhluk sosial selalu bergantung pada lingkungan sosial sekitarnya, karena kelangsungan hidup seseorang dipengaruhi oleh masyarakat sekitarnya. Ibrahim (2001:13) menjelaskan, Suasana saling ketergantungan merupakan kaharusan untuk menjamin keberadaan manusia. Perilaku saling bergantung itu disebut perilaku sosial. b. Siswa usia remaja mempunyai tugas perkembangan yang berbeda dengan usia anak-anak. Surya (1985:14) menjelaskan sebagai berikut: Tugas perkembangan pada masa remaja meliputi: mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peranan sosial sebagai pria dan wanita, serta keinginan dan pencapaian tingkah laku yang dapat dipertanggung jawabkan secara sosial. c. Sekolah menengah pertama cenderung memiliki banyak waktu luang untuk melakukan kegiatan tidak berguna seperti main play station, nongkrong dan lain sebagainya. Sekolah sebagai wahana untuk membentuk siswa yang berbudi pekerti luhur, terampil, berkemampuan dan berketerampilan yang baik

9 yang dilakukan oleh guru. Sehingga apabila siswa sudah berkepribadian baik, maka siswa tersebut disekolah akan menjadi siswa yang bertanggung jawab dan taat pada peraturan sekolah yang ditentukan menjadi siswa sosial. Maka dari itu diharapkan dengan adanya kegiatan olahraga sepakbola yang diikuti siswa akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku sosial agresif bagi siswa yang mengikutinya. d. kegiatan permainan sepakbola terdapat interaksi antar individu, serta terdapat hubungan timbal balik diantara pelakunya. Mengenai permainan sepakbola, dalam http://my-footballover.blogspot.com (diakses tanggal 15 juli 2010) menjelaskan sebagai berikut: Sepakbola adalah sutau permainan kolektif atau kerjasama tim, artinya pemain harus bekerja sama dengan teman satu tim untuk hasil yang maksimal. Dengan demikian keterlibatan siswa pada olahraga sepakbola ini dapat membantu dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian ssosialnya disekolah dan membentuk perilaku anak sehingga tuntutan dan harapan sekolah dapat terpenuhi dan memuaskan. Permainan sepakbola merupakan salah satu bagian dari pembentukan perilaku sosial dan perilaku ini terbentuk tidak serta merta tetapi melalui proses dan waktu. 2. Hipotesis Berdasarkan anggapan dasar diatas, maka untuk mengambil perkiraan hasil yang akan diteliti, atau dugaan hasil sementara hasil penelitian diperlukan suatu hipotesis teori penelitian berdasar pada pengetahuan dan pengalaman peneliti serta ditinjau dari kajian teori yang sesuai dengan permasalahan. Arikunto (2002:17) menjelaskan bahwa hipotesis dapat diartikan sebagai kebenaran

10 sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan dan diuji kebenarannya. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan dari kegiatan olahraga sepakbola terhadap perilaku sosial agresif siswa yang tergabung dalam unit kegiatan sepakbola SMP N 7 Bandung.