BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek merupakan suatu jenis bisnis retail (eceran) yang komoditasnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah, 2004). The International

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

POLA PEMILIHAN OBAT SAKIT MAAG PADA KONSUMEN YANG DATANG DI APOTEK DI KECAMATAN DELANGGU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

Sistem Pencernaan Manusia

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kefarmasian oleh apoteker (Menkes RI, 2016). Apotek merupakan salah satu. mencegah dan menyembuhkan penyakit pada masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

Keluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembahasan Video : :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest.

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

Rongga Mulut. rongga-mulut

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OBAT GASTROINTESTINAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sistem Pencernaan Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

Organ Pencernaan Pada Manusia Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan.

Thera Rolavina S,S.Farm.,Apt

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

3. Apakah anda pernah menderita gastritis (sakit maag)? ( ) Pernah ( ) Tidak Pernah

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Swamedikasi atau self medication adalah penggunaan obat-obatan tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

PEMILIHAN OBAT SECARA AMAN PADA KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT Oleh : Astri Widiarti

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek

ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

Bab. Peta Konsep. Gambar 3.1 Orang sedang makan. Mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. terdiri dari. Saluran Pencernaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

APA ITU REMATIK...??? Rematik adalah penyakit peradangan. pada sendi yang bersifat menahun. atau kronis yang menyebabkan. perubahan dari bentuk sendi

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang

BAGIAN 1: MENGAPA PERLU DETOKS?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang bertujuan untuk melihat

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

PROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Berbagai pilihan obat saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Apotek Apotek merupakan suatu jenis bisnis retail (eceran) yang komoditasnya terdiri dari perbekalan farmasi, mencakup obat dan bahan-bahan obat, termasuk pula perbekalan alat kesehatan lainnya. Apotek di dirikan bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi apoteker untuk memberi pelayanan kefarmasian (Zeenot, 2013). Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker.dalam menjalani pekerjaan kefarmasian di apotek, apoteker dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang terdiri dari Sarjana Farmasi, AhliMadya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker (Menkes RI., 2014). Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan kefarmasian mengalami perubahan yang semula hanya berfokus pada pengolahan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care)dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (Menkes RI., 2014). Salah satu unsur yang menjadi nilai tambah pada pelayanan kefarmasian kepada pasien atau masyarakat pada umumnya adalah dimana pasien akan merasa 7

lebih diperhatikan dalam penyembuhan penyakitnya daripada hanya sekedar membeli obat yang diresepkan oleh dokter, sehingga kualitas hidup pasien dapat meningkat baik itu dari sisi kesehatan, maupun dari segi wawasan kesehatan. Pelayanan kefarmasian yang baik dapat membantu masyarakat untuk melakukan pengobatan sendiri (self medication) (Wasito, 2008). 2.2. Swamedikasi Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat sederhana yang dibeli bebas di apotek atau toko obat, atas inisiatif sendiri tanpa nasihat dokter (Tan dan Raharja, 2010).Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi diartikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat, termasuk pengobatan herbal dan tradisional, oleh individu untuk merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang sering dialami masyarakat seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit, dan lain-lain (Ditjen POM, RI., 2014).Swamedikasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain karena perkembangan teknologi informasi, sehingga masyarakat menjadi lebih mudah mengakses informasi, termasuk mengenai kesehatan sehingga masyarakat jadi lebih berani melakukan pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya (Izzatin, 2015). Untuk menjamin kualitas layanan swamedikasi maka perlu dilaksanakan tahapan-tahapan pelayanan swamedikasi. Tahapan pelayanan swamedikasimeliputipatient assessment, rekomendasi, informasi obat dan informasi non farmakologi. 8

