BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hemodialisa merupakan salah satu metode pengobatan gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI UPT WREDHA BUDI DHARMA PONGGALAN GIWANGAN UMBULHARJO YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB 1 PENDAHULUAN. secara progresif dan ireversibel, saat ini angka kejadian gagal ginjal kronik

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Black & Hawks, 2009; Smaltzer & Bare, 2008; Sudoyo dkk, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita.

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

GANGGUAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN HEMODIALISIS


BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman positif maupun negatif tidak dapat dilepaskan dalam. kehidupan seseorang. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. seperti sekarang ini, kualitas tidur yang baik jarang dimiliki oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. hingga berada dalam kondisi yang optimal (Guyton & Hall, 2007).

BAB V PEMBAHASAN. minggu mengalami perbaikan pada kualitas tidur dalam studi ini. Perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengalami penurunan tetapi terjadi peningkatan jumlah

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu penyakit berbahaya yang menjadi

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas, setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco & Barros (2012), mendefinisikan tidur sebagai suatu kondisi dimana proses pemulihan harian terjadi. Tidur merupakan sebuah perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu yang ditandai dengan penyediaan waktu untuk perbaikan dan kesembuhan sistem tubuh dengan cara memperoleh tidur yang cukup (Potter & Perry, 2006). Kebutuhan tidur yang tidak tercukupi akan menyebabkan terjadinya gangguan tidur. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat, termasuk pada pasien yang menjalani hemodialisis. Angka kejadian gagal ginjal di dunia berdasarkan Badan Kesehatan Dunia/WHO (2010) adalah lebih dari 500 juta orang dan yang bergantung pada hemodialisis sebanyak 1,5 juta orang. Insiden dan prevalensi gagal ginjal kronik meningkat sekitar 8% setiap tahunnya di Amerika Serikat (Sudoyo, dkk, 2009). Sedangkan di Indonesia menurut PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia), pada tahun 2007 terdapat sekitar 70.000 orang penderita gagal ginjal kronik dan hanya 13.000 orang yang menjalani hemodialisis (Suharjono, 2010). Berdasarkan profil RSUP DR. M. Djamil Padang terdapat peningkatan pasien yang menjalani 1

2 hemodialisis setiap tahun yaitu pada tahun 2011 sebanyak 7.556 orang, 2012 sebanyak 8.365 orang dan pada tahun 2013 menjadi 9.180 orang. Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti untuk menggantikan sebagian kerja atau fungsi ginjal dalam mengeluarkan sisa hasil metabolisme dan kelebihan cairan serta zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh. Pada gagal ginjal kronik hemodialisis dilakukan secara rutin (2-4 kali seminggu) selama 2-5 jam (Rahardjo, dkk, 2007). Ketergantungan pasien terhadap mesin hemodialisis merupakan stressor yang dapat menimbulkan depresi pada pasien hemodialisis dengan prevalensi 15-69%. Kondisi depresi dapat mempengaruhi fisik pasien sehingga timbul fatigue dan gangguan tidur (Septiwi, 2013). Gangguan tidur dialami oleh setidaknya 50-80% pasien yang menjalani hemodialisis (Merlino, dkk, 2006; Kosmadakis & Medcalf, 2008). Sabry, dkk (2010) dalam penelitiannya mengenai Sleep disorders in haemodialysis patient menjelaskan bahwa prevalensi gangguan tidur pada 88 pasien hemodialisis kronis selama 4 bulan adalah 79,5%, dan gangguan tidur yang paling umum adalah insomnia (65,9%), diikuti oleh RLS/Restless Leg Syndrom (42%), obstructive sleep apnea syndrome/osas (31,8%), mendengkur (27,3%), excessive daytime sleepiness/eds (27,3%), narkolepsi (15,9 %), dan tidur berjalan (3,4%). Insomnia berkorelasi dengan anemia, kecemasan, depresi dan RLS. RLS berkorelasi dengan hipoalbuminemia, anemia, hiperfosfatemia. EDS berkorelasi dengan OSAS, mendengkur, dan kekhawatiran sosial.

