BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu hal

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN HAK ATAS PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA

Pendidikan berperan menciptakan kehidupan manusia yang berkualitas dari berbagai aspek baik pendidikan formal maupun non formal.

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

DAYA DUKUNG DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SD NEGERI WONOTINGAL 04 KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TESIS

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara berusia 7-15 tahun. Sekolah) yang menyediakan bantuan bagi Sekolah dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya teknologi. Diantara

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

KATA PENGANTAR. Didik Suhardi, SH., M.Si NIP iii

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kemdiknas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. SMP Islam Ibnu Rusyd Kotabumi Lampung Utara selalu berusaha

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAGAIMANA CARANYA AGAR PROGRAM BANTUAN SOSIAL DI INDONESIA LEBIH RAMAH ANAK?

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat menuntut setiap negara untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan

Meluaskan Akses Pendidikan 12 Tahun

USULAN KOMPENSASI KENAIKAN HARGA BBM: PROGRAM BANTUAN SOSIAL TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Di bawah ini struktur organisasi Kemdikbud sesuai Permendiknas Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemdikbud.

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

TREND DAN ESTIMASI ANGGARAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA BIDANG PENDIDIKAN DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUKU PEDOMAN BEASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

PANDUAN PROGRAM BANTUAN BEASISWA BEASISWA KURANG MAMPU MAHASISWA MAHASISWA PERGURUAN TINGGI PROVINSI JAWA TENGAH OLEH: TIM PENYUSUN

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya

RAKER GUBERNUR KALBAR HUT PEMDA KALBAR KE 53 KOORDINASI PEMANTAPAN PENYELENGGARAAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2010

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SISWA MISKIN TAHUN 2014

IV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUS UTAMAAN GENDER DAN PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR TAHUN 2012 BATAM, 29 NOVEMBER 2012

KATA PENGANTAR DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA TENGAH

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa adalah tingkat capaian

BAB I PENDAHULUAN. negaranya, salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

PEDOMAN BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA (PTAIS) TAHUN 2014

PEDOMAN BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN PERGURUAN TINGGI AGAM ISLAM NEGERI (PTAIN) TAHUN 2014

BUPATI JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB 1 PENDAHULUAN. terkecuali, Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang Dasar Republik. Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum

KEBIJAKAN PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) Tahun Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta, 2011

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PENDIDIKAN BAGI MAHASISWA MISKIN UNTUK PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM SWASTA (PTKIS) TAHUN 2015

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara bahasa, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBERIAN BEASISWA BAGI SISWA TIDAK/KURANG MAMPU DI KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat menambah potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang

GAMBARAN UMUM BOS KETERKAITAN DENGAN RNCANA KERJA & ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)

MASYARAKAT DIMINTA LAPORKAN PUNGLI PENDIDIKAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KEBIJAKAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DI KECAMATAN DARUL MAKMUR

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter di Amerika Serikat, menjadikan negara Indonesia juga

KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Panduan Pelaksanaan BANTUAN SISWA MISKIN (BSM) APBNP TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

INFOGRAFI PENDIDIKAN Tahun 2011/2012 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN TAHUN 2013

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah Satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan merupakan bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai teknologi dunia. Setiap Negara punya kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa terkecuali, pemerintah Indonesia dalam Undang- Undang Republik Indonesia Tahun 1945 dalam pasal 31 ayat 1 telah mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal, dalam rangka untuk mewujudkan amanat tersebut maka pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Undang-Undang Nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia. Visi misi pendidikan Indonesia adalah untuk mewujudkan sistem pendidikan yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif dalam menjawab segala tantangan global. (Tilaar, 2008: 42). Angka Partisipasi Kasar (APK) kelompok masyarakat yang mampu secara ekonomi secara umum lebih tinggi di semua jenjang pendidikan 1