2.2.1 Patient assessment Patient assessment merupakan proses komunikasi dua arah yang sistemik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan (Depkes, RI., 2006). Pada pelayanan obat tanpa resep diperlukan kegiatan patient assessment agar dapat ditetapkan rekomendasi terapi yang rasional. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan tindakan oleh apoteker sebelum konseling yang dijadikan referensi untuk rekomendasi adalah sejarah pengobatan, obat untuk siapa, umur pasien, penyebab sakit, durasi sakit, lokasi sakit, gejala sakit, pengobatan lain yang sedang digunakan, obat sejenis lainnya yang digunakan, alergi obat, apakah pernah terjadi sakit seperti sebelumnya, gejala lain, dan apakah sudah ke dokter (Chua, dkk., 2006). Beberapa metode yang dapat digunakan dalam rangka menggali informasi dari pasien antara lain metode WWHAM (Who is the patient?, What are the symptoms?, How long have the symptoms been presents?, Action taken?. Medication being taken?), ASMETHOD (Age/appearance, Self/someone else, Medication, Extra medication, time symptoms, history, Other accompanying symptoms, Danger symptoms), SITDOWNSIR (Site/location, Intensity/severity, Tipe/nature, Duration, Onset, With other symptoms, Annoyed by, Spread/radiation, Incidence, Relieved by), ENCORE (Explore, No medication option, Care, Observe, Refer, Explain) (Blenkinsopp dan Paxton, 2002). 2.2.2 Rekomendasi Rekomendasi merupakan saran anjuran yang diberikan oleh petugas apotek kepada pasien swamedikasi yaitu dapat berupa rujukan ke dokter ataupun 9

rekomendasi obat. Petugas apotek harus dapat membedakan tingkat keseriusan gejala penyakit yang timbul dan tindakan yang harus diambil sehingga dapat memberikan saran berupa pemberian obat atau rujukan ke dokter. Rekomendasi yang tepat dapat diberikan sesuai dengan patient assessment yang telah ditanyakan oleh petugas apotek. Apoteker dapat memberi rekomendasi rujukan ke dokter jika gejala penyakitnya berat atau parah (Blenkinsopp dan Paxton, 2002). Pada penyakit lambung, rujukan ke dokter diperlukan jika: a. Keluhan tetap dirasakan setelah pengobatan selama 2 minggu b. Kesulitan menelan atau nyeri perut yang menetap setelah melakukan terapi c. Nyeri dada yang menekan, yang mungkin menjalar ke pundak, atau lengan kiri (hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan jantung) d. Muntah berdarah atau buang air besar berdarah (Ditjen POM, RI., 2014). 2.2.3 Informasi obat Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas, dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, teraupetik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain (Menkes RI., 2014). Kerasionalan dalam penggunaan obat sangat dibutuhkan mengingat obat dapat bersifat racun apabila penggunaannya tidak tepat. Hal yang harus dihindari 10

dalam penggunaan obat yang tidak tepat (dosis, indikasi, cara penggunaan, tidak mempertimbangkan kondisi atau riwayat penyakit pasien, dan lain-lain), tidak aman, tidak ekonomis. Kebutuhan informasi obat erat kaitannya dengan pengetahuan dan sikap pengunjung apotek (Lestari, dkk., 2014). Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu penyimpanan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Adapun informasi yang perlu disampaikan oleh apoteker kepada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau bebas terbatas antara lain: a. Khasiat obat: apoteker perlumenerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien. b. Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontraindikasi dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontraindikasi yang dimaksud. c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya. d. Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui anus, atau cara lain. 11

e. Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, apoteker dapat menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera dietiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. f. Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur. g. Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum hilang, padahal sudah memerlukan pertolongan dokter. h. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan. i. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat. j. Cara penyimpanan obat yang baik. k. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa. l. Cara membedakan obat yang masih baik atau sudah rusak (Depkes, RI., 2006). 2.2.4 Informasi non farmakologi Informasi pengobatan penyakit lambung selain mengenai obat, informasi non farmakologi juga penting untuk diberikan oleh petugas apotek kepada pasien karena dapat menunjang keberhasilan terapi. 12

Beberapa informasi non farmakologi penyakit lambung yang dapat diberikan sebagai berikut: a. Berhenti merokok dan membatasi asupan alkohol b. Tidak melakukan aktivitas fisik setelah makan c. Makan tidak kurang dari 3 jam sebelum tidur, sehingga memberikan waktu untuk pengosongan lambung d. Menghindari makanan yang merangsang asam dan gas lambung misalnya minuman berkarbonisasi, kubis, lobak dan lain-lain e. Mengurangi porsi makan dan mengunyah makanan dengan baik f. Tidak tidur larut malam (Ditjen POM RI., 2014; Soeryoko, 2013). 2.3 Obat 2.3.1 Definisi obat Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Menkes RI., 2014). Obat memiliki peranan yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena pada prinsipnya, pencegahan sekaligus penanganan berbagai jenis penyakit tidak bisa terlepas dari tindakan terapi dengan menggunakan obat maupun farmakoterapi(zeenot, 2013). 13

2.3.2 Penggolongan obat Obat dapat dibagi menjadi beberapa macam golongan yaitu: a. Obat bebas Obat bebas merupakan sejenis obat yang bisa secara bebas diperjualbelikan, baik di apotek, toko obat maupun di warung-warung kecil yang biasa menyediakan berbagai jenis obat dan tidak termasuk dalam jenis narkotika dan psikotropika. Obat bebas bisa dibeli tanpa harus menggunakan resep dokter. Obat sejenis ini biasa ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Contohnya: Parasetamol dan Vitamin. Gambar 2.1Penandaan obat bebas b. Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya: CTM. Gambar 2.2Penandaanobat bebas terbatas Selain itu, pada kemasan obat juga tertera peringatan, seperti peringatan yang tertera pada surat Keputusan No.6335/Direktorat Jenderal/SK/69, 14

berupa kotak kecil berukuran 5x2 cm, dengan latar warna hitam dan memuat pemberitahuan yang ditulis dengan menggunakan warna putih. Gambar 2.3 Tanda peringatan yang tertera pada obat bebas terbatas c. Obat Keras dan Psikotropika Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contohnya: Asam Mefenamat, Tetrasiklin, dsb. Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contohnya: Diazepam dan Phenobarbital. Gambar 2.4Penandaanobat keras 15

d. Obat Narkotika Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangnya rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin, Tinctura, dsb. Gambar 2.5Penandaanobat narkotika e. Obat Wajib Apotek (OWA) Obat wajib apotek (OWA) adalah jenis obat keras yang bisa diserahkan tanpa harus menggunakan resep dari dokter. Tujuan OWA adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri, mengatasi ragam bentuk permasalahan yang berhubungan erat dengan kesehatan. Meskipun bisa menyerahkan obat keras dalam jenis OWA tanpa menggunakan resep dari dokter, apoteker pengelola apotek (APA) harus memenuhi persyaratan sebelum menyerahkan obat wajib apotek kepada pasien. Adapun daftar obat wajib apotek terdiri dari daftar obat wajib apotek no 1, 2 dan 3 (Depkes, RI., 2006; Zeenot, 2013). 2.3.3 Penggunaan obat swamedikasi Dalam pelaksanaan swamedikasi, pasien/masyarakat tidak membutuhkan bantuan dari tenaga kesehatan, seperti dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya. Obat yang lazim digunakan untuk pengobatan sendiri biasanya mencakup obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek (OWA) (Zeenot, 2013). 16

Dalam menentukan jenis obat yang akan diberikan kepada pasien swamedikasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: a. Gejala atau keluhan penyakit b. Kondisi khusus misalnya hamil atau menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes melitus, dan lain-lain c. Riwayat alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu. d. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksinya dengan obat yang sedang diminum (Depkes, RI., 2006). Adapun beberapa hal penting yang perlu diperhatikan terkait cara penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, antara lain: a. Pastikan untuk menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas sesuai dengan anjuran yang tertera pada brosur dan etiket b. Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tidak berlaku untuk penggunaan obat secara terus-menerus c. Jika pada sewaktu-waktu terjadi efek samping yang tidak diinginkan pasca menggunakan obat bebas atau obat bebas terbatas, segera lakukan penghentian penggunaan dan segera mungkin untuk menghubungi tenaga kesehatan (Zeenot, 2013). 2.4 Lambung 2.4.1 Anatomi lambung Lambung merupakan organ elastis yang bisa mengecil dan bisa pula membesar sesuai dengan jumlah makanan yang dimasukkan (Soeryoko, 2013), sedangkan menurut Tan dan Rahardja (2010), lambung merupakan sebuah kantong yang berbentuk lonjong, seperti buah alpukat dan letaknya dibagian kiri 17

atas dari rongga perut dan seolah-olah melekat pada sekat rongga badan (diafragma). Pada lambung manusia dibedakan dalam beberapa bagian yaitu cardia (pintu masuk dari esofagus ke dalam lambung), Fundus(bagian atas lambung), korpus (bagian tengah lambung), Antrum (bagian bawah lambung), phylorus (pintu masuk ke dalam duodenum). Fungsi dari lambung adalah menampung dan menyimpan makanan untuk sementara, mencerna makanan menjadi protein dan zat sederhana lainnya, mengahancurkan bakteri dalam lambung. Proses pencernaan makanan dimulai dari mulut, dimana makanan dihaluskan sambil diaduk. Kelenjar air liur mensekresienzim amilase (ptyalin) yang dapat menuraikan karbohidrat. Selanjutnya oleh gerakan peristaltik, makanan masuk ke lambung melalui esofagus lalubercampur dengan getah lambung yang terdiri dari asam hidroklorida dan pepsin. Oleh pengaruh asam ini, makanan yang telah diremas sampai sempurna menjadi bubur (chymus) dapat melewati pylorus masuk ke dalam usus dua belas jari. Didalam usus, chymus dinetralisir oleh cairan alkalis dari getah pankreas dan empedu. Oleh pengaruh enzim pankreas, karbohidrat dan lemak dibentuk menjadi suatu emulsi chymus dengan garam kolat untuk memudahkan penyerapan oleh usus. Di dalam usus besar sebagian air dalam chymus dan garam diserap kembali dan sisanya dikeluarkan melalui dubur sebagai tinja (Tan dan Rahardja, 2010). 2.4.2Jenis-jenis penyakit lambung Semua jenis makanan baik yang kasar maupun yang lembut masuk ke dalam tubuh melalui mulut menuju lambung, karena itu lambung harus bekerja 18

keras untuk melumatkan segala makanan dan menetralkan makanan. Lambung memiliki sifat tidak kebal dengan penyakit. Penyakit lambung memiliki beberapa jenis yaitu: a. Gastritis (Radang lambung) Gastritis merupakan peradangan pada lambung yang terjadi karena tingginya kadar asam lambung maupun iritasi dinding lambung karena zat tertentu. Penyakit gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan kronis. Penyebab gastritis akut terdiri dari stress akut, gastritis erosif kronis, dan gastritis eosinofilik, sedangkan gastrtitis kronis umumnya disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori (Anggita, 2012). b. GERD (Gastroesophageal refluks disease) Penyakit GERD disebabkan oleh aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam esofagus dan sering disebut dengan nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan asam yang normalnya hanya ada di lambung lalu masuk dan mengeritasi atau menimbulkan rasa seperti terbakar di esofagus (Corwin, 2009). c. Tukak lambung Ulkus adalah penyakit lambung yang telah menimbulkan luka bahkan berlubang karena lambung terkikis hingga lapisan dalam. Ulkus terjadi karena beberapa hal seperti: aliran darah kurang cukup, produksi mukus tidak cukup, dan produksi asam lambung yang berlebihan. Beberapa faktor penyebab tukak lambung yaitu, faktor pembawaan, lingkungan, bakteri, efek samping obat, dan sosial (Subekti, 2011) 19

d. Kanker lambung Kanker lambung adalah sejenis kanker saluran cerna dengan insidensi paling tinggi. Kurang lebih 10% dari kanker lambung berupa limfoma, yakni terdiri dari jaringan-jaringan limfoid yang tidak terdapat di lambung sehat. Kanker lambung juga berkaitan erat dengan infeksi H. Pylori. 2.4.3Penyebab penyakit lambung Penyakit lambung tidak muncul secara tiba-tiba melainkan berproses dan perlu waktu serta dapat juga dikenali penyebabnya. Beberapa penyebab penyakit lambung diantaranya yaitu: a. Stress, cemas, dan depresi Stres, cemas, dan depresi adalah kondisi kejiwaan yang tidak nyaman sehingga menyebabkan sulit tidur dan malas makan. Pada keadaan ini, otot perut menjadi tegang sehingga merasa selalu kenyang walaupun belum makan. Akibatnya lambung terjadi iritasi karena tidak ada makanan masuk. b. Makananan dan minuman Makananan dan minuman meruapakan salah satu penyebab terjadinya penyakit lambung. Adapun beberapa makanan yang dapat memicu adalah makanan pedas, asam, dan bergaram (asin) tinggi, sedangkan pada minuman yang berisiko memicu asam lambung adalah minuman kopi, soda, dan alkohol. c. Obat kimia Beberapa jenis obat kimia dapat mengiritasi lambung seperti golongan obat AINS yaitu Aspirin. 20

d. Bakteri Penyakit lambung dapat pula disebabkan karena bakteri yang salah satunya adalah bakteri Helicobacter pyloriyang dapat menyebabkan luka pada lambung. Pada penyakit tukak lambung rata-rata 90% diakibatkan oleh bakteri ini (Soeryoko, 2013). 2.4.4Gejala-gejala penyakit lambung Penyakit lambung memiliki karakteristik mirip dengan penyakit pada umumnya yang memberikan informasi kepada penderitanya. Mereka yang menderita penyakit lambung merasakan beberapa hal sebagai berikut: a. Nyeri ulu hati, terletak di antara dada dan perut yang berbentuk cekung yang merupakan pertemuan esofagus dan lambung. Tempat ini sering nyeri pada saat lapar maupun saat dimasuki makanan. b. Dispepsia, adalah rasa tidak nyaman pada perut bagian atas yang terjadi saat atau setelah makan, mual, dan perut kembung. Rasa nyeri itu berada diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk atau rasa penuh saat mulai makan atau setelah makan. c. Perut kembung, biasanya dikaitkan dengan adanya gas di dalam lambung dimana keluhannya berupa sendawa berlebihan, perut terasa penuh dan tegang akibat gas. d. Mual, rasa mual sering kali menghampiri para penderita lambung bahkan bisa terjadi muntah. Pada keadaan yang berat, muntah dapat berupa cairan berwarna kuning yang rasanya sangat pahit (Soeryoko, 2013; Ditjen POM RI., 2014). 21

2.4.5Terapi farmakologi Menurut Tan dan Rahardja (2010), terapi farmakologi pada penyakit lambung terdiri dari beberapa golongan diantaranya yaitu antasida, antagonis reseptor H2, dan pompa proton inhibitor (PPI). a. Antasida Antasida adalah zat pengikat asam, yang merupakan basa-basa lemah, digunakan untuk mengikat secara kimia dan menetralkan asam lambung. Efeknya adalah peningkatan ph, yang mengakibatkan berkurangnya kerja proteolitis dari pepsin. Obat ini mampu mengurangi rasa nyeri di lambung dengan cepat. Efeknya bertahan 20-60 menit bila diminum pada perut kosong dan sampai 3 jam bila diminum 1 jam setelah makan (Tan dan Rahardja, 2010). Kebanyakan antasida yang tersedia di pasaran merupakan produk zat yang berkhasiat kombinasi antara aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida. Kombinasi juga dimaksudkan untuk mengurangi efek samping masing-masing. Dimana aluminium hidroksida memiliki efek samping konstipasi sedangkan magnesium hidroksida memiliki efek samping laksatif (Ditjen POM, RI., 2014). Contohnya: Lambucid, Mylanta, Bismutsubsitrat b. Penguat motilitas Pada penggolongan obat ini dapat juga dinamakan prokinetika yang merupakan antagonis dopamin, dimana memperkuat peristaltik dan mempercepat pengosongan lambung. Contohnya: Domperidon 22

c. Penghambat sekresi asam 1. Antagonis reseptor H2 Obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensialseperti tukak peptik. Mekanisme kerjanya memblokir efek histamin pada sel parietal sehingga tidak dapat dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung. Contohnya: Ranitidine, Simetidin, Famotidin, Roksatidin dan Nizatidin. 2. Pompa proton inhibitor (PPI) Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja enzim K + H + ATPase yang akan memecah energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam HCL dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung. Contohnya: Omeparazol, Lansoprazol, Pantoprazol, Osemoprazol. d. Penangkal kerusakan mukus 1. Analog Prostaglandin Golongan obat analog prostaglandin E 2 dan I 2 dihasilkan oleh mukosa lambung yang dapat secara langsung menghambat sel parietal. Contohnya: Misoprostol. 2. Sukralfat Sukrafat terjadi pada kondisi kerusakan disebabkan oleh asam, hidrolisis protein mukosa yang diperantai oleh pepsin turut berkontribusi terhadap terjadinya erosi dan ulserasi mukosa. Karena diaktivasi oleh asam, maka disarankan agar sukralfat digunakan pada kondisi lambung kosong, satu jam sebelum makan. 23

2.4.6 Terapi non farmakologi Selain terapi farmakologi obat terdapat pula terapi non farmakologi yang penting dianjurkan oleh petugas apotek terhadap pasien swamedikasi sehingga hasil terapi yang optimal dapat diperoleh. Menurut Anggita (2012),terapi non farmakologi pada penyakit lambung dapat dilakukan dengan beberapa carayaitu: a. Istirahat Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan karena banyak tuntutan aktivitas yang membuat otak bekerja lebih keras. Hal ini akan menimbulkan saraf otak menjadi menegang sehingga produksi asam lambung akan meningkat secara drastis. Istirahat tidur pada malam hari diusahakan ±8 jam dan pada siang hari dapat beristirahat dengan berbaring atau duduk rileks selama ± 1 jam. b. Diet Dasar diet yang dianjurkan adalah makan sedikit dengan frekuensi berulang. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang mudah dicerna, tidak merangsang peningkatan asam lambung dan dapat menetralisir asam HCL (Anggita, 2012). Mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh cukup merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak jenis ini lebih mudah dicerna. Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi sering, dan hindari makan secara berlebihan (Pratiwi, 2013). c. Makanan dan minuman Pada derita gastritis sebaiknya menghindari makanan yang bersifat merangsang, diantaranya makanan berserat dan penghasil gas, maupun banyak mengandung bumbu dan rempah. Selain itu, pasien juga harus menghindari alkohol, kopi, dan minuman ringan. Dan perlu juga memperhatikan tehnik 24

memasaknya, direbus, dikukus, dan dipanggang adalah tehnik memasak yang dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan makanan tidak dianjurkan (Pratiwi, 2013). d. Gaya hidup Menurut buku Nutrition and Diet Therapydikatakan bahwa seorang yang menderita gangguan lambung disarankan untuk tidak merokok, mengurangi konsumsi minuman beralkohol. Merokok dapat menyebabkan terhambatnya rasa lapar, berkurangnya jumlah nutrient dan oksigen dan dapat merangsang keluarnya asam lambung berlebihan, sedangkan alkohol dapat menstimulasi keluarnya asam lambung yang sangat asam meskipun tidak ada makanan di dalam lambung (Anggita, 2012). 25