BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran berpendidikan tinggi. Hal ini dimungkinkan karena sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. yang cerdas, berkualitas, tangguh, berkompetensi, kreatif, inovatif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. Teknologi (IPTEK) yang semakin kompleks di berbagai bidang kehidupan. Untuk

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menuju keadaan yang lebih baik pada kurun waktu tertentu dan dengan adanya. pembangunan ekonomi dari suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

Menumbuhkan dan Mengembangkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi Universitas Telkom

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

Prof. Dr. H.MASYKURI BAKRI, M.Si REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai seorang calon sarjana maupun sarjana, mahasiswa dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Tangan Di Atas Visi dan Misi Tangan Di Atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KEGIATAN WIRAUSAHA BERBASIS KEAHLIAN DAN TEKNOLOGI (STUDI PADA MAHASISWA FISIP UNIVERSITAS LAMPUNG) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual, keterampilan dan kreativitas sangat diperlukan, sehingga. kerja atau membuka usaha sendiri (wirausaha).

REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah. Setiap mahasiswa mempunyai perhatian khusus terhadap mata kuliah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengangguran terutama pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

Program Mahasiswa Wirausaha Bagi Kopertis dan Perguruan Tinggi Swasta

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18

I. PENDAHULUAN. kerja dengan penawaran angkatan kerja yang tersedia. upaya menumbuhkembangkan kewiraswastaan kepada masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang menjadi penghambat dari pertumbuhan perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik di tahun 2014 pengangguran di Indonesia mencapai angka 7,15 juta jiwa atau sekitar 5,7 persen dari angkatan kerja yang berjumlah 125,32 juta. Angkatan kerja yang menganggur tersebut mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Tercatat tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,7 % didominasi pengangguran dengan tingkat pendidikan terakhir SD sebesar 3,69%, SMA sebesar 9,10%, SMP sebesar 7,44 %, SMK sebesar 7,21 %, Diploma I/II/III sebesar 5,87%, dan Sarjana 4,31 %. 1 (sumber: Republika Online) Berlatar belakang pendidikan tinggi ternyata bukan lagi jaminan untuk mendapat pekerjaan. Melihat fenomena pengangguran terdidik yang ada di Indonesia, khususnya lulusan perguruan tinggi maka sudah seharusnya para calon angkatan kerja baru termasuk mahasiswa/calon sarjana mampu mengembangkan pemikiran untuk menciptakan lapangan kerja baru dan bukan hanya sekedar menggantungkan nasib untuk bekerja pada orang lain atau pada satu perusahaaan. Salah satu alternatif untuk mengurangi angka pengangguran 1 Republika Online, http://republika.co.id/indeks/angka%pengangguran, diakses pada tanggal 08 Maret 2015 pukul 23.00 1

2 tersebut adalah dengan berwirausaha. Namun hingga saat ini dunia wirausaha belum merupakan lapangan kerja yang diminati. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Litbang Media Group (April 2007), terhadap paramahasiswa diberbagai kota menunjukkan bahwa motivasi untuk menjadi pengusaha masih rendah, yang terpikir sesudah lulus adalah langsung melamar pekerjaan 65%, sedangkan yang berminat membuka usaha baru sebesar 23%. Sebagai agent of change, sudah seharusnya seorang mahasiswa memiliki pola pikir sebagai seorang wirausahawan. Wirausahawan dapat dikatakan sebagai salah satu tonggak penopang perekonomian suatu negara dan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa dari negara dengan penduduk yang memiliki profesi wirausaha cenderung lebih maju dan berkembang perekonomiannya. Kewirausahaan dipandang sebagai instrumen dalam menggerakkan masyarakat serta ekonomi untuk lebih maju dimasa depan. Idealnya, suatu negara akan maju jika terdapat wirausahawan minimal sebesar 2% dari total jumlah penduduknya.indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik(BPS)pada awal Februari 2014 mencatat jumlah wirausahawan per Februari 2014 mencapai 44,20 juta orang dari 118,17 juta orang penduduk Indonesia yang bekerja. Namun, menurut Ciputra, seorang wirausahawan senior, Indonesia hanya memiliki 0,1 persen atau sekitar 400 ribu orang wirausahawan sejati (true entrepreneur). Bila dikaitkan dengan jumlah wirausahawan ideal dalam suatu negara yakni 2% dari semua jumlah penduduk angkatan kerja, maka Indonesia membutuhkan minimal 4 juta wirausahawan (dengan asumsi jumlah penduduk 250 juta jiwa).hal ini