2 dibandingkan dengan APK bagi keluarga miskin. Untuk membantu meningkatkan pendidikan bagi masyarakat miskin, maka kebijakan pembangunan pendidikan diarahkan untuk mencapai misi 5 K, yaitu ketersediaan, keterjangkauan, kualitas/mutu, kesetaraan dan kepastian memperoleh layanan pendidikan yang lebih berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan layanan Pendidikan Dasar, menengah dan atas yang bermutu, serta memberi kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan pendidikan, seperti masyarakat miskin, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, masyarakat di daerah-daerah konflik, ataupun masyarakat penyandang cacat. (Revida, 2005: 32). Keadaan tersebut tentu perlu terus diperbaiki sebagai bentuk pemenuhan hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan, serta untuk mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan dalam kesepakatan internasional seperti Education For All (EFA) dan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memberikan pendidikan yang merata pada semua anak, dimanapun, laki-laki dan perempuan. (Tilaar, 2008: 44). Salah satu alasan rendahnya partisipasi pendidikan khususnya pada kelompok miskin adalah tingginya biaya pendidikan baik biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung meliputi antara lain iuran sekolah, buku, seragam, dan alat tulis, sementara biaya tidak langsung meliputi antara lain biaya transportasi, kursus, uang saku dan biaya lain-lain.

3 Berawal dari kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudoyono tahun 2005 untuk mengurangi subsidi BBM dan merealokasikan sebagian besar dananya keempat program besar yang terdiri dari : (1) Program BOS dan Beasiswa Miskin, (2) Jaminan Pelayanan Kesehatan, (3) Infrastruktur Pedesaan, (4) Subsidi Langsung Tunai khususnya untuk masyarakat miskin akibat dari meningkatnya harga BBM. Keempat program dirancang untuk meningkatkan mutu dibidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur pedesaan dan bantuan langsung tunai. Salah satu program dibidang pendidikan mendapatkan alokasi anggaran yang cukup besar adalah program beasiswa bagi siswa miskin atau yang lebih dikenal sebagai Bantuan Siswa Miskin (BSM). Melalui program ini, pemerintah memberikan bantuan dana ke sekolah untuk tingkat SD-SMA/SMK baik negeri ataupun swasta. Program ini mulai dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2005 bersamaan dengan awal tahun ajaran 2005/2006. Melalui program beasiswa miskin ini diharapkan visi Indonesia dibidang Pendidikan dapat terwujud. Melalui pemberian bantuan siswa miskin (BSM) yang lebih luas dengan jumlah yang lebih besar sebagai bantuan untuk memenuhi biaya pribadi siswa melangsungkan pendidikannya sampai dengan selesai. Kondisi ini sangat memungkinkan siswa dari keluarga miskin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi sehingga dengan diberikannya BSM kepada siswa dari keluarga miskin akan dapat meningkatkan angka melanjutkan dari angka sebesar 97,93%. tersebut. Selain itu pemberian BSM

4 yang diperluas dan diperbesar akan dapat menekan siswa dari keluarga/masyarakat miskin putus sekolah. Malalui pendidikan taraf hidup keluarga/masyarakat miskin dapat diperbaiki dan ditingkatkan. Pada tahun ajaran 2012 BSM diberikan kepada sekitar 20% siswa SD dan 24% siswa SMP, dengan nilai beasiswa sekitar Rp. 60.000/semester untuk siswa SD, sedangkan untuk siswa SMP nilai beasiswanya sekitar Rp. 500.000/semester, sedangkan untuk siswa SMA/SMK sebesar Rp.1.000.000,00 (Suara Merdeka 28 Maret 2012). Setiap sekolah yang mendapat kuota tertentu, melakukan seleksi siswa yang berhak menerima, selanjutnya dana BSM diberikan langsung kepada siswa terpilih melalui kantor pos yang ditunjuk, beasiswa miskin diberikan langsung kepada siswa yang membutuhkan biasanya diberikan pada tahun ajaran baru. Tujuan kebijakan beasiswa miskin adalah untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa miskin serta untuk meringankan biaya pendidikan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar sembilan tahun yang bermutu. Permasalahan yang dialami masyarakat, meskipun beasiswa miskin diberikan Pemerintah kepada sekolah baik Sekolah Dasar ataupun Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan tetap saja setiap tahun ajaran baru atau penerimaan murid baru selalu memungut bantuan dana rutin berupa sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) atau dalam bentuk lain dengan berbagai dalih. Bahkan sampai saat ini masih ada laporan bahwa terdapat beberapa warga yang berasal dari warga miskin

5 dapat menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah favorite dengan standar nasional karena mememang benar-benar punya prestasi yang bagus namun tetap dipungut biaya tambahan. Pada penelitian ini akan dikaji perihal implementasi program bantuan siswa miskin bagi siswa SMA Negeri di Kota Binjai. Sebagai suatu bentuk implementasi program yang ditujukan bagi peningkatan sumber daya manusia anak-anak bangsa khususnya di Kota Binjai. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di Kota Binjai, maka terdapat 7 (tujuh) SMA yang berstatus negeri dengan jumlah ratarata penerima BSM yang hampir merata. Adapun jumlah siswa yang mendapatkan bantuan siswa miskin di SMA Negeri Kota Binjai dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 1 Jumlah Siswa Yang Mendapat Bantuan Siswa Miskin di SMA Negeri Kota Binjai No. Nama Sekolah Jlh Siswa Seluruhnya Julh Siswa Yang Mendapat Bantuan 1. SMA Negeri 1 Binjai 965 120 2. SMA Negeri 2 Binjai 1.393 115 3. SMA Negeri 3 Binjai 864 135 4. SMA Negeri 4 Binjai 665 129 5. SMA Negeri 5 Binjai 615 117 6 SMA Negeri 6 Binjai 587 116 7. SMA Negeri 7 Binjai 516 110 J u m l a h 5.605 842 Sumber : Dinas Pendidikan Binjai Tahun 2013. Berdasarkan data di atas maka dapat dikatakan rata-rata untuk setiap SMA Negeri di Kota Binjai siswa yang mendapatkan bantuan siswa miskin

6 ada sebanyak 120 jiwa. Sehingga apabila dijumlah dari seluruh siswa SMA negeri ada sebanyak 15 siswanya mendapat bantuan siswa miskin. Sebagai suatu bentuk pelaksanaan pemerataan pendidikan pemberian bantuan siswa miskin juga memiliki dinamika tersendiri. Sesuai kondisi umum di Kota Binjai, apabila seseorang wali atau orang tua siswa harus membuat rekening untuk pencairan dana BSM ke Kantor Bank Cabang Pembantu maka dibutuhkan ongkos transportasi pulang pergi (PP) minimal Rp. 50.000, serta biaya pembukaan Rekening minimal Rp. 20.000. Begitu pula saat pencairan atau pengambilan Dana minimal dibutuhkan ongkos Rp. 50.000,- Hal ini jika berlaku normal, dalam artian semua persyaratan terpenuhi. Dalam kondisi seperti itu, jika jumlah dana BSM yang disalurkan sebesar Rp. 300.000 maka dana yang sesungguhnya diterima oleh Siswa/Orang Tua Siswa hanya Rp. 200.000. Dalam sosialisasi dinyatakan bahwa pembuatan Rekening hanya sekali saja, rekening akan tetap aktif selama 3 bulan apabila sisa saldo sebesar Rp. 20.000.- Persoalan muncul apakah BSM akan disalurkan oleh Kementerian tiap bulan atau tiap tiga bulan sekali? Karena berdasarkan pengalaman BSM disalurkan paling banyak 2 kali dalam satu tahun, bahkan ada yang menerima sekali dalam satu tahun. Jika kondisi seperti ini kemungkinan besar rekening akan hangus, dan ketika dana BSM ada lagi ada kemungkinan harus membuat Rekening Baru. Pada masa menunggu pencairan dana BSM anatara 6 atau 12 bulan jangan berharap orang tua siswa memperbaharui rekening dengan

7 menambah saldo. Lebih sulit apabila kondisinya tidak normal, seperti adanya orang tua wali yang tidak memiliki KTP, tanda tangan di KTP yang tidak sama, tidak memiliki Kartu Keluarga atau Akte Kelahiran maka dibutuhkan Surat Keterangan dari Desa/Kelurahan. Pada beberapa kasus tak jarang dibutuhkan biaya untuk keperluan tersebut. Berbagai persoalan akan dihadapi orang tua tersebut berimbas pula pada sekolah. Bagi siswa atau orang tua siswa yang berada di pedesaaan kebutuhan dana untuk menanggulangi transfortasi siswa/orang tua siswa untuk pembuatan rekening BSM dan untuk pencairan dana BSM akan menjadi beban sekolah. Orang tua siswa yang betul-betul tidak mampu kemungkinan besar akan meminjam dana (menyerahkan) kepada pihak sekolah. Berdasarkan kenyataan di atas, tidak sebaiknya pencairan atau penyaluran dana BSM khusus SMP kembali diserahkan kepada PT POS Indonesia karena persyaratan yang harus dipenuhi siswa atau orang tua siswa tidak terlalu rumit daripada melalui Rekening Bank. Melalui POS semua persyaratan bisa ditangani pihak sekolah, namun penerima dana langsung pada siswa atau orang tua siswa. Kalau pun tetap akan dilakukan melalui Bank, tidakkah sebaiknya cukup melalui Rekening Sekolah dengan syarat pihak sekolah menyerahkan bukti fisik penyerahan secara langsung kepada siswa atau orang tua siswa, atau saat pencairannya pihak bank datang langsung ke sekolah untuk menyerahkan dana tersebut kepada masing-masing siswa atau

