PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No Perubahan Ketiga atas Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 684); 4. Peratur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 20 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.16 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 04 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGGANTIAN BIAYA OPERASI SEARCH AND RESCUE (SAR)

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 18 TAHUN 2012 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 06 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS POS SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 30 TAHUN 2001

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 7 TAHUN 2015 TENTANG INSPEKTUR PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN PESAWAT UDARA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK. 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT SIAGA PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.08 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR SEARCH AND RESCUE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 02 TAHUN 2012 TENTANG DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2006 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 20 TAHUN 2009 TENTANG RAPAT KERJA BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.01 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR BIAYA PENYELENGGARAAN SIAGA SAR TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 08 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 05 Tahun 2010 TENTANG STANDAR BIAYA DALAM PENYELENGGARAAN OPERASI SAR TAHUN ANGGARAN 2010

No.1908, 2014 BASARNAS. Standar Operasional Prosedur. Perubahan.

Menimbang : a. dalam rangka kesiap-siagaan dan kelancaran penanggulangan terhadap

KEPALA BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 23 TAHUN 2009 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL,

KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.07 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Kondisi Umum

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN POTENSI SAR BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN BOJONEGORO

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 22 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENCEGAH PEMADAM KEBAKARAN KOTA MEDAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 06 Tahun 2010 TENTANG STANDAR BIAYA PENYELENGGARAAN SIAGA SAR TAHUN ANGGARAN 2010

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 06 Tahun 2009 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN JABATAN DAN KEPANGKATAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepoti

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN TUBAN

2016, No Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 186); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 36

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 5 TAHUN 2014 TENTANG BASARNAS SPECIAL GROUP (BSG) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2014 TENTANG LAYANAN INFORMASI PUBLIK DAN DOKUMENTASI BADAN SAR NASIONAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 12 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 19 TAHUN 2009

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 12 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 02 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR BIAYA DALAM PENYELENGGARAAN OPERASI SAR TAHUN ANGGARAN 2011

PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 76 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA MAHKAMAH PELAYARAN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

Transkripsi:

KEPALA BADAN SAR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK.17 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS SAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN SAR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa keberadaan pos SAR memiliki peran yang penting dan strategis dalam mendukung tugas-tugas Kantor SAR pada pelayanan pencarian dan pertolongan secara aman, cepat, tepat, dan handal setiap musibah maupun bencana lainnya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. bahwa dalam pendirian pos SAR perlu didukung dengan pedoman yang jelas, sebagai acuan dalam usulan oleh Kantor SAR maupun Pemerintah Daerah; c. bahwa dengan pertimbangan sebagaimana huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Pedoman Pembentukan Pos SAR dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 1

3. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4658); 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional; 5. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PER.KBSN- 01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK. 07 Tahun 2010; 6. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.08 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR; 7. Peraturan Kepala Badan SAR Nasional Nomor PK.09 Tahun 2011 tentang Nomenklatur Jabatan Dan Uraian Tugas Pada Kantor Search And Rescue (SAR); M E M U T U S K A N: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN POS SAR. Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim. 2. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. 2

3. Musibah pelayaran dan/atau penerbangan adalah kecelakaan yang menimpa kapal dan/atau pesawat udara dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya serta dapat membahayakan atau mengancam keselamatan jiwa manusia. 4. Musibah lainnya adalah kecelakaan/malapetaka yang menimpa orang atau kelompok orang akibat sesuatu hal yang tak terelakan diluar musibah pelayaran dan/atau penerbangan. 5. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. 6. Naskah Akademis adalah naskah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan, objek atau arah pengaturan. 7. Response Time adalah kecepatan bertindak mulai diterimanya berita sampai penolong tiba di tempat kejadian untuk memberikan bantuan pada korban musibah penerbangan, pelayaran, bencana dan musibah lainnya. 8. Siaga SAR adalah kesiapsiagaan personil dan peralatan dalam rangka pelaksanaan operasi SAR terhadap korban musibah penerbangan, pelayaran, bencana dan musibah lainnya. 9. Tim Penilai adalah tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang untuk menilai dan mengkaji serta menyiapkan dan merekomendasikan naskah akademis. 10. Pos Search and Rescue yang selanjutnya disebut Pos SAR adalah unit kerja non struktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor SAR yang membawahinya. 11. Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut Pemda adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3

12. Menteri Negara PAN dan RB adalah Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 13. Kepala Badan adalah Kepala Badan SAR Nasional. 14. Basarnas adalah Badan SAR Nasional. 15. Kantor SAR adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Basarnas. Pasal 2 Pedoman pembentukan Pos SAR digunakan sebagai pedoman dalam mendirikan Pos SAR di lingkungan Basarnas. Pasal 3 (1) Pos SAR merupakan satuan kerja non struktural di bidang pencarian dan pertolongan (SAR) yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Kantor SAR yang membawahinya. (2) Pos SAR secara teknis administratif dibina oleh pejabat yang bertanggung jawab di bidang ketatausahaan dan secara teknis operasional dibina oleh pejabat yang bertanggung jawab di bidang operasi SAR di lingkungan Kantor SAR. (3) Pos SAR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Koordinator yang ditunjuk dan diangkat oleh Kepala Kantor SAR. Pasal 4 (1) Pos SAR mempunyai tugas membantu Kantor SAR dalam melaksanakan tugas SAR di wilayah kerja yang menjadi tanggung jawabnya, yang meliputi pelaksanaan siaga SAR, pelaksanaan tindak awal dan operasi SAR terhadap musibah pelayaran dan/atau penerbangan, bencana dan musibah lainnya, serta koordinasi dan pengerahan potensi SAR dalam operasi SAR. (2) Tugas pokok dan fungsi Pos SAR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur secara lengkap dengan Peraturan Kepala Badan. 4

Pasal 5 Pengusulan pembentukan Pos SAR harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. tingginya kemungkinan musibah dan bencana; b. efektifitas, koordinasi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kantor SAR; dan c. mempersingkat response time. Pasal 6 Selain hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 pengusulan pembentukan Pos SAR harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang bersifat pelaksana dan tanggung jawab berada pada Kantor SAR yang membawahinya sesuai dengan peraturan yang berlaku; b. memberikan kontribusi dan manfaat yang diperlukan oleh masyarakat; c. mempunyai ruang lingkup tugas pelatihan, pembinaan dan operasi SAR; d. menunjang keberhasilan dalam pencapaian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kantor SAR; e. tersedianya sumber daya yang meliputi pegawai, pembiayaan, sarana dan prasarana; dan f. memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis pelatihan dan pembinaan. Pasal 7 Usulan pembentukan Pos SAR diajukan kepada Kepala Badan oleh Kepala Kantor SAR atau Pemda setempat melalui Gubernur atau Bupati atau Walikota atau Pejabat Pemda yang diberi kewenangan. Pasal 8 (1) Dalam hal usulan pembentukan Pos SAR yang diajukan oleh Kepala Kantor SAR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari Gubernur atau Bupati atau Walikota setempat. 5

(2) Dalam hal usulan pembentukan Pos SAR yang diajukan oleh Gubernur atau Bupati atau Walikota setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melalui Kepala Kantor SAR. Pasal 9 Prosedur pembentukan Pos SAR meliputi: a. Kantor SAR dan Pemda setempat melakukan koordinasi untuk membahas pentingnya pembentukan Pos SAR setempat; b. setelah dilakukan koordinasi, Kantor SAR dan/atau Pemda melakukan kajian awal terhadap usulan pembentukan Pos SAR; c. usulan pembentukan Pos SAR diajukan oleh Kantor SAR kepada Kepala Badan setelah dilakukan kajian awal; d. dalam hal pengusulan pembentukan Pos SAR, Kepala Badan membentuk tim penilai untuk melakukan penilaian terhadap usulan Pembentukan Pos SAR yang dituangkan dalam naskah akademis; e. setelah dinyatakan layak terhadap usulan Kantor SAR, Kepala Badan melanjutkan usulan tersebut disertai naskah akademis kepada Menteri Negara PAN dan RB; dan f. setelah mendapat persetujuan Menteri Negara PAN dan RB, kemudian Kepala Badan menetapkan pembentukan Pos SAR dengan Peraturan Kepala Badan. Pasal 10 (1) Kajian awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b meliputi: a. aspek demografi; b. aspek geografi; dan c. kerawanan kecelakaan, musibah, dan bencana. (2) Aspek demografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kajian terhadap struktur dan proses penduduk di suatu wilayah. (3) Aspek geografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kajian terhadap hubungan klausal gejala-gejala dan peristiwa yang terjadi di muka bumi baik fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahan, melalui pendekatan keruangan, ekologi dan rasional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan. 6

