BAB I PENDAHULUAN. Akhirnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TOERI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku bolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan bolos dilakukan karena kejenuhan dalam mengikuti mata pelajaran atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

1. PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta kini telah diterapkan kurikulum baru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

PENDAHULUAN. SMA Muhammadiyah 3 Tulangan Sidoarjo adalah suatu institusi. pendidikan yang telah berdiri 29 tahun. SMA tersebut telah terakreditasi A

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2008, hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Roesdakarya,

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. didik), dan mengembangkan kemampuan yang meliputi masalah akademik

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. salah satu fase negatif pada masa remaja adalah social antagonism atau konflik

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS SISWA KELAS X SMK BINA KARYA PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan terarah. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KORELASI KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PESERTA DIDIK MTS AT TAUFIQ BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. langsung, baik secara face to face maupun melalui media (telepon atau

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas dan produktivitas. Namun, pendidikan di sekolah sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai the institutional procedures which are employed in

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keluarga, masyarakat, sekolah dan kelompok sebaya.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. apa yang bagus, dan juga terhadap perkembangan belajarnya disekolah. Hal ini. yang sangat besar dalam perkembangan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang suatu proses perubahan yaitu

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

Jurnal Konseling dan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalur pendidikan di lahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa sekarang Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi manusia terjadi semenjak manusia itu berada. dalam kandungan hingga akhir masa hidupnya. Hal ini sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perilaku membolos sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi sebagian besar siswa. Tindakan membolos merupakan salah satu tindakan siswa untuk melampiaskan kejenuhan mereka akan pendidikan. Akhirnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng lembaga pendidikan dan siswa itu sendiri. Tidak hanya di kota-kota besar saja siswa yang terlihat sering membolos, bahkan di daerah-daerah perilaku membolos sudah menjadi kegemaran. Banyak siswa yang sering membolos bukan hanya di sekolah ini saja tetapi banyak sekolah mengalami hal yang sama. Semua itu disebabkan oleh faktor-faktor internal dan eksternal dari anak itu sendiri. Faktor eksternal yang kadang kala menjadikan alasan membolos adalah mata pelajaran yang yang tidak diminati dan tidak suka dengan guru mata pelajaran. Dan faktor internal yakni siswa menganggap masa remaja adalah masa pencarian jati diri yang penuh dengan jiwa yang mementingkan kebebasan dalam berfikir dan berkreatifitas, karena masa remaja adalah masa yang penuh gelora dan semangat kreatifitas. Mereka yang tidak dapat beradaptasi dengan situasi seperti itu mereka akan mencari penyelesaian lain dengan cara membolos. Walaupun begitu membolos sebenarnya bukan jawaban yang utama untuk melampiaskan keadaan yang seperti itu. Dan kegiatan membolos juga hal 1

yang dapat melatar belakangi timbul masalah masalah lain. Terbukti, siswa yang suka membolos seringkali terlibat dengan hal-hal yang cenderung merugikan diri sendiri dan orang lain seperti merokok, tawuran, dan pergaulan bebas. Kesalahan prilaku membolos sebagian besar dibebankan kepada anak didik yang terlibat membolos. Ketika kasus demi kasus membolos dapat terungkap siswa lah yang menjadi beban kesalahan. Ini adalah sikap yang tidak mendukung potensi mereka justru akan menambah masalah bagi mereka. Sikap humanis dan saling introspeksi diri itu adalah hal yang mendukung untuk menyelesaikan masalah prilaku membolos. Unsur-unsur yang ada di sekolah bisa saja menjadi alasan siswa bisa membolos. Seperti fenomena yang telah dipaparkan di atas bukan hanya siswa yang menjadi tumpuan dan beban kesalahan. Betapa seriusnya perilaku membolos ini perlu mendapat perhatian penuh dari berbagai pihak. Bukan saja pihak sekolah tetapi juga orang tua, teman dan pemerintah. Perilaku membolos sangat merugikan dan bahkan itu bisa saja sumber masalah baru. Bila ini terus-terusan dibiarkan bukan saja siswa itu sendiri tetapi juga sekolah dan guru yang menjadi orang tua di sekolah yang menangungnya. Banyak kasus-kasus yang diakibatkan oleh membolos seperti yang telah diuraikan di atas. Siswa adalah aset bangsa, merekalah generasi-generasi penerus yang akan mengenggam kayu estafet kemajuan bangsa ini. Untuk itulah 2