8 orang tua siswa. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian tesis ini mengambil judul Implementasi Program Bantuan Siswa Miskin Bagi Siswa SMA Negeri di Kota Binjai. B. Perumusan Masalah Masalah adalah kejadian atau keadaan yang menimbulkan pertanyaan dalam hati tentang kedudukannya, kita tidak puas hanya dengan melihat saja, melainkan kita ingin mengetahui lebih dalam. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan perumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana implementasi program bantuan siswa miskin bagi siswa SMA Negeri di Kota Binjai? 2. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program bantuan siswa miskin bagi siswa SMA Negeri di Kota Binjai? C. Tujuan Penelitian Arikunto (2003 : 52) menjelaskan tujuan merupakan hal apa yang hendak dilakukan, sesuai dengan rencana yang dibuat, tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

9 1. Untuk menganalisis implementasi program bantuan siswa miskin bagi siswa SMA Negeri di Kota Binjai. 2. Untuk menganalisis kendala dalam pelaksanaan program bantuan siswa miskin bagi siswa SMA Negeri di Kota Binjai D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan masukan bagi Dinas Pendidikan Kota Binjai dalam pelaksanaan program bantuan siswa miskin bagi siswa SMA Negeri di Kota Binjai. 2. Untuk mengetahui informasi tentang data empiris yang dapat dipergunakan sebagai bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya. Sekaligus diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi instansi terkait dalam hal pelaksanaan program bantuan siswa miskin bagi siswa SMA Negeri di Kota Binjai. E. Kerangka Pemikiran Evaluasi merupakan sebuah proses untuk menentukan sejauhmana keberhasilan sebuah program/kegiatan. Keberhasilan program dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut. Sejalan dengan tujuan utama program bantuan siswa mandiri adalah untuk pemerataan dan perluasan akses pendidikan, program bantuan siswa mandiri juga merupakan

10 program untuk peningkatan mutu. Meningkatkan mutu pendidikan sebagai wujud dari hasil yang dicapai program. Dengan demikian, perubahanperubahan atau manfaat tersebut mencerminkan bahwa program berjalan sebagaimana yang diharapkan. Penelitian ini berusaha mengevaluasi pelaksanaan suatu program bantuan siswa mandiri dalam rangka pemanfaatan dana bantuan siswa mandiri. Teori evaluasi program yang dikembangkan oleh Bruce W Tuckman dalam Silalahir (2002:42) meliputi pencapaian masukan (input), dengan melihat sumber daya manusia, bagaimana cara Dinas Pendidikan Kota Binjao mengelompokkan atau menempatkan orang-orang di dalam menyelesaikan pekerjaan, dan bagaimana sekolah memanfaatkan sumber-sumber yang ada (anggaran/dana) diperoleh dari pemerintah serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan program. Kedua, pencapaian proses (process), melihat bagaimana mekanisme yang digunakan dalam mengelola bantuan siswa mandiri sehingga dapat mengubah sesuatu menjadi lebih bermanfaat dalam hal ini pemanfaatan dana yang dikelola oleh siswa dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan serta buku pedoman bantuan siswa mandiri. Keluaran (output), merupakan penilaian yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan dalam pecapaian tujuan yang tekah ditetapkan dalam hal ini implementasi dari program bantuan siswa mandiri.

11 Berdasarkan uraian di atas, sebelum melakukan penelitian penulis merumuskan kerangka pemikiran sebagai dasar dalam penelitian ini sebagai berikut : Gambar 1 Kerangka Pemikiran Program Bantuan Siswa Miskin Pemanfaatan Bantuan Siswa Miskin Implementasi Terhadap Siswa Miskin