3 menandakan bahwa Indonesia masih membutuhkan tambahan sekitar 4,5 juta wirausahawan lagi agar Indonesia bisa menjadi negara yang makmur dan maju 2. (sumber: kompas.com) Salah satu upaya untuk mempercepat peningkatan jumlah wirausahadi dalam negeri adalah penanaman pola pikir dan jiwa kewirausahaan. Di Indonesia, gerakan kewirausahaan sebenarnya sudah ada sejak tahun 1955. Pemerintah melalui INPRES No. 4 tahun 1955 mencanangkan sebuah Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan (GNMMK) atau sekarang lebih dikenal dengan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). Program ini merupakan program pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah wirausaha baru serta menumbuh kembangkan budaya kreatif, inovatif masyarakat baik di kalangan dunia usaha, pendidikan, maupun aparatur pemerintahan. Dukungan dari pemerintah melalui program kewirausahaan ternyata belum mampu menarik banyak minat masyarakat, khususnya generasi muda untuk berwirausaha. Pemerhati kewirausahaan menyatakan bahwa sesungguhnya pelajar terdidik dilevel Perguruan Tinggi diharapkan akan menjadi inisiator wirausahawan sukses. Namun kenyataanya, sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini disebabkan sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi saat ini, yang umumnya lebih 2 Kompas-online. http://kompas.com/ diakses pada 08 Maret 2015 pukul 23.15

4 terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh pekerjaan, dan memarginalkan kesiapan untuk menciptakan pekerjaan. Faktor pendukung utama dalam kewirausahaan adalah adanya suatu niat atau intensi.intensi merupakan hal yang mengindikasikan besarnya usaha yang dikeluarkan individu untuk melakukan suatu perilaku.perilaku yang dimaksudkan di sini adalah perilaku individu dalam berwirausaha.seseorang yang memiliki intensi berwirausaha yang tinggi akan lebih siap dan agresif dalam mendirikan suatu usaha daripada pihak lain yang tidak memilikinya. Oleh karena itu, intensi berwirausaha dijadikan dasar pendekatan untuk memahami seseorang yang ingin menjadi wirausahawan. Rendahnya niat/ intensi berwirausaha dikalangan mahasiswa, khususnya yang peneliti temukan di Program Studi Pendidikan Tata Niaga Universitas Negeri Jakarta menjadi fenomena menarik.berikut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya intensi berwirausaha di Program Studi Pendidikan Tata Niaga Universitas Negeri Jakarta. Faktor pertama yang mempengaruhi rendahnya tingkat intensi berwirausaha bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Niaga Universitas Negeri Jakarta yaitu terbatasnya ketersediaan informasi wirausaha. Ketersediaan informasi wirausaha merupakan faktor penting yang mendorong keinginan seseorang untuk membuka usaha baru.keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi adalah salah satu karakter seorang wirausaha.pencarian informasi usaha dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti mengikuti

5 seminar kewirausahaan, pelatihan kewirausahaan, membaca buku atau artikel internet maupun bertanya dengan seseorang yang telah memiliki usaha. Namun pada kenyataannya para mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Niaga Universitas Negeri Jakarta masih mengalami kendala keterbatasan akan informasi mengenai kewirausahaan. Hal ini terbukti dengan sedikitnya keikutsertaan mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Niaga, baik di seminar maupun festival kewirausahaan. Hal lain yang mempengaruhi rendahnya intensi berwirausaha adalah lingkungan sosial yang kurang mendukung. Jiwa kewirausahaan yang tumbuh dan berkembang pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, dimana lingkungan sosial di dalamnya terdapat lingkungan keluarga dan lingkungan teman sepermainan. Lingkungan keluarga sangat bermanfaat dalam pengembangan motivasi minat berwirausaha mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Niaga, tetapi latarbelakang orang tua mahasiswa juga berpengaruh terhadap pengembangan minat berwirausaha. Sayangnya, bagi mahasiswa yang tidak memiliki latar belakang keluarga wirausaha cenderung kurang mendapat dukungan untuk menjadi seorang wirausaha.berdasarkan wawancara singkat dengan salah satu mahasiswi Program Studi Pendidikan Tata Niaga angkatan 2011, orang tuanya lebih cenderung mengarahkan dirinya untuk mendapatkan posisi atau karir yang baik dan mendapatkan gaji yang besar dibandingkan dengan berwirausaha.

