BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Tujuan Penyediaan Prasarana

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telepon, jaringan gas dan pemadam kebakaran. Utilitas umum ini membutuhkan

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu. angkatan kerja. Terakhir yaitu kemajuan teknologi.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan bahwa adanya peningkatan

Perbedaan GDP dan GNP

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mesin penggerak pembangunan di Indonesia. Selain berkontribusi

BAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

METODOLOGI. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

Katalog BPS :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh yang cukup besar. Di dalam aspek ekonomi, ada banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment).

BAB II PENDAPATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran prestasi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang diharapkann, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas Model CAPM

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB 2 Data Makroekonomi

DAFTAR ISI. Hal. i ii iii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

Pengukuran Pendapatan Nasional

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

1 BAB I PENDAHULUAN. dipandang tidak memuaskan menjadi lebih baik secara lahir dan batin.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. adanya penurunan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah atas keperluan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan sumber daya yang terbatas. Menurut Abraham Maslow (1998), ekonomi adalah salah satu bidang pengkajian yang mencoba menyelesaikan masalah keperluan asas kehidupan manusia melalui penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada dengan berasaskan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efisien. Ekonomi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu ekonomi mikro dan ekonomi makro. Ekonomi mikro adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari sikap-sikap unit individu ekonomi konsumen, perusahaan, pekerja, dan investor beserta pasar yang terdiri dari seluruh unit-unit tersebut. Sementara ekonomi makro merupakan cabang ilmu ekonomi yang mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat, seperti tingkat pertumbuhan output nasional, tingkat suku bunga, pengangguran, dan inflasi (Pindyck, R. S. & Rubinfeld, D. L., 213). Suryana (2:55) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) atau Produk Domestik Bruto (PDB) tanpa melihat pertumbuhan penduduk dan perubahan struktur ekonomi yang terjadi selama proses pertumbuhan ekonomi berlangsung. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari produktivitasnya. Produktivitas disini merupakan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk negara tersebut secara agregat atau yang disebut juga sebagai Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau Gross Domestic Regional Product (GDRP).

2.2 Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDB) atau yang sering disebut juga dengan GDRP (Gross Domestic Regional Product) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi di suatu negara (M. Raharjo, 211). Pada dasarnya, PDRB merupakan jumlah output yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu regional atau provinsi di suatu negara. PDRB sendiri dibagi menjadi dua, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku adalah PDRB yang menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDB atas dasar harga konstan merupakan PDRB yang menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung memakai harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar (Statistik Indonesia 213). Kegunaan PDB atas dasar harga berlaku adalah untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi serta pergeseran ekonomi dan struktur ekonomi. Sementara fungsi dari PDB atas dasar harga konstan adalah untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun maupun untuk melihat pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh harga. Terdapat tiga pendekatan terhadap PDB, yaitu : 1. Pendekatan Produksi, dimana PDB dinilai sebagai jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan secara agregat oleh suatu negara pada kurun waktu tertentu. 2. Pendekatan Pengeluaran, dimana PDB merupakan komponen permintaan akhir yang terdiri dari pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal terhadap domestik bruto, perubahan inventori, dan ekspor neto. 3. Pendekatan pendapatan, dimana PDB dinilai sebagai balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi (input) secara agregat pada kurun waktu tertentu. Balas jasa yang dimaksud adalah gaji, upah, sewa tanah, bunga modal, dan profit.

2.3 Tenaga Kerja 2.3.1 Ketenagakerjaan Indonesia merupakan negara yang menempati posisi keempat di dunia dalam menyandang predikat sebagai negara dengan populasi penduduk terbanyak setelah China, India, dan Amerika Serikat dengan populasi penduduk mencapai lebih dari 25 juta jiwa (Sensus 21). Dengan jumlah penduduk yang banyak tersebut, ditambah dengan banyaknya penduduk berusia muda, hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki angkatan kerja yang banyak dan besar. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja, punya pekerjaan namun sedang tidak bekerja, sedang mencari kerja, dan tidak bekerja atau pengangguran. Oleh karena itu, angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Angka yang sering digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan kerja adalah TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan rasio antara angkatan kerja dan tenaga kerja (Badan Pusat Statistik, 213). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) biasanya diukur dengan menggunakan satuan persentase. Jadi, semakin tinggi persentase Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), maka semakin tinggi juga jumlah tenaga kerja yang tersedia. Akan tetapi, dengan banyaknya angkatan kerja tersebut membuat persaingan kerja semakin tinggi bagi angkatan kerja yang baru terjun ke dunia kerja. Ditambah dengan lapangan pekerjaan yang relatif kurang banyak, menyebabkan pengangguran tidak dapat dihindari, walaupun dari tahun ke tahun tingkat pengangguran semakin berkurang.

Hal ini menjadi tugas tersendiri bagi pemerintah untuk menyediakan lapangan kerja yang banyak dan berkualitas baik bagi angkatan kerja baru setiap tahunnya agar dapat menekan tingkat pengangguran terutama bagi angkatan kerja usia muda karena data menunjukkan bahwa mahasiswa fresh graduate dan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengalami kesulitan untuk mencari kerja. Tenaga Kerja Tabel 2.1 Tenaga Kerja Indonesia 21 211 212 213 214 116,527,54 -Bekerja 18,27,76 - Menganggu r 6 7 119,399,37 5 111,281,74 4 12,32, 113,1, 12,17, 112,76, 121,87, 114,63, 8,319,779 8,117,631 7,31, 7,41, 7,24, Sumber : Badan Pusat Statistik 214 Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan jumlah pengangguran di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Ditunjukkan dalam tabel tersebut, tingkat pengangguran di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun, khususnya pada penurunan tingkat pengangguran perempuan yang mengalami penurunan yang relatif pesat sehingga kini hampir menyamai tingkat pengangguran laki-laki. Tabel 2.2 Tingkat Pengangguran Pria dan Wanita 26 27 28 29 21 211 212 213 214 Pengangguran 1.3 9.1 8.4 7.9 7.1 6.6 6.1 6.2 5.9 (% dari total tenaga kerja) Pengangguran 8.5 8.1 7.6 7.5 6.1 - - - - Pria (% dari total tenaga kerja pria) Pengangguran 13.4 1.8 9.7 8.5 8.7 - - - - Wanita (% dari total tenaga kerja wanita) Sumber : Badan Pusat Statistik 214

2.3.2 Hubungan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Tenaga kerja merupakan sebuah input atau masukan dari proses produksi yang memberi kontribusi positif terhadap output atas produksi barang dan jasa. Oleh karena itu, tenaga kerja memiliki hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana dengan meningkatnya tenaga kerja berarti input proses produksi akan bertambah sehingga output berupa barang dan jasa akan meningkat yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara agregat. Menurut Alina Badulescu (215), sumber daya manusia, dalam hal ini tenaga kerja, merupakan asset penting bagi pertumbuhan ekonomi. Terlebih lagi jika sumber daya manusia tersebut memiliki pendidikan yang tinggi dan kemampuan professional yang baik. Tenaga kerja lebih baik menjadi bidang yang difokuskan pemerintah untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik sebagai tujuan ekonomi masa depan.

2.4 Infrastruktur Transportasi Manusia memiliki aktivitas-aktivitas yang beragam satu sama lain setiap harinya. Agar dapat menjalankan aktivitas-aktivitas tersebut, manusia memerlukan suatu sarana dan prasarana yang dapat membantu mereka untuk menjalankan aktivitasnya masing-masing. Sarana dan prasarana itulah yang disebut sebagai infrastruktur. Menurut American Public Works Association (Stone, 1974 dalam Kodoatie R. J, 25), infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi, dan pelayanan-pelayanan sejenis untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Jadi kesimpulannya adalah infrastruktur merupakan sarana dan prasarana yang amat sangat penting bagi kegiatan aktivitas yang menyokong hidup manusia, seperti perdagangan, transportasi, pengairan, pembuangan limbah, sarana listrik, dan sebagainya. 2.4.1 Hubungan Infrastruktur dengan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi cukup dipengaruhi dengan pembangunan infrastruktur yang tersedia. Infrastruktur yang buruk akan melemahkan aktivitas sosial dan ekonomi manusia, sementara infrastruktur yang berlebihan justru akan menimbulkan kerusakan bagi lingkungan yang ada dan pada jangka panjang, hal ini dapat merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya. Hubungan infrastruktur dengan perekonomian ini bisa dibilang erat karena infrastruktur merupakan pendukung bagi aktivitas ekonomi dan dengan adanya infrastruktur yang baik, maka perusahaan-perusahaan dapat memanfaatkan infrastruktur tersebut untuk mengurangi biaya-biaya yang muncul akibat adanya usaha untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi.

2.4.2 Kategori Infrastruktur Infrastruktur dapat dibagi menjadi 13 kategori (Amecican Public Works Association), yaitu : 1. Sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi, fasilitas pengolahan air 2. Sistem pengolahan limbah : pengumpul, pengolahan, pembuangan, dan daur ulang 3. Fasilitas pengolahan limbah (padat) 4. Fasilitas pengendalian banjir, drainase, dan irigasi 5. Fasilitas lintas air dan navigasi 6. Fasilitas transportasi : jalan, rel, bandar udara. Termasuk didalamnya tanda-tanda lalu lintas, fasilitas pengontrol 7. Sistem transit publik 8. Sistem kelistrikan : produksi dan distribusi 9. Fasilitas gas alam 1. Gedung publik : sekolah, rumah sakit 11. Fasilitas perumahan publik 12. Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain termasuk stadion 13. Komunikasi Lebih lanjut lagi, infrastruktur dikelompokkan menjadi tujuh grup, yaitu : 1. Grup transportasi (jalan, jalan raya, jembatan) 2. Grup pelayanan transportasi (transit, bandara, pelabuhan) 3. Grup komunikasi 4. Grup keairan (air, air buangan, sistem keairan, termasuk jalan air yaitu sungai, saluran terbuka, pipa) 5. Grup pengolahan limbah (sistem pengolahan limbah padat) 6. Grup bangunan 7. Grup distribusi dan produksi energi

2.5 Foreign Direct Investment 2.5.1 Pengertian Foreign Direct Investment Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi langsung asing adalah sebuah tindakan investasi lintas batas yang dilakukan suatu pribadi atau badan dari suatu lingkungan ekonomi kedalam perusahaan didalam lingkungan ekonomi lainnya yang biasa disertai dengan kemampuan untuk mengendalikan atau mempengaruhi kontrol dari manajemen. Definisi lainnya yaitu FDI terjadi jika sebuah perusahaan menginvestasikan aktivitas bisnis mereka diluar negara asalnya. (Hill, 211:232-242) FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain yang bukan hanya menyebabkan perpindahan sumber daya, namun juga menyebabkan adanya pemberlakuan kendali terhadap manajemen terhadap perusahaan di luar negeri tersebut (Krugman, 1994). 2.5.2 Hubungan Foreign Direct Investment dan Pertumbuhan Ekonomi Almfrsji and Almsafir (214) menemukan bahwa hubungan antara FDI terhadap pertumbuhan ekonomi memiliki dampak yang positif secara signifikan. Namun, didalam beberapa kasus, dampak yang tercipta dapat dibatalkan atau bahkan berdampak negatif. Akan tetapi, hubungan antara FDI dengan pertumbuhan ekonomi bergantung secara utama pada faktor-faktor penengah, antara lain tingkat perkembangan pasar keuangan, tingkat sumber daya manusia yang memadai, komplementer antara investasi asing dan domestik, kebijakan nilai tukar, kerangka kerja yang legal, dan lain sebagainya.

2.6 Kerangka Penelitian Tingkat PartisipasiAngkatan Kerja Infrastruktur Transportasi : Panjang Jalan Produk Domestik Regional Bruto Realisasi Investasi Langsung Asing Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Berdasarkan kerangka penelitian diatas, maka permodelan matematika yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut : Y = a + B 1 X 1 + B 2 X 2 + B 3 X 3 + i Dimana : Y = Produk Domestik Regional Bruto a = Intercept / Konstanta B i = Koefisien Regresi X 1 = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja X 2 = Infrastruktur Transportasi : Panjang Jalan X 3 = Realisasi Investasi Langsung Asing i = Kesalahan pengganggu (Term of Error)

Pernyataan hipotesis dari permodelan matematika diatas dinyatakan sebagai berikut : 1. Ho : Perubahan variabel X 1 (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) Ha : Perubahan variabel X 1 (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) tidak mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) 2. Ho : Perubahan variabel X 2 (Infrastruktur Transportasi : Panjang Jalan) mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) Ha : Perubahan variabel X 2 (Infrastruktur Transportasi : Panjang Jalan) tidak mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) 3. Ho : Perubahan variabel X 3 (Realisasi Investasi Langsung Asing) mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) Ha : Perubahan variabel X 3 (Realisasi Investasi Langsung Asing) mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) 4. Ho : Perubahan variabel X 1 (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), X 2 (Infrastruktur Transportasi : Panjang Jalan), dan X 3 (Realisasi Investasi Langsung Asing) mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) secara simultan Ha : Perubahan variabel X 1 (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), X 2 (Infrastruktur Transportasi : Panjang Jalan), dan X 3 (Realisasi Investasi Langsung Asing) tidak mempengaruhi variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) secara simultan