BAB II STUDI PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara terminologi kedokteran abortus ialah suatu keadaan yang tidak

Tugas Biologi Reproduksi

BAB II TINJAUAN TEORI

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp

Yayan A. Israr, S. Ked Christopher A.P, S. Ked

sekresi Progesteron ACTH Estrogen KORTISOL menghambat peningkatan sintesis progesteron produksi prostaglandin

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang diawali terjadinya ketuban pecah dini. Akan tetapi sulit menentukan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa salah satunya diukur dari besarnya angka kematian (morbiditas). Makin

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB IV METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

INDUKSI PERSALINAN. Kanadi Sumapradja.

BAB I PENDAHULUAN. menantikannya selama 9 bulan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan suatu. negara. AKI di dunia secara global sebesar 216/ kelahiran hidup.

Misoprostol Cytotec Serly Dan Mifeprestone Mifeprex Obat Terlambat Haid

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila :

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah

PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF. Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf

MASALAH. Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu. sebelum proses persalinan berlangsung.

Persalinan adalah Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta

BAB I PENDAHULUAN. rahim, tanpa rasa sakit dan koordinasi yang di sebut Braxton Hiks. Kontraksi ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan sangat membahagiakan setiap keluarga. Maka segala dukungan moral dan. kesejahteraan ibu dan janinnya. (Maryunani, 2010).

MISOPROSTOL UNTUK INDUKSI PERSALINAN PADA KEHAMILAN ATERM

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB IV METODE PENELITIAN

Mekanisme Persalinan Normal. Dr. Iskandar Syahrizal SpOG

ASUHAN KALA I PARTOGRAF. By : ADE. R. SST

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MISOPROSTOL DOSIS 50 µg DAN DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

insulin dan memiliki rumus empiris C267H404N72O78S6 dan berat molekul Insulin glargine memiliki struktur sebagai berikut :

EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Insidensi di negara berkembang sekitar 5-9 % (Goldenberg, 2008).

Perdarahan Antepartum No Revisi 0/0. Batasan. Perdarahan dari jalan lahir pada kehamilan >20 minggu sampai sebelum janin lahir. I.

BAB I PENDAHULUAN. sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Section Caesarea

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia lebih dari ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin. Di

4/5/2011. Oleh. Riwayat kesehatan Pemeriksaan fisik Pemeriksaan psikologis Laboratorium : Ht, gol darah dan Rh.

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Cara Induksi. Induksi persalinan secara operaif/indakan. Membrane stripping

BAB I PENDAHULUAN. memperlihatkan bahwa kelahiran caesar darurat menyebabkan risiko kematian

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi menular dan penyakit

Atonia Uteri. Perdarahan post partum dpt dikendalikan melalui kontraksi & retraksi serat-serat miometrium

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak meningkat pada kasus persalinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo,

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Poin ke 5 dalam Milenium Development Goals (MDG) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar bealakang. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat

Persalinan Preterm. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran bayi. Perasaan negatif meliputi rasa cemas dan takut dengan persalinan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

BAB I PENDAHULUAN. Proses persalinan merupakan proses kompleks untuk. menggunakan alat dan persalinan operatif yaitu Sectio Caesaria (SC).

Patofisiologi. ascending infection. Infeksi FAKTOR LAIN. infeksi intraamnion. Pembesaran uterus kontraksi uterus dan peregangan berulang

Preeklampsia dan Eklampsia

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

Dinamika Kesehatan Vol. 7 No. 2 Desember 2016 Salmarini, et. al., Faktor-faktor yang...

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Alfi Yasmina

ISSN No Media Bina Ilmiah 29

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

PENGISIAN PARTOGRAF. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Induksi Persalinan a. Pengertian Induksi persalinan adalah suatu upaya atau intervensi yang dilakukan untuk memulai persalinan pada saat sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan cara merangsang timbulnya kontraksi uterus. Pengertian lain dari induksi persalinan, yaitu proses dimulainya terjadi kontraksi uterus dengan bantuan farmakologi medis atau tindakan medis sebelum onset persalinan normal. Pemberian induksi persalinan sebaiknya dengan mempertimbangkan keuntungan serta kerugian yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi (1,7,12). Waktu yang baik untuk dilakukan induksi persalinan adalah pada saat serviks sudah atau mulai matang, yaitu saat kondisi serviks yang sudah lembek, dengan pendataran minimal 50%, dan pembukaan seviks satu jari. Metode yang sering digunakan untuk menilai kematangan serviks adalah skor bishop. Selain karena pemakaiannya yang mudah, metode ini juga dapat memprediksikan nilai yang paling tepat untuk mengevaluasi kematangan serviks. Penilaian skor bishop meliputi pembukaan serviks, pendataran, penurunan kepala, konsistensi, dan posisi dari serviks. Nilai terendah adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 13. Apabila nilai kurang dari 5 menunjukkan bahwa serviks belum matang, hal ini juga menunjukkan adanya kemungkinan terjadinya kegagalan induksi, sehingga perlu dilakukan pematangan serviks terlebih dahulu (7,13).

Tabel 2. Skor Bishop (14) Faktor Nilai 0 1 2 3 Pembukaan serviks (cm) 0 1-2 3-4 5-6 Penipisan serviks 0-30% 40-50% 60-70% >80% Penurunan bag. Bawah -3-2 -1 0 +1 - +2 janin Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak - Posisi serviks posterior Medial anterior - Indikasi dilakukannya induksi persalinan, yaitu penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsia dan eklamsia, ketuban pecah dini, kematian janin dalam kandungan, diabetes melitus, penyakit ginjal berat, cacat bawaan, pendarahan antepartum, dan keadaan gawat janin atau gangguan pertumbuhan janin. Sedangkan induksi persalinan kontraindikasi pada keadaan disproporsi sefalopelvik dan ibu menderita penyakit jantung berat (7). Syarat dilakukannya induksi persalinan, yaitu presentasi harus kepala, usia kehamilan mendekati masa aterm, kepala bayi harus sudah memasuki panggul, serviks sudah matang dengan serviks sudah mendatar, panjang kurang dari 1,3 cm, lunak, sudah membuka untuk dimasuki minimal 1 jari dan baiknya 2 jari, dan maturitas janin (15). a. Persalinan Persalinan adalah serangakian proses pengeluaran janin hingga pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. proses persalinan terdiri dari kala pertama, kala kedua, dan kala ketiga. Pada persalinan kala aktif, kecepatan dilatasi serviks paling lambat adalah 1 cm/jam. Persalinan kala pertama terbagi atas fase laten dan fase aktif. Pada awal fase laten, kontraksi uterus tidak menyebabkan rasa nyeri dan tidak mengganggu pasien. Fase laten akan berlanjut, menyebabakan kontraksi lebih kuat dan sering, namun dilati serviks lambat. Pada akhir fase laten, ketuban dapat pecah secara spontan (16). Fase aktif, kondisi serviks akan membuka lebih cepat dan kemajuan persalinan normal apabila kecepatan dilatasi 0,5 1 cm/jam. Pada akhir fase aktif,

pasien akan merasakan nyeri yang hebat dan ingin mnegejan. Persalinan kala pertama berlangsung lebih dari 10 jam, maka persalinan harus segera dilakukan secara seksio sesaria. Persalinan kala kedua dimulai ketika serviks telah membuka lengkap dan berakhir dengan kelahiran janin. Pada kala kedua, kontraksi uterus akan lebih sering dan kuat, janin didorong paksa untuk keluar melalui jalan lahir (16). Persalinan kala ketiga adalah fase kelahiran bayi hingga pengeluaran plasenta dan selaput ketuban. Lama peralinan dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor, seperti usia ibu, paritas, pengetahuan ibu mengenai proses melahirkan, besarnya janin, dan posisi janin di dalam uterus. Pada pasien nullipara (primigravida), membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pasien multipara. Pada pasien nullipara membutuhkan waktu 14 jam untuk mencapai kala III, dan pada pasien multipara membuutuhkan waktu 8 jam (16). b. Pematangan serviks Pada saat awal kehamilan, sekitar trimester pertama, terjadi perubahan jaringan ikat pada serviks. Selama trimester kedua kehamilan, secara fisik, serviks akan menjadi lunak. Pelunakan serviks dapat dinilai menggunakan pengukuran fisik dari sifat mekanis serviks, yaitu menggunakan cervicotonometer, yang memungkinkan pengukuran distensibility serviks manusia selama kehamilan. Perubahan yang terjadi pada sifat mekanis serviks akan meningkat pada akhir masa kehamilan. Pada banyak kasus, hal ini menunjukkan bahwa serviks sudah lembut dan matang ketika dimulainya kontraksi persalinan secara spontan (17).

Perubahan sifat mekanis serviks (17,18) : Perubahan jaringan ikat Peningkatan prostaglandin: pelepasan sitokin pro-inflamasi, infiltrasi dengan sel darah putih Enzim degradatif (kolegenase, metriks metalloproteinase (MMP)) teraktifasi Penurunan konsentrasi kolagen dan perubahan molekul membentuk fibril kolagen (glukosaminoglikan) Konsentarsi asam hialuronat (menahan air) meningkat Terjadinya peningkatan hidrasi jaringan fibril kolagen menjadi padat selama kehamilan, akibatnya serat kolagen jarang dan tidak teratur c. Mekanisme Induksi Persalinan Induksi persalinan sangat baik dilakukan saat serviks telah matang. Ketika induksi dilakukan saat serviks belum matang, hal ini dapat menyebabkan penigkatan komplikasi. Ada berbagai cara untuk melakukan induksi, yaitu cara kimiawi atau farmakologsi, cara mekanis, dan kombinasi antara cara keduanya. Pada umumnya, awal induksi persalinan dilakukan dengan cara farmakologis, yaitu dengan cara memberikan obat untuk membantu kontraksi uterus. Obat-obat yang dapat yang membantu kontraksi uterus, yaitu oksitosin, prostaglandin, dan injeksi larutan hipertonik intraamnion (3,7). Prostaglandin (PG) memiliki peran yang sangat penting dalam proses kelahiran karena mampu mendorong kontraksi uterus dan pematangan serviks. Prostaglandin dari kelompok E dan F memiliki efek stimulasi yang sangat kuat terhadap myometrium. Pada subjek uji tikus, PGE2 dapat menyebabkan perubahan pada distribusi GAG, sehingga meningkatkan asam hialuronat dan kadar air yang menyebabkan terjadinya pematangan serviks (15,17).

Prostaglandin E2 telah terdaftar sebagai induksi persalinan di banyak negara. Negara-negara berkembang, harga PGE2 sangat mahal dan sangat sensitif terhadap perubahan suhu, sehingga harus disimpan dalam pendingin. Dibandingkan dengan PGE2, PGE1 (misoprostol) memiliki beberapa keunggulan, yaitu stabil pada suhu kamar, relatif murah, dan dapat diberikan melalui berbagai rute (oral, vagina, sublingual, rektal, dan bukal). Sehingga, penggunaan misoprostol lebih banyak digunakan sebagai induksi persalinan (3,19,20). Seperti prostaglandin lainnya, misoprostol dapat menimbulkan kontraksi myometrium pada uterus dan pematangan serviks. Selain itu, misoprostol juga dapat meningkatkan konsentrasi Ca 2+ bebas di intraseluler, sehingga menyebabkan terjadinya interaksi antara aktin dan myosin terfosforilasi. Pada saat yang sama, terjadi gap junction myometrium pada uterus yang membantu memudahkan terjadinya kontraksi terkoordinasi (21). 2.1.2 Misoprostol Misoprostol merupakan sebuah analog prostaglandin E 1 yang secara oral digunakan untuk mencegah dan mengobati kerusakan saluran cerna. Tablet misoprostol berwarna putih dan berbentuk bikonveks 10-11 mm. Memiliki inti yang mengandung 50 mg natrium diklofenak dan dikelilingi oleh lapisan luar yang mengandung misoprostol 200 mg. Susunan kimiawi misoprostol, yaitu C 22 H 38 O 5 dengan nama kimiawi Methyl 7-{3-hydroxy-2-{(E)-4-hydroxy-4- methyloct-enyl}-5-oxocyclopentyl}heptanote. (20,22) Gambar 2.1 Struktur Kimia Misoprostol dan PGE 1 alami (22) Misoprostol dipasarkan sejak tahun 1985 dan telah diterima di lebih 80 negara yang dikenal dengan nama Cytotec. Dibandingkan dengan analog prostaglandin yang lain, misoprostol memiliki beberapa manfaat, yaitu tidak

memiliki efek pada bronkus dan pembuluh darah, dapat digunakan secara oral, vaginal, sublingual, bukal atau rektal. Pada dosis tertentu dapat menyebabkan diare dan gemetar yang dapat sembuh dengan sendirinya, serta harganya yang murah. Namun kini misoprotol banyak digunakan sebagai off-label untuk berbagai indikasi, termasuk aborsi, induksi persalinan, pematangan serviks, dan mengatasi pendarahan postpartum (24,25). a. Farmakokinetika Rute pemberian misoprostol, yaitu dapat melalui oral, vaginal, rektal, bukal, dan sublingual. Studi farmakokinetika meliputi konsentrasi puncak (Cmax), waktu untuk mencapai konsentrasi puncak (Tmax), dan daerah di bawah konsentrasi serum terhadap kurva waktu (AUC). Cmax menggambarkan kemampuan obat dapat diserap oleh tubuh, Tmax merupakan kecepatan obat dapat diserap, dan AUC merupakan gambaran bioavailabilitas yang menunjukkan jumlah paparan obat dan menilai kualitas medis suatu obat. 1. Misoprostol oral Misoprostol secara oral dapat cepat diabsorbsi yang kemudian membentuk asam misoprostol dan metabolit aktif. Konsentrasi plasma puncak (Cmax) dicapai lebih lambat dan mampu bertahan hingga 4 jam. Pada pemberian misoprostol 400 mcg dosis tunggal secara oral, kadar misoprostol dalam plasma mencapai puncak pada sekitar 30 menit kemudian menurun cepat setelah 120 menit. Pemberian misoprostol bersamaan dengan makanan atau antasid dapat menurunkan kecepatan absorbsi misoprostol sehingga memperlambat dan menurunkan konsentrasi plasma puncak metabolit aktif. Waktu paruh (T 1/2 ) untuk eliminasi melalui urin yaitu sekitar 20-40 menit (23). 2. Misoprostol vaginal Peningkatan konsentrasi plasma pada pemberian secara vaginal terjadi secara bertahap dan mencapai level maksimal setelah 70-80 menit, kemudian menurun secara perlahan. Kadar misoprostol dalam plasma masih terdeteksi setelah 6 jam pemberian. Berdasarkan nilai AUC, bioavailabilitas per vaginal lebih baik dibandingkan per oral. Namun absorbsi misoprostol per vaginal bervariasi pada setiap wanita, hal ini disebabkan perbedaan jumlah dan ph

lendir vagina. Pada pemberian secara sublingual, misoprostol tidak mengalami metabolisme oleh hati sehingga konsentrasi maksimal dapat dicapai dalam waktu singkat. Pada penelitian-penelitian sebelumnya, pemberian misoprostol secara vaginal memiliki efektifitas yang lebih baik dibandingkan pemberian per oral (23). 3. Misoprostol sublingual Konsentrasi puncak yang dapat dicapai pada pemberian secara sublingual sama dengan pemberian secara oral, yaitu sekitar 30 menit. Rute sublingual membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk diabsorbsi. Pada pemberian 400mcg misoprostol secara sublingual, konsentrasi puncak dalam plasma lebih tinggi dibanding pemberian oral dan vaginal. Konsentrasi puncak yang tinggi disebabkan oleh penyerapan yang cepat melalui mukosa sublingual serta tidak terjadi metabolisme pertama di hati. Nilai AUC pada pemberian misoprostol secara sublingual memiliki nilai yang mirip dengan per vaginal (23). 4. Misoprostol bukal Pada rute bukal menunjukan nilai AUC dan konsentransi puncak lebih rendah serta memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan rute sublingual, namun absorbsi obat secara bukal dan sublingual sama (25). Tmax pada pemberian bukal yaitu 75 menit, mirip dengan rute vaginal, namun bioavailabilitas pada pemberian bukal hanya setengah dari pemberian vaginal. Selain itu bentuk kurva absorbsi pemberian secara bukal juga mirip dengan vaginal, namun kadar obat dalam plasma dicapai lebih rendah dalam waktu 6 jam (23). 5. Misoprostol rektal Pada pemberian misoprostol secara rektal, bentuk kurva absorbsi mirip dengan pemberian vaginal, namun konsentrasi puncak maksimum dan bioavailabilitas rektal hanya sepertiga dari vaginal. Tmax pada pemberian per rektal adalah sekitar 40-65 menit. Namun pemberian misoprostol per rektal masih jarang digunakan pada praktek medis (23). Misoprostol sangat cepat diabsorbsi dan sangat mudah larut serta mengalami esterfikasi yang cepat menjadi asam lemak. Kemampuan absorbsi misoprostol pada berbagai rute pemberian memiliki hubungan dengan kejadian

efek samping yang lebih tinggi. Rute sublingual dengan Cmax tertinggi memiliki efek samping yang lebih tinggi dibandingkan dengan rute pemberian yang lain. Misoprostol diekskresikan melalui ginjal sekitar 80%, melalui fases 15%, dan sekitar 1% akan diekskresikan melalui urin (5,22). b. Kesesuaian Dosis Misoprostol secara off-label digunakan sebagai induksi persalinan. Pemberian misoprostol pada dosis yang berbeda akan menimbulkan efek yang ditimbulkan juga berbeda. Sebagai obat anti ulkus peptik, misoprostol diberikan 200 mcg secara oral setiap 6-12 jam sehari. Pada dosis 400 mcg pervaginal dengan interval 4 jam dapat menimbulkan efek abortus pada ibu hamil. Sebagai induksi persalinan misoprostol diberikan dosis 25 mcg setiap 3-6 jam (11). Dosis total pemberian misoprostol dalam sehari, yaitu 100 200 mcg. World Health Organization (WHO) merekomendasikan dosis dan interval waktu pemberian misoprostol sebagai induksi persalinan. WHO merekomendasikan 25mcg/2jam untuk per oral dan 25mcg/6jam per vaginal. Pada sebuah artikel obstetric and gynecology, misoprostol untuk melunakkan serviks dan induksi persalinan dapat diberikan 25 mcg secara vaginal setiap 4 6 jam. Pada penelitian lain, pemberian misoprostol secara vaginal, yaitu 25 50 mcg setiap 4-6 jam. SOGC Guidelines merangkum beberapa penelitian yang membandingkan misoprostol dosis 25 mcg dan 50 mcg. Pemberian misoprostol dosis 50 mcg memiliki efektivitas yang baik dibandingkan dosis 25 mcg, namun menimbulkan efek takisistol yang lebih besar. Induksi persalinan diberikan dalam waktu 24 hingga 48 jam. Induksi persalinan dikatakan memiliki efektivitas yang baik jika mampu menginduksi kurang dari 24 jam. Persalinan yang terjadi lebih dari 24 jam memiliki resiko terkena infeksi lebih besar (3).

Gambar 2.2. Rekomendasi Pemberian Misoprostol(12)

2.2 Keterangan Empiris Penggunaan induksi persalinan di Indonesia meningkat mencapai 10-20% dari seluruh persalinan. Penggunaan induksi persalinan di RSU Wates Yogyakarta pada tahun 2011 telah mencapai 29,24% dari total persalinan pervaginam. Pasien yang mendapatkan misoprostol, sebesar 81% pasien melahirkan dalam waktu 24 jam, sementara pada pasien yang mendapatkan oksitosin hanya 62%. Persalinan pervaginam terjadi pada 81% kelompok misoprostol dan 64% pada kelompok oksitosin. Pasien ketuban pecah dini di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2002, diberikan misoprostol oral 87,50% dan misoprostol vaginal 80,70%. Pemberian misoprostol dapat menurunkan resiko seksio sesaria sebesar 47% (1,5,6). 2.3 Kerangka Konsep Induksi Misoprostol Inklusi: 1. Mendapatkan misoprostol 2. Persalinan pervaginam Eksklusi: 1. Rekam medis tidak lengkap 2. Riwayat operasi sesar 3. Janin IUFD Variabel bebas: - Rute pemberian - Pemberian misoprostol Variabel tergantung: Efektifitas misoprostol