6 Selain lingkungan keluarga, faktor sosial lainnya yaitu lingkungan teman sepermainan. Peneliti melihat pergaulan mahasiswa, khususnya Program Studi Pendidikan Tata Niagayang cenderung berkelompok. Kecenderungan pergaulan berkelompok ini ternyata cukup berpengaruh dalam menumbuhkan atau bahkan menyurutkan intensi berwirausaha seseorang. Sebagai contoh, seseorang yang awalnya memiliki perhatian untuk mengikuti suatu festival/seminar kewirausahaan memiliki kecenderungan untuk tidak datang apabila teman-temannya tidak ikut. Hal ini sangat disayangkan mengingat kesempatan untuk menambah ilmu kewirausahaan yang di lewatkan begitu saja karena tidak mendapat dukungan keikutsertaan teman kelompok. Keterbatasan akses modal untuk memulai usaha, menjadi hal lain yang turut mempengaruhi rendahnyaintensi berwirausaha. Modal yang cukup menjadi faktor yang cukup berperan karena tanpa modal seseorang tidak akan bisa memulai usaha. Modal dana tidak dapat dipungkiri menjadi faktor yang berpengaruh untuk mendirikan suatu usaha. Keterbatasan dana untuk memulai usaha yang dialami oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata dikarenakan sebagian besar mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Niaga belum memiliki penghasilan pribadi atau hanya bergantung dari uang saku pemberian orang tua. Uang saku pun hanya sebatas digunakan untuk kebutuhanmakan di kampus, transportasi dan kebutuhan membeli perlengkapan kuliah. Hal lain yang mempengaruhi rendahnyaintensi berwirausaha yaitu kurangnya pengalaman. Menurut survey singkat yang dilakukan, dari 83mahasiswa

7 Program Studi Tata Niaga, hanya sekitar 14% yang pernah atau sedang menjalankan kegiatan wirausaha secara mandiri. Hal ini menandakan bahwa masih banyak mahasiswa yang minim pengalaman dibidang wirausaha. Padahal pada dasarnya, setiap orang akan lebih percaya diri melakukan sesuatu ketika telah mempunyai pengalaman sebelumnya dalam melakukan hal tersebut. Sama halnya dengan berwirausaha. Ketika seseorang sudah mempunyai pengalaman dalam berwirausaha maka orang tersebut akan lebih siap dalam mendirikan usaha baru karena sebelumnya sudah memahami kemampuan manajerial. Faktor lainnya yang mempengaruhi rendahnyaintensi berwirausaha yaitu adversity intelligence yang belum dioptimalkan.kecerdasan menghadapi hambatan (adversity intelligence) berkaitan dengan intensi berwirausaha seseorang. Seorang individu yang mengoptimalkan adversity intelligence yang dimilikinya diduga akan lebih mudah menjalani profesi sebagai wirausahawan. Karena dengan adversity intelligence yang tinggi, seseorang wirausahawan akan mampu mengubah berbagai hambatan yang ditemui dalam kegiatan usahanya, menjadi peluang yang bernilai. Kecerdasan menghadapi hambatan diukur dengan mengetahui respon individu terhadap kesulitan.sehingga menjadi menjadi seorang wirausaha diperlukan kemampuan bertahan serta mengatasi hambatan yang ada di depannya.belum dioptimalkannya adversity intelligence di Program Studi Pendidikan Tata Niaga terlihat dari hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti. Mahasiswa Pendidikan Tata Niagacenderung tidak mau mengambil resiko dan takut gagal

