1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang sangat kompleks, banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang dimaksud adalah guru. Guru merupakan komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru. Tugas guru yang paling utama dalam proses belajar mengajar adalah menyampaikan materi kepada siswa dengan menggunakan metode yang baik, sehingga dalam hal ini apa yang disampaikan oleh guru dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan pembelajaran (Asnawir, 2002:1). Peranan guru dalam hal pembelajaran sangat utama, baik dalam segi materi pembelajaran maupun metode yang digunakan. Guru yang baik adalah mengetahui bagaimana cara penyampaian materi yang akan disampaikan kepada siswa melalui interaksi yang baik. Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001:461). Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Dalam proses ini siswa membangun makna dan pemahaman dengan bimbingan guru. Terjadinya sebuah proses pembelajaran di kelas karena adanya suatu interaksi yang dilakukan guru
2 kepada siswa tanpa harus melihat kemampuan atau kecerdasan siswa secara personal. Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa, karena disamping sebagai bahasa nasional juga merupakan mata pelajaran yang menentukan kelulusan. Sejak Taman Kanak-Kanak siswa sudah diperkenalkan dengan bahasa Indonesia. Banyak siswa yang menganggap mudah belajar bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia merasa sudah dikuasainya sejak kanak-kanak. Kenyataan di lapangan menunjukkan nilai UAN bahasa Indonesia masih jauh dari harapan. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Indonesia masih perlu ditingkatkan dan bagaimana memberikan motivasi kepada peserta didik agar lebih menyenangi pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Depdiknas,2006:87). Berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional, menyebutkan bahwa di dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada beberapa komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis (Permendiknas, 2006:232). Salah satu bidang aktivitas dan materi pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar yang memegang peranan penting ialah pengajaran menulis. Menulis merupakan salah satu kompetensi bahasa yang ada dalam setiap jenjang pendidikan, mulai tingkat pra sekolah hingga perguruan tinggi.
3 Menulis adalah salah satu dari 4 keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Menurut Mulyati, dkk. (2008:5.3) menulis adalah suatu proses berfikir dan menuangkan pemikiran itu dalam bentuk wacana (karangan). Menurut Gie (1992:17) Mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Sehubungan dengan hal itu mengarang dapat diartikan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami secara tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulis atau pengarang. Karangan itu sendiri memiliki klasifikasi dan jenis yang beragam. Menurut Rosdiana, dkk. (2008:3.22) wacana narasi merupakan salah satu jenis wacana yang berisi cerita. Hal ini berarti bahwa menulis narasi adalah salah satu jenis karangan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengalaman, pengamatan, maupun berdasarkan rekaan pengarang. Menulis narasi merupakan kompetensi menulis yang sudah ada dan dimulai di jenjang Sekolah Dasar. Siswa dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya kepada orang lain melalui kegiatan menulis narasi. Kemampuan menulis narasi tidak secara otomatis dapat dikuasai oleh siswa, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur sehingga siswa akan lebih mudah berekspresi dalam kegiatan menulis. Sehubungan dengan itu kemampuan menulis harus ditingkatkan sejak kecil atau mulai dari pendidikan Sekolah Dasar.
4 Apabila kemampuan menulis tidak ditingkatkan, maka kemampuan siswa untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin berkurang atau tidak berkembang. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada materi menulis karangan berdasarkan pengalaman, siswa harus mampu menghasilkan karangan yang baik dan kreatif. Untuk menghasilkan karangan yang baik dan kreatif tersebut siswa harus mampu menggunakan ejaan yang baik dan benar, pemilihan kata yang digunakan tepat, pengembangan kalimat tepat dan mampu mencakup banyak hal. Selain hal tersebut karangan narasi siswa juga harus : (1)dapat dimengerti (understandable), (2)Aptitude; ketrampilan mengkolaborasi meliputi mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan, serta (3)Ekspresif ; dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman. Namun fakta yang terjadi pada hasil karangan siswa kelas V SDN 9 Kalibaru Wetan Banyuwangi masih kurang baik dan kreatif. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil karangan narasi siswa, dimana pemilihan kata yang digunakan masih belum tepat pengembangan kalimat masih belum terlihat, dan penggunaan ejaan belum benar. Hal tersebut diatas juga berdampak pada kurangnya pemahaman siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam materi menulis karangan berdasarkan pengalaman. Dampak yang timbul adalah pada rendahnya hasil belajar siswa dimana pada tahun ajaran 2012/2013 terdapat 16 siswa dari 26 siswa (61,54%) yang belum tuntas belajar, dan hanya terdapat 10 siswa (38,46%) yang
5 tuntas belajar, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada tahun ajaran 2013/2014 mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 74. Penerapan metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran juga menjadi salah satu faktor penyebab dari kurangnya kreativitas dan hasil belajar siswa, guru masih menggunakan metode konvensional dimana dalam proses pembelajarannya guru hanya menjelaskan materi dan memberi tugas menulis karangan narasi pada siswa tanpa memberi gambaran atau memancing daya kreativitas yang dimiliki siswa. Sehingga masih banyak siswa yang terlihat bingung apa yang akan mereka tuliskan ke dalam bentuk karangan narasi. Berdasarkan masalah yang terdapat pada kelas V di SDN 9 Kalibaru Wetan, dengan diterapkannya metode Experiental Learning lebih dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis karangan narasi. Salah satu upaya yang dilakukan guru agar siswa lebih kreatif dalam menulis sebuah karangan narasi adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kesulitan yang dialamioleh siswa serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka metodem Experiential Learning dapat menjadi alternatif pilihan. Metode ini menuntut siswa untuk mengembangkan kalimat dengan disertai pemilihan kata yang tepat melalui cara menuliskan pengalaman yang dimiliki siswa tentang manfaat air dalam kehidupan ke dalam bentuk karangan. Berdasarkan uraian di atas, untuk mengatasi permasalahan yang ada di kelas dapat diterapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis karangan narasi.