(4) Kerawanan kecelakaan, musibah, dan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kajian terhadap suatu keadaan yang dapat menimbulkan kecelakaan, musibah, dan bencana. Pasal 11 Jumlah Usulan pembentukan Pos SAR perlu melihat efisiensi dan efektifitas, luas wilayah kerja, beban kerja, jumlah dan kepadatan penduduk serta peta kerawanan musibah dan bencana. Pasal 12 Peningkatan Pos SAR menjadi Kantor SAR harus memenuhi syarat yang meliputi: a. posisi strategis Pos SAR yang berada pada tingkat Propinsi; b. adanya peningkatan beban kerja, ruang lingkup dan jangkauan pelayanan; c. tingginya tingkat kerawanan musibah dan bencana; d. tersedianya sumber daya yang meliputi pegawai, pembiayaan, sarana dan prasarana; dan e. memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis pelatihan dan pembinaan. Pasal 13 Penataan organisasi untuk peningkatan Pos SAR menjadi Kantor SAR, terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Menteri Negara PAN dan RB. Pasal 14 Prosedur peningkatan Pos SAR menjadi Kantor SAR adalah meliputi: a. Kantor SAR dan Pemda setempat melakukan koordinasi untuk membahas pentingnya peningkatan Pos SAR menjadi Kantor SAR; b. setelah dilakukan koordinasi, Kantor SAR dan/atau Pemda setempat melakukan kajian awal terhadap usulan peningkatan Pos SAR menjadi Kantor SAR; c. usulan peningkatan Pos SAR menjadi Kantor SAR diajukan oleh Kantor SAR kepada Kepala Badan setelah dilakukan kajian awal terhadap peningkatan status Pos SAR menjadi Kantor SAR; 7

d. dalam hal pengusulan peningkatan Pos SAR menjadi Kantor SAR, Kepala Badan membentuk tim penilai untuk melakukan penilaian terhadap usulan peningkatan status Pos SAR yang dituangkan dalam naskah akademis; e. setelah dinyatakan layak terhadap usulan Kantor SAR, Kepala Badan melanjutkan usulan tersebut disertai naskah akademis kepada Menteri Negara PAN dan RB; dan f. setelah mendapat persetujuan Menteri Negara PAN dan RB, Kepala Badan menetapkan peningkatan Pos SAR menjadi Kantor SAR dengan Peraturan Kepala Badan tentang Pembentukkan Pos SAR. Pasal 15 Susunan tim penilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d dan Pasal 14 huruf d terdiri dari: a. ketua; b. sekretaris; dan c. anggota yang terdiri dari unsur bidang operasi, bidang potensi, bidang kesekretariatan dan Kantor SAR pengusul. Pasal 16 Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 mempunyai tugas sebagai berikut: a. melaksanakan penilaian, peninjauan dan verifikasi data; b. melaksanakan kajian dan menyiapkan naskah akademis; dan c. merekomendasikan hasil naskah akademis kepada Kepala Badan. Pasal 17 Naskah akademis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf b memuat: a. latar belakang; b. tujuan penyusunan; c. sasaran yang ingin diwujudkan; dan d. lingkup jangkauan objek atau arah pengaturan. 8

Pasal 18 Biaya yang ditimbulkan dari kegiatan Tim Penilai dibebankan kepada DIPA Basarnas dan/atau Kantor SAR yang mengusulkan sesuai peraturan perundangundangan. Pasal 19 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : J a k a r t a Pada tanggal : 23 Nopember 2011 KEPALA BADAN SAR NASIONAL Salinan Peraturan ini disampaikan kepada: 1. Para Pejabat Eselon I di Lingkungan Badan SAR Nasional; 2. Para Pejabat Eselon II di Lingkungn Badan SAR Nasional; dan 3. Para Kepala Kantor SAR di Lingkungan Badan SAR Nasional. ttd DARYATMO, S.IP. MARSEKAL MADYA TNI Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM DAN KEPEGAWAIAN AGUNG PRASETYO, S.H. PEMBINA UTAMA MUDA (IV/c) 9