harusnya para guru melakukan sebuah refleksi tentang fenomena bolos tersebut. Dan untuk itulah program bimbingan dan konseling diperlukan. Hampir disetiap sekolah kita bisa menjumpai program Bimbingan dan Konseling. Hal ini bukan semata terletak pada landasan atau ketentuan dari lembaga pendidikan, namun yang lebih penting adanya bimbingan dan konseling adalah upaya memfasilitasi siswa agar mampu mengembangkan potensi dirinya. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah saat ini sangat dibutuhkan. Hal ini menyangkut tugas dan perannya untuk memfasilitasi siswa seperti yang dikemukakan di atas. Lebih dari itu iklim dan lingkungan yang tidak sehat membuat keberadaan bimbingan dan konseling menjadi sangat urgen dan mutlak ada. Membolos itu merupakan salah satu faktor penyebab lingkungan atau iklim sekolah yang tidak sehat. Dan siswa merupakan aktor utama dalam peristiwa tersebut. Kalau ditanya mengapa terjadi siswa membolos? Tentu jawabannya akan dikaitkan dengan tokoh pemainnya, yaitu para siswa itu sendiri, mengapa mereka bisa berbuat demikian. Untuk itulah peran bimbingan dan konseling diperlukan untuk mencari tahu penyebab dan penyelesaian masalah tersebut. Membolos merupakan salah satu bentuk perilaku siswa yang menyimpang dari aturan sekolah. Membolos Disebut menyimpang karena merupakan perilaku yang melanggar aturan sekolah. Sedangkan dampak buruk bagi sekolah, siswa yang suka membolos sering mencontoh gaya 3

penampilan teman sebaya dari sekolah lain yang tidak sesuai dengan aturan yang ada di sekolahnya sehingga menghambat kedisiplinan yang diterapkan dan siswa yang membolos dapat menghambat pencapaian tujuan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu diperlukan bantuan dari konselor sekolah atau guru pembimbing untuk mengatasi tingkah laku membolos tersebut. Upayaupaya penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu dengan memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. Salah satu bantuan yang dapat diberikan adalah dengan konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling dimana konselor terlibat dalam hubungan dengan sejumlah konseli pada waktu yang bersamaan, dengan berinteraksi satu sama lain, para anggota membentuk hubungan yang bersifat membantu yang memungkinkan mereka dapat mengembangkan pemahaman dan kesadaran terhadap dirinya. Dari penjelasan di atas diduga layanan konseling kelompok dapat menanggulangi siswa yang sering membolos. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Penanganan Siswa Membolos Pada Kelas VIII Di MTs. Nurul Huda Sedati Sidoarjo. 4

B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan konseling kelompok pada kelas VIII di MTs. Nurul Huda Sedati Sidoarjo? 2. Bagaimana penanganan siswa membolos pada kelas VIII di MTs. Nurul Huda Sedati Sidoarjo? 3. Adakah pengaruh pemberian layanan konseling kelompok terhadap penanganan siswa yang sering membolos pada kelas VIII di MTs. Nurul Huda Sedati Sidoarjo? C. RUANG LINGKUP PENELITIAN Dalam pembahasan masalah ini penulis membatasi masalah agar tidak meluas dari jangkauan pembahasan sebagaimana yang tertulis pada judul, yaitu: 1. Konseling kelompok pada kelas VIII di MTs. Nurul Huda Sedati Sidoarjo. 2. Siswa membolos pada kelas VIII di MTs. Nurul Huda Sedati Sidoarjo. D. TUJUAN PENELITIAN Sesuatu kegiatan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai, karena tujuan merupakan arah bagi pelaksanaan suatu kegiatan. Sehubungan dengan itu yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 5

1. Untuk mengetahui pelaksanaan konseling kelompok. 2. Untuk mengetahui cara penanganan siswa membolos. 3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian layanan konseling kelompok dalam penanganan siswa yang sering membolos. E. MANFAAT PENELITIAN Dari penelitian tersebut di atas, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Sekolah Bagi MTs. Nurul Huda Sedati Sidoarjo agar dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran atau sebagai bahan masukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan judul tersebut. Dan juga sebagai dasar untuk mengambil kebijakan di masa yang akan datang. 2. Guru Bagi guru dapat memberikan wawasan kepada guru tentang bagaimana menindak lanjuti siswanya yang gemar membolos sehingga diharapkan guru dapat menerapkan suatu metode pengajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar 3. Siswa Bagi siswa, masalah ini dapat menjadi cermin bahwa sikap membolos merupakan hal yang menyimpang. 4. Peneliti sendiri 6