6 Sehingga judul yang dibuat peneliti dalam tindakan kelas yaitu Penerapan Metode Experiental Learning untuk Meningkatkan Kreativitas Menulis Karangan Narasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 9 Kalibaru Wetan Banyuwangi. 1.2 Fokus Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, terdapat permasalahan pada pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis karangan narasi di kelas V, di antaranya: 1. Siswa kurang mampu mengembangkan kalimat, menggunakan ejaan benar serta kurang mampu dalam memilih kata yang tepat guna untuk menghasilkan karangan yang kreatif. 2. Kurangnya hasil belajar siswa yang disebabkan oleh sulitnya siswa dalam memahami seluruh materi Bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis karangan narasi 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan metode Experiential Learning untuk meningkatkan kreativitas menulis karangan narasi dan hasil belajar siswa kelas V SDN 9 Kalibaru Wetan Banyuwangi?
7 2. Bagaimana peningkatan kreativitas menulis karangan narasi dan hasil belajar siswa kelas V SDN 9 Kalibaru Wetan Banyuwangi setelah diterapkannya metode Experiential Learning? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan penerapan metode Experiential Learning dalam meningkatkan kreativitas menulis karangan narasi dan hasil belajar siswa kelas V SDN 9 Kalibaru Wetan Banyuwangi. 2. Untuk mendeskripsikan peningkatan kreativitas menulis karangan narasi dan hasil belajar siswa kelas V SDN 9 Kalibaru Wetan Banyuwangi setelah diterapkannya metode Experiential Learning. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan inovasi baru dalam hal pembelajaran baik bagi perorangan maupun bagi lembaga. Secara khusus manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagi Siswa : a. Meningkatkan kreativitas dan kemandirian siswa dalam menulis, khususnya menulis karangan narasi. b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis karangan narasi.
8 c. Memberikan pengalaman dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi menulis karangan narasi. 2. Bagi guru : a. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode Experiental Learning b. Mampu melahirkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan lingkungannya. 3. Bagi peneliti : a. Dapat meningkatkan kualitas peneliti selama proses pembelajaran dan mengetahui sejauh mana kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian serta dapat menambah pengalaman dengan menggunakan model pembelajaran baru. 1.6 Batasan Istiah 1. Metode Experiential Learning Menurut Kolb (1984:21), Experiential Learning adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kegiatan, merefleksikan kegiatan-kegiatan kritis dan memiliki wawasan-wawasan yang berguna bagi pembelajaran. 2. Karangan Narasi Sedangkan menurut Semi (1990:32) narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian
9 peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. 3. Kreativitas Kreativitas menurut Campbell (dalam Harjana 2006) adalah suatu kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya dapat dimengerti (understandable): hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat lain waktu, bersifat Aptitude: dalam hal ini memiliki keterampilan mengkolaborasi meliputi mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan, serta Ekspresif : dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman. 4. Kreativitas Menulis Karangan Narasi Kreativitas menulis karangan narasi dapat diartikan kegiatan yang menuntut seseorang untuk berimajinasi menceritakan sebuah benda atau pengalaman yang dimilikinya ke dalam bentuk sebuahkarangan dengan menggunakan ejaan yang benar, pemilihan kata yang tepat serta kemampuan dalam mengembangan kalimat. 5. Hasil belajar Sudjana (2008:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan kata lain bahwa hasil belajar merupakan berubahnya tingkah laku orang setelah mengalami proses belajarnya baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.