8 dalam menghadapi rintangan untuk mulai menekuni bidang kewirausahaan.akibatnya, sebagian besar mahasiswa cenderung lebih memilih bekerja pada orang lain/ perusahaan ternama dengan gaji tetap. Hal ini dinilai sebagai jalan aman yang akan ditempuh setelah lulus nanti. Ketidakmampuan mengambil resiko serta menghadapi rintangan inilah yang dianggap sebagai profil adversity intelligenceyang tidak ideal atau belum di optimalkan. Terkait dengan kesadaran akan pentingnya intensi berwirausaha, maka Universitas Negeri Jakarta juga berupaya membangun kesadaran para mahasiswanyaakan pentingnya berwirausaha melalui berbagai cara. Salah satu upayanya yaitu memasukkan mata kuliah Kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib di semua fakultas. Selain itu, kegiatan-kegiatan terkait dengan kewirausahaan, seperti Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), seminar kewirausahaan, dan berbagai festival kewirausahaan terus didorong untuk meningkatkan intensi wirausaha mahasiswa. Khusus untuk Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta yang mempunyai misi kemandirian dan kewirausahaan, mempunyai perhatian yang lebih tinggi terhadap penanaman jiwa kewirausahaan mahasiswa dibanding fakultas yang lain yang notabene merupakan fakultas non bisnis. Kemandirian dan kewirausahaan tidak hanya ditanamkan dalam program mata kuliah yang diajarkan di dalam kelas, namun juga di dalam praktek dengan mewajibkan mahasiswa untuk magang mulai dari mengelola laboratorium kewirausahaan hingga magang di industri. Dengan adanya mata kuliah Kewirausahaan dan

9 program magang tersebut diharapkan intensi mahasiswa untuk menjadi wirausaha dapat ditumbuhkan. Namun dalam kenyataan upaya yang dilakukan pihak universitas masih belum berpengaruh secara nyata dalam meningkatkan intensi berwirausaha mahasiswa. Kondisi ini menunjukan kemungkinan bahwa para mahasiswa masih belum mengoptimalkan kecerdasan menghadapi hambatan (adversity intelligence). Kecenderungan rendahnya kemampuan seseorang untuk menghadapi kesulitan adalahsuatu kesalahan yang dapat berubah menjadi kegagalan, sehingga besarnya rintangandalam berwirausaha dengan resiko gagal akan berdampak pada keinginan seorangdalam berwirausaha. Tanpa adanya adversity intelligence(ai) yang tinggi makadikhawatirkan seseorang akan mengalami frustasi dan kegamangan dalam menjalaniproses banting tulangnya menjadi seorang wirausahawan kelak. Berdasarkan banyaknya hal yang mempengaruhi rendahnya tingkat intensi berwirausaha mahasiswa Program Studi Pendidikan Tata Niaga, antara lain adalah keterbatasan informasi dan jaringan sosial, lingkungan sosial yang kurang mendukung, keterbatasan modal untuk memulai usaha, kurangnya pengalaman dalam berwirausaha, serta kecerdasan menghadapi hambatan (adversity intelligence) yang belum dioptimalkan, maka peneliti tertarik untuk meneliti masalah ini.

10 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan bahwa rendahnya intensi berwirausaha, juga disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Keterbatasan akan informasi mengenai kewirausahaan 2. Lingkungan sosial yang kurang mendukung 3. Keterbatasan modal untuk memulai usaha 4. Kurangnya pengalaman dalam berwirausaha 5. Kecerdasan menghadapi hambatan (adversity intelligence)yang belum optimal C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah di atas, ternyata permasalahan rendahnya intense berwirausaha memiliki penyebab yang sangat luas. Berhubung keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti dari segi antaralain: dana, waktu, maka penelitian ini dibatasi hanya pada masalah: Hubungan antara kecerdasan menghadapi hambatan (adversity intelligence)dengan intensi berwirausaha mahasiswa Pendidikan Tata Niaga Universitas Negeri Jakarta D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan menghadapi hambatan (adversity intelligence) dengan intensi berwirausaha?

11 E. Kegunaan Penelitian Penelitian ini dapat digunakan untuk: 1. Bagi Peneliti Sebagai bahan masukan dan untuk menambah wawasan serta pengalaman secara praktik dibidang kewirausahaan, khususnya mengenai teori intensi berwirausaha dan kecerdasan menghadapi hambatan (adversity intelligence). 2. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang menjadikan pertimbangan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan intensi kewirausahaan. 3. Bagi Universitas Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan menambah perbendaharaan perpustakaan serta sebagai bahan perbandingan bagi rekan-rekan mahasiswa yang mengadakan penelitian dengan masalah yang sama dimasa yang akan datang. 4. Bagi Pembaca Sebagai sumber untuk menambah wawasan pembaca mengenai pentingnya kecerdasan menghadapi hambatan (adversity intelligence) dalam upaya meningkatkan intensi berwirausaha.