3 Gangguan tidur pada pasien hemodialisis mempengaruhi kualitas tidur dari segi tercapainya jumlah atau lamanya tidur. Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur (Hidayat, 2006) yang dapat ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidur pada malam hari, seperti kedalaman tidur, kemampuan untuk tetap tertidur, kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis (Lai, 2001 dalam Wavy, 2008). Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang (Potter & Perry, 2006). Kualitas tidur pada pasien hemodialisis dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor biologis (De Santo, dkk, 2008), fakor psikologis (Unruh, dkk, 2006) dan faktor dialisis (Merlino, dkk, 2006; Unruh, dkk, 2006). Kualitas tidur yang buruk akan berdampak pada aktifitas keseharian individu, seperti komponen fisik dan kehidupan mental (Turkmen, dkk, 2012), penurunan kinerja (Tsay, Rong dan Lin, 2003), disfungsi kognitif dan memori (Kang dkk, 2012), menurunnya kemampuan untuk membuat keputusan dan berkonsentrasi dalam aktivitas harian serta meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2006). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur termasuk pada pasien yang menjalani hemodialisis (Tsay, Rong dan Lin, 2003) seperti obat komplementer/alternatif, suplemen herbal, intervensi perilaku seperti terapi relaksasi, serta dengan terapi farmakologis (Yeung dkk, 2012). Terapi

4 farmakologis yaitu terapi dengan menggunakan obat-obatan seperti golongan obat hipnotik, antidepresan, terapi hormone melatonin dan agonis melatonin, antihistamin serta antisedatif. Sedangkan, terapi non farmakologis yang sering digunakan salah satunya adalah teknik relaksasi. Menurut Potter & Perry (2006) relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan stres. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, cemas dan kurangnya kebutuhan tidur, serta marah yang ditunjukkan. Relaksasi dapat dilakukan pada individu atau kelompok dan dibutuhkan kontrol perasaan serta lingkungan. Salah satu teknik relaksasi yang ditoleransi lebih baik oleh pasien hemodialisis yang mengalami gangguan tidur adalah Teknik Relaksasi Benson (Rambod, dkk, 2013). Teknik relaksasi benson diidentifikasi oleh Benson (2000) dapat menyelesaikan relaksasi semua otot dan merupakan upaya untuk memusatkan perhatian pada suatu fokus dengan menyebut berulang-ulang kalimat ritual dan menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu (Green dan Setyawati 2005). Teknik relaksasi benson dapat menurunkan kecemasan, mengatasi serangan hiperventilasi, mengurangi sakit kepala, nyeri punggung, angina pektoris, hipertensi, gangguan tidur dan mengurangi stres (Benson, 2000). Kelebihan dari teknik ini merupakan salah satu metode yang hemat biaya dan mudah digunakan serta tidak memiliki efek samping (Rambod, dkk, 2013).

5 Teknik relaksasi benson merupakan teknik latihan nafas. Dengan latihan nafas yang teratur dan dilakukan dengan benar, tubuh akan menjadi lebih rileks, menghilangkan ketegangan saat mengalami stress dan bebas dari ancaman. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar pituitary juga menghasilkan endorphin sebagai neurotransmitter. Dengan meningkatnya enkephalin dan endorphin, pasien akan merasa lebih rileks dan nyaman dalam tidurnya sehingga kualitas tidur pasien menjadi baik (Taylor, 1997 dalam Risnasari, 2005). Penelitian mengenai teknik relaksasi benson telah dilakukan oleh Masoume Rambod, dkk (2013) dengan judul The Effect of Benson s Relaxation Technique on the Quality of Sleep of Iranian Hemodialysis Patient: A Randomized Trial dengan hasil menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol pasien hemodialisis yang mengalami gangguan tidur mengenai perubahan nilai rata-rata dari Pittsburgh Sleep Quality Indeks (PSQI), seperti gangguan tidur, disfungsi siang hari, penggunaan obat tidur, dan kualitas tidur subyektif serta skor PSQI secara keseluruhan pada minggu ke-8 intervensi (p <0,05). Penelitian lain juga dilakukan oleh Anggrasari (2013) dalam penelititannya Pengaruh Teknik Relaksasi Benson Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Tidur Pada

6 Lansia menunjukkan sebagian besar lansia kebutuhan tidurnya relatif kurang sebelum dilakukan latihan teknik relaksasi benson. Kebutuhan tidur pada lansia sesudah dilakukan latihan teknik relaksasi benson menunjukkan kebutuhan tidur yang baik sebanyak 50% dan kebutuhan tidur cukup sebanyak 50%. Penelitian serupa juga dilakukan Muhammad, dkk (2013) