BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

Langkah persiapan akreditasi Puskesmas. Langkah Pendampingan Akred. rg.

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG

DRAF PENYUSUNAN DAERAH PEMILIHAN SETIAP DAERAH PEMILIHAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2019

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KUBU RAYA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR. menengah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Tak ada manusia Yang terlahir sempurna Jangan kau sesali Segala yang telah terjadi Kita pasti pernah Dapatkan cobaan yang berat Seakan hidup ini Tak

2016, No Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun Anggaran 2016 perlu disesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum; c. bahwa berdasar p

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB V PENUTUP. RSUD Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Sarolangun Jambi sudah diatur. dalam bentuk Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun 2013 tentang Peraturan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG AKREDITASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 39 TAHUN 2017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puskesmas merupakan salah satu institusi pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di suatu

Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Konsep Akreditasi Pelayanan Kesehatan

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Keehatan R.I

K A T A P E N G A N T A R

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 417/MENKES/PER/II/2011 TENTANG KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN AKREDITASI PUSKESMAS

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS,

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PANDUAN REKRUTMEN DAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN AKREDITASI PROVINSI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NON FORMAL SAMBUTAN KETUA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG KERANGKA NASIONAL PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

2012, No , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KERANGKA NASIONAL PENG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

NoMoR B rasrrn zooz TENTANG BUPATI PONTIANAK.

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

2012, No Mengingat Menetapkan d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Perat

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan.

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS KE JAKARTA TANGGAL 17 SEPTEMBER 21 SEPTEMBER 2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna jasa layanan kesehatan akan mutu, keselamatan serta biaya, maka prinsip-prinsip good corporate governance (dalam hal ini mencakup Health Center Governance dan Clinical Governance), yakni keterbukaan (transparency), tanggap (responsiveness) dan dapat dipertanggung-jawabkan (accountable) akan semakin menonjol, serta mengedepankan e siensi dan efekti tas suatu pelayanan (Dirjen BUK, 2015a). Di Indonesia, mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien telah mempunyai landasan hukum yang kuat. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau merupakan tanggungjawab Pemerintah dan hak setiap orang (pasal 5 dan 19). Demikan juga Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pasal 42 ayat 1 menyebutkan pelayanan kesehatan kepada peserta Jaminan Kesehatan harus memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan pasien, efektivitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta efesiensi biaya. Dalam era Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) khususnya di bidang kesehatan saat ini, Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan garda terdepan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, memiliki tanggungjawab dalam menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat melalui penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya-upaya kesehatan tersebut harus diselenggarakan secara menyeluruh, berjenjang, terpadu, berkualitas, adil dan merata, serta memuaskan seluruh masyarakat di wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dan gate keeper pada pelayanan kesehatan formal dan penapisan rujukan, harus dapat memberikan pelayanan bermutu sesuai dengan standar pelayanan maupun standar kompetensi (Dirjen BUK, 2014). 1

2 Oleh karena itu perlu dibangun suatu sistem yang baik dalam pelayanan guna mengarahkan Puskesmas untuk melakukan pengukuran, monitoring, pengendalian, pemeliharaan, penyempurnaan yang berkelanjutan, dan pendokumentasian. Sistem tersebut disebut dengan Sistem Manajemen Mutu. Dengan adanya sistem manajemen mutu yang berjalan dengan baik, maka akan memandu sistem pelayanan di Puskesmas untuk mematuhi standar, pedoman, dan peraturan-peraturan yang berlaku dalam penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat (Dirjen BUK, 2015a). Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan manajemen risiko telah dilaksanakan secara berkesinambungan di Puskesmas, maka perlu dilakukan penilaian baik secara internal organisasi itu sendiri melalui penilaian kinerja Puskesmas atau dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi (Dirjen BUK, 2014), dan untuk mendukung hal tersebut, salah satu arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019 guna meningkatkan pemerataan akses dan mutu pelayanan kesehatan khususnya di Puskesmas, yaitu dengan pelaksanaan akreditasi (Kemenkes RI, 2015). Terkait dengan pelaksanaan kebijakan akreditasi Puskesmas, beberapa peraturan yang melandasi menyebutkan bahwa Puskesmas wajib akreditasi dan dilaksanakan secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas (pasal 39), demikian juga akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensialing bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang akan bekerjasama dengan BPJS, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional (pasal 6). Selain itu Pemerintah Daerah juga berkewajiban untuk mendukung, memotivasi, mendorong, serta mempelancar proses pelaksanaan akreditasi sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang akreditasi FKTP (pasal 3), serta pembinaan dan pengawasan guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan kinerja Puskesmas yang berkualitas serta optimal dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi,

3 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai tugas dan fungsinya masing-masing (Permenkes Nomor 44 Tahun 2016). Sebagai salah satu mekanismes regulasi dalam pelayanan kesehatan (Utarini, 2011), Akreditasi Puskesmas menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 adalah pengakuan yang diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan setelah memenuhi standar akreditasi yang bertujuan untuk: (1) Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, (2) Meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan lingkungan, serta Puskesmas sebagai sebuah institusi, dan (3) Meningkatkan kinerja Puskesmas dalam pelayanan kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat. Untuk mempersiapkan Puskesmas dalam pelaksanaan akreditasi maka Puskesmas perlu difasilitasi melalui proses pendampingan oleh Tim Pendamping Akreditasi Kabupaten/Kota yang telah terlatih dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan yang merupakan rangkaian kegiatan penyiapan Puskesmas agar memenuhi standar akreditasi (Permenkes Nomor 46 Tahun 2015). Adapun langkah-langkah penyiapan dilakukan sebagai berikut: (1) melakukan lokakarya di Puskesmas; (2) pelatihan pemahaman standar dan instrumen akreditasi Puskesmas; (3) melakukan self-assesment; (4) penyusunan dan penyiapan dokumen; (5) implementasi dokumen akreditasi Puskesmas; (6) penilaian pra-akreditasi sebagai dasar menilai kesiapan Puskesmas apakah layak diusulkan untuk dilakukan survei oleh surveyor; dan (7) pengajuan permohonan untuk di survei (Dirjen BUK, 2015a). Di Kabupaten Kubu Raya, berdasar roadmap akreditasi Puskesmas yang disusun oleh Dinas Kesehatan, 4 Puskesmas terpilih dari 20 Puskesmas yang ada yaitu Puskesmas Sungai Kakap, Sungai Durian, Sungai Raya Dalam, dan Lingga telah ditunjuk untuk mengikuti persiapan akreditasi sejak april tahun 2015 dengan berbagai kegiatan pendampingan oleh Tim Pendamping Akreditasi Kabupaten seperti sosialisasi untuk menggalang komitmen bersama, pelatihan pemahaman standar dan instrumen akreditasi Puskesmas. Selain itu tim akreditasi di Puskesmas juga melakukan self-assesment serta menyusun rencana aksi untuk

4 persiapan akreditasi mulai dari penyiapan dokumen, penataan sistem manajemen dan sistem penyelenggaraan pelayanan serta implementasi dokumen yang telah disusun. Tabel 1. Roadmap Akreditasi Puskesmas Kabupaten Kubu Raya No Puskesmas Rencana Akreditasi 2015 2016 2017 2018 2019 1. Sungai Kakap 2. Sungai Durian 3. Sungai Raya Dalam 4. Lingga 5. Rasau Jaya 6. Sungai Ambawang 7. Sungai Rengas 8. Korpri 9. Punggur 10. Batu Ampar 11. Kubu 12. Padang Tikar 13. Sungai Radak 14. Sungai Asam 15. Terentang 16. Teluk Pakedai 17. Kuala Mandor B 18. Parit Timur 19. Sungai Kerawang 20. Air Putih Sumber: Dinas Kesehatan Kab.Kubu Raya 2016 Namun demikian, upaya untuk menerapkan kebijakan akreditasi memiliki hambatan yang bervariasi di empat Puskesmas tersebut seperti kurangnya komitmen dan dukungan dari para pemangku kepentingan dalam organisasi, terbatasnya sumberdaya keuangan untuk memenuhi standar akreditasi, terbatasnya sumberdaya manusia tertentu, kurangnya pemahaman tentang konsep akreditasi dan cara penerapan standar akreditasi ke dalam organisasi, kurangnya tindaklanjut dari pihak berwenang, kurangnya perencanaan, budaya dan perilaku penyedia pelayanan kesehatan serta inefisiensi waktu. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami proses pelaksanaannya dengan mengidentifikasi pengaruh kontekstual yang menjelaskan variasi dan kinerja pelaksanaan kebijakan

5 akreditasi di masing-masing Puskesmas sehingga hasil temuan penelitian membantu menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi para pemangku kepentingan dalam menyusun rencana strategis kebijakan penting mengenai area perbaikan dan metode terkait yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan akreditasi di masa mendatang. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: bagaimana hambatan pelaksanaan kebijakan akreditasi Puskesmas di Kabupaten Kubu Raya? C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hambatan pelaksanaan kebijakan akreditasi Puskesmas di Kabupaten Kubu Raya Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi faktor-faktor penting yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan kebijakan akreditasi di empat Puskesmas Kabupaten Kubu Raya menggunakan Kerangka Konsolidasi Riset Implementasi (CFIR) 2. Mengetahui outcome implementasi kebijakan akreditasi Puskesmas di Kabupaten Kubu Raya D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Kementerian Kesehatan Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan penting lainnya yang mendukung efektivitas pelaksanaan kebijakan akreditasi Puskesmas di masa mendatang. 2. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang bersifat strategis untuk mendukung efektivitas pelaksanaan kebijakan akreditasi Puskesmas di Kabupaten Kubu Raya.

6 3. Bagi Dinas Kesehatan Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menyusun rencana strategis kedepan untuk perbaikan proses pelaksanaan kebijakan akreditasi Puskesmas di Kabupaten Kubu Raya. 4. Bagi Puskesmas Memberikan pemahaman secara komprehensif tentang pra kondisi kesiapan yang diperlukan serta menggunakan potensi yang ada dalam organisasi secara optimal guna mendorong keberhasilan pelaksanaan kebijakan akreditasi Puskesmas. 5. Manfaat ilmiah Memberikan masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, dan bagi peneliti sendiri memperkaya dan memperluas wawasan serta dapat menerapkan teori yang didapat ke dalam situasi sesungguhnya di lapangan. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berkaitan dengan akreditasi telah banyak dilakukan khususnya Akreditasi Rumah Sakit, namun sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian tentang pelaksanaan kebijakan akreditasi Puskesmas belum ada. Ada beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan dan relevan dengan penelitian ini, antara lain: 1. Early, (2011) dalam Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian Standar Akreditasi Untuk Lima Pelayanan Dasar di RSUD Bima. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi faktor-faktor pendukung dan penghambat pencapaian standar akreditasi di RSUD Bima. Adapun rancangan penelitian yaitu studi kasus dengan desain tunggal terjalin. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, dibantu dengan pedoman observasi dan instrumen akreditasi KARS, serta tinjauan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan persiapan akreditasi rumah sakit dengan jumlah sampel sebanyak 15 Partisipan. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa potensi sumber daya manusia, adanya dana dan bimbingan tim KARS merupakan faktor pendukung dalam pencapaian

7 standar akreditasi, sedangkan faktor penghambat berupa ketidakpedulian ketua pokja dan ketidakaktifan anggota, kurangnya komitmen, kurangnya dukungan pimpinan, respon manajemen lambat, tidak adanya evaluasi, komunikasi dan koordinasi tidak berjalan, kurangnya dana, sarana dan prasarana, serta kurangnya kebijakan dari Rumah Sakit. 2. Leo Mery (2014) dalam Analisis Implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 Terhadap Penilaian Akreditasi Rumah Sakit Umum Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran implementasi, monitoring, dan faktor-faktor kendala yang timbul selama proses implementasi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012. Adapun jenis dan rancangan penelitian yaitu deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi terhadap penyiapan dan pemenuhan standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dengan jumlah sampel sebanyak 17 Partisipan. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa pada fase persiapan dalam proses implementasi standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 memerlukan keahlian, kemauan dan kemampuan sumber daya manusia dibidang akreditasi serta dukungan anggaran untuk kegiatan sosialisasi, pelatihan dan peningkatan profesional staf, dan pemberian insentif diluar jam kerja, memfungsikan panitia akreditasi dengan dukungan peran sentral dari Direktur, dan meningkatkan kerjasama kelompok kerja dengan penanggung jawab di masing-masing struktural dan fungsional.