Bagi peneiliti sendiri dapat menjadi bahan masukan bagi konselor untuk memahami karakter siswa, sehingga dapat memberikan pelayanan secara optimal kepada siswa. 5. Penelitian ini sebagai sarana untuk memperluas wawasan dan memperkaya pengetahuan di MTs. Nurul Huda Sedati Sidoarjo sehingga dengan adanya informasi ini dapat dijadikan kerangka acuan pengembangan tradisi intelektual di masa yang akan datang. F. DEFISINI OPERASIONAL 1. Pengertian Konseling a. Pengertian Konseling Konseling merupakan suatu jenis pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan, konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (konselor) berusaha membantu orang lain (konseli) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Ditinjau dari akar sejarahnya sendiri, konseling memiliki banyak pengertian dan rumusan yang berbeda pada setiap teori para tokohnya. Hal ini lumrah terjadi, karena setiap tokoh dari berasal dari latar belakang kehidupan dan pendidikan yang berbeda. Shertzer dan Stone (1974) yang dikutip dari tulisan Mappiare (2002), mengungkapkan bahwa kebutuhan akan adanya konseling 7

pada dasarnya timbul dari dalam dan luar dari individu yang memunculkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan oleh individu?. Di sinilah konseling mengambil perannya agar individu dapat menjawab sebanyak mungkin pertanyaan yang mengganggu pikiran dan tingkah lakunya, sehingga individu dapat memecahkan masalahnya. Dalam definisi yang lebih luas, Rogers (dikutip dari Lesmana, 2005) mengartikan konseling sebagai hubungan membantu di mana sala satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien), agar dapat menghadapi persoalan atau konflik yang dihadapi dengan baik. 1 b. Pengertian konseling kelompok Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Di sana ada konselor dan ada klien, yaitu para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang). Di sana terjadi hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling perorangan yaitu hangat, permisif, terbuka dan penuh keakraban. 2 Layanan konseling kelompok juga merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang 1 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Prakti, (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, hlm 2 2 Ibid hlm 311 8

dialaminya melalui dinamika kelompok. 3 Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebabsebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan menerapkan metode-metode khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. 2. Membolos Pengertian Membolos Membolos dapat diartikan sebagai perilaku peserta didik yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat. Atau bisa juga dikatakan ketidak hadiran tanpa alasan yang jelas serta alasan yang logis. Membolos merupakan salah satu bentuk dari kenakalan peserta didik, yang jika tidak segera diselesaikan atau dicari solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena itu, penanganan terhadap peserta didik yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat serius oleh semua pemimbing serta guru mata pelajaran dan peran orang tua peserta didik itu sendiri. Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu dilibatkan. Malah terkadang penyebab utama peserta didik membolos lebih sering berasal dari dalam keluarga itu sendiri. Jadi 3 Dewa ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Progam Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta) 2002, hlm 49 9

komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi sangat penting dalam pemecahan masalah peserta didik tersebut. G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Untuk memahami alur pembahasan Skripsi ini penulis memberikan sistematika pembahasan sebagai berikut: 1. BAB I Merupakan bab pendahuluan, yang di dalamnya memuat latar belakang masalah, yang mengungkapkan permasalahan diseputar sekolah yakni sisa membolos, dilengkapi dengan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan masing-masing telah diuraikan di atas dan usaha penulis untuk mempermudah memahami Skripsi ini dicantumkan sistematika pembahasan. 2. BAB II Pada bab ini lebih banyak memberikan tekanan pada kajian atau landasan teoritis yang menunjang permasalahan yang penulis teliti yang berisikan konsep pengaruh konseling kelompok dalam penangan peserta didik membolos. Faktor pendukung dan menghambat serta solusinya. 3. BAB III Merupakan metode penelitian dan strategi penelitian yang digunakan terhadap pengaruh konseling kelompok dalam penangan peserta didik membolos. Jenis jenis metode, pengelolaan data serta analisi data. 10

4. BAB IV Merupakan laporan penelitian yang terdiri dari latar belakang obyek dan penyajian dan analisis data. 5. BAB V Merupakan bab terakhir dari pembahasan yang berisikan kesimpulan dan beberapa saran yang berkaitan dengan realitas hasil penelitian. 11