BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah atas keperluan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan sumber daya yang terbatas. Menurut Abraham Maslow (1998), ekonomi adalah salah satu bidang pengkajian yang mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan manusia melalui penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada dengan berasaskan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efisien. Ekonomi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro. Ekonomi mikro adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari sikap-sikap unit individu ekonomi konsumen, perusahaan, pekerja, dan investor beserta pasar yang terdiri dari seluruh unit-unit tersebut. Sementara ekonomi makro merupakan cabang ilmu ekonomi yang mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat, seperti tingkat pertumbuhan output nasional, tingkat suku bunga, pengangguran, dan inflasi (Pindyck, R. S. & Rubinfeld, D. L., 213). Suryana (2:55) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) atau Produk Domestik Bruto (PDB) tanpa melihat pertumbuhan penduduk dan perubahan struktur ekonomi yang terjadi selama proses pertumbuhan ekonomi berlangsung. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari produktivitasnya. Produktivitas disini merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk negara tersebut secara agregat atau yang disebut juga sebagai Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau Gross Domestic Regional Product (GDRP).
2.2 Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDB) atau yang sering disebut juga dengan GDRP (Gross Domestic Regional Product) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi di suatu negara (M. Raharjo, 211). Pada dasarnya, PDRB merupakan jumlah output yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu regional atau provinsi di suatu negara. PDRB sendiri dibagi menjadi dua, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku adalah PDRB yang menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDB atas dasar harga konstan merupakan PDRB yang menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung memakai harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar (Statistik Indonesia 213). Kegunaan PDB atas dasar harga berlaku adalah untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi serta pergeseran ekonomi dan struktur ekonomi. Sementara fungsi dari PDB atas dasar harga konstan adalah untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun maupun untuk melihat pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh harga. Terdapat tiga pendekatan terhadap PDB, yaitu : 1. Pendekatan Produksi, dimana PDB dinilai sebagai jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan secara agregat oleh suatu negara pada kurun waktu tertentu. 2. Pendekatan Pengeluaran, dimana PDB merupakan komponen permintaan akhir yang terdiri dari pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal terhadap domestik bruto, perubahan inventori, dan ekspor neto. 3. Pendekatan pendapatan, dimana PDB dinilai sebagai balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi (input) secara agregat pada kurun waktu tertentu. Balas jasa yang dimaksud adalah gaji, upah, sewa tanah, bunga modal, dan profit.
2.3 Tenaga Kerja 2.3.1 Ketenagakerjaan Indonesia merupakan negara yang menempati posisi keempat di dunia dalam menyandang predikat sebagai negara dengan populasi penduduk terbanyak setelah China, India, dan Amerika Serikat dengan populasi penduduk mencapai lebih dari 25 juta jiwa (Sensus 21). Dengan jumlah penduduk yang banyak tersebut, ditambah dengan banyaknya penduduk berusia muda, hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki angkatan kerja yang banyak dan besar. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja, punya pekerjaan namun sedang tidak bekerja, sedang mencari kerja, dan tidak bekerja atau pengangguran. Oleh karena itu, angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Angka yang sering digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan kerja adalah TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan rasio antara angkatan kerja dan tenaga kerja (Badan Pusat Statistik, 213). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) biasanya diukur dengan menggunakan satuan persentase. Jadi, semakin tinggi persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), maka semakin tinggi juga jumlah tenaga kerja yang tersedia. Akan tetapi, dengan banyaknya angkatan kerja tersebut membuat persaingan kerja semakin tinggi bagi angkatan kerja yang baru terjun ke dunia kerja. Ditambah dengan lapangan pekerjaan yang relatif kurang banyak, menyebabkan pengangguran tidak dapat dihindari, walaupun dari tahun ke tahun tingkat pengangguran semakin berkurang.
Hal ini menjadi tugas tersendiri bagi pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja yang banyak dan berkualitas baik bagi angkatan kerja baru setiap tahunnya agar dapat menekan tingkat pengangguran terutama bagi angkatan kerja usia muda karena data menunjukkan bahwa mahasiswa fresh graduate dan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengalami kesulitan untuk mencari kerja. Tenaga Kerja Tabel 2.1 Tenaga Kerja Indonesia 21 211 212 213 214 116,527,54 -Bekerja 18,27,76 - Menganggu r 6 7 119,399,37 5 111,281,74 4 12,32, 113,1, 12,17, 112,76, 121,87, 114,63, 8,319,779 8,117,631 7,31, 7,41, 7,24, Sumber : Badan Pusat Statistik 214 Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan jumlah pengangguran di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Ditunjukkan dalam tabel tersebut, tingkat pengangguran di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun, khususnya pada penurunan tingkat pengangguran perempuan yang mengalami penurunan yang relatif pesat sehingga kini hampir menyamai tingkat pengangguran laki-laki. Tabel 2.2 Tingkat Pengangguran Pria dan Wanita 26 27 28 29 21 211 212 213 214 Pengangguran 1.3 9.1 8.4 7.9 7.1 6.6 6.1 6.2 5.9 (% dari total tenaga kerja) Pengangguran 8.5 8.1 7.6 7.5 6.1 - - - - Pria (% dari total tenaga kerja pria) Pengangguran 13.4 1.8 9.7 8.5 8.7 - - - - Wanita (% dari total tenaga kerja wanita) Sumber : Badan Pusat Statistik 214
2.3.2 Hubungan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Tenaga kerja merupakan sebuah input atau masukan dari proses produksi yang memberi kontribusi positif terhadap output atas produksi barang dan jasa. Oleh karena itu, tenaga kerja memiliki hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana dengan meningkatnya tenaga kerja berarti input proses produksi akan bertambah sehingga output berupa barang dan jasa akan meningkat yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara agregat. Menurut Alina Badulescu (215), sumber daya manusia, dalam hal ini tenaga kerja, merupakan asset penting bagi pertumbuhan ekonomi. Terlebih lagi jika sumber daya manusia tersebut memiliki pendidikan yang tinggi dan kemampuan professional yang baik. Tenaga kerja lebih baik menjadi bidang yang difokuskan pemerintah untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik sebagai tujuan ekonomi masa depan.
2.4 Infrastruktur Transportasi Manusia memiliki aktivitas-aktivitas yang beragam satu sama lain setiap harinya. Agar dapat menjalankan aktivitas-aktivitas tersebut, manusia memerlukan suatu sarana dan prasarana yang dapat membantu mereka untuk menjalankan aktivitasnya masing-masing. Sarana dan prasarana itulah yang disebut sebagai infrastruktur. Menurut American Public Works Association (Stone, 1974 dalam Kodoatie R. J, 25), infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi, dan pelayanan-pelayanan sejenis untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Jadi kesimpulannya adalah infrastruktur merupakan sarana dan prasarana yang amat sangat penting bagi kegiatan aktivitas yang menyokong hidup manusia, seperti perdagangan, transportasi, pengairan, pembuangan limbah, sarana listrik, dan sebagainya. 2.4.1 Hubungan Infrastruktur dengan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi cukup dipengaruhi dengan pembangunan infrastruktur yang tersedia. Infrastruktur yang buruk akan melemahkan aktivitas sosial dan ekonomi manusia, sementara infrastruktur yang berlebihan justru akan menimbulkan kerusakan bagi lingkungan yang ada dan pada jangka panjang, hal ini dapat merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya. Hubungan infrastruktur dengan perekonomian ini bisa dibilang erat karena infrastruktur merupakan pendukung bagi aktivitas ekonomi dan dengan adanya infrastruktur yang baik, maka perusahaan-perusahaan dapat memanfaatkan infrastruktur tersebut untuk mengurangi biaya-biaya yang muncul akibat adanya usaha untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi.
2.4.2 Kategori Infrastruktur Infrastruktur dapat dibagi menjadi 13 kategori (Amecican Public Works Association), yaitu : 1. Sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi, fasilitas pengolahan air 2. Sistem pengolahan limbah : pengumpul, pengolahan, pembuangan, dan daur ulang 3. Fasilitas pengolahan limbah (padat) 4. Fasilitas pengendalian banjir, drainase, dan irigasi 5. Fasilitas lintas air dan navigasi 6. Fasilitas transportasi : jalan, rel, bandar udara. Termasuk didalamnya tanda-tanda lalu lintas, fasilitas pengontrol 7. Sistem transit publik 8. Sistem kelistrikan : produksi dan distribusi 9. Fasilitas gas alam 1. Gedung publik : sekolah, rumah sakit 11. Fasilitas perumahan publik 12. Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain termasuk stadion 13. Komunikasi Lebih lanjut lagi, infrastruktur dikelompokkan menjadi tujuh grup, yaitu : 1. Grup transportasi (jalan, jalan raya, jembatan) 2. Grup pelayanan transportasi (transit, bandara, pelabuhan) 3. Grup komunikasi 4. Grup keairan (air, air buangan, sistem keairan, termasuk jalan air yaitu sungai, saluran terbuka, pipa) 5. Grup pengolahan limbah (sistem pengolahan limbah padat) 6. Grup bangunan 7. Grup distribusi dan produksi energi
2.5 Foreign Direct Investment 2.5.1 Pengertian Foreign Direct Investment Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi langsung asing adalah sebuah tindakan investasi lintas batas yang dilakukan suatu pribadi atau badan dari suatu lingkungan ekonomi kedalam perusahaan didalam lingkungan ekonomi lainnya yang biasa disertai dengan kemampuan untuk mengendalikan atau mempengaruhi kontrol dari manajemen. Definisi lainnya yaitu FDI terjadi jika sebuah perusahaan menginvestasikan aktivitas bisnis mereka diluar negara asalnya. (Hill, 211:232-242) FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain yang bukan hanya menyebabkan perpindahan sumber daya, namun juga menyebabkan adanya pemberlakuan kendali terhadap manajemen terhadap perusahaan di luar negeri tersebut (Krugman, 1994). 2.5.2 Hubungan Foreign Direct Investment dan Pertumbuhan Ekonomi Almfrsji and Almsafir (214) menemukan bahwa hubungan antara FDI terhadap pertumbuhan ekonomi memiliki dampak yang positif secara signifikan. Namun, didalam beberapa kasus, dampak yang tercipta dapat dibatalkan atau bahkan berdampak negatif. Akan tetapi, hubungan antara FDI dengan pertumbuhan ekonomi bergantung secara utama pada faktor-faktor penengah, antara lain tingkat perkembangan pasar keuangan, tingkat sumber daya manusia yang memadai, komplementer antara investasi asing dan domestik, kebijakan nilai tukar, kerangka kerja yang legal, dan lain sebagainya.
2.6 Kerangka Penelitian Tingkat PartisipasiAngkatan Kerja Infrastruktur Transportasi : Panjang Jalan Produk Domestik Regional Bruto Realisasi Investasi Langsung Asing Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Berdasarkan kerangka penelitian diatas, maka permodelan matematika yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut : Y = a + B 1 X 1 + B 2 X 2 + B 3 X 3 + i Dimana : Y = Produk Domestik Regional Bruto a = Intercept / Konstanta B i = Koefisien Regresi X 1 = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja X 2 = Infrastruktur Transportasi : Panjang Jalan X 3 = Realisasi Investasi Langsung Asing i = Kesalahan pengganggu (Term of Error)
Pernyataan hipotesis dari permodelan matematika diatas dinyatakan sebagai berikut : 1. Ho : Perubahan variabel X 1 (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) Ha : Perubahan variabel X 1 (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) tidak mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) 2. Ho : Perubahan variabel X 2 (Infrastruktur Transportasi : Panjang Jalan) mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) Ha : Perubahan variabel X 2 (Infrastruktur Transportasi : Panjang Jalan) tidak mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) 3. Ho : Perubahan variabel X 3 (Realisasi Investasi Langsung Asing) mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) Ha : Perubahan variabel X 3 (Realisasi Investasi Langsung Asing) mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) 4. Ho : Perubahan variabel X 1 (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), X 2 (Infrastruktur Transportasi : Panjang Jalan), dan X 3 (Realisasi Investasi Langsung Asing) mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) secara simultan Ha : Perubahan variabel X 1 (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), X 2 (Infrastruktur Transportasi : Panjang Jalan), dan X 3 (Realisasi Investasi Langsung Asing) tidak mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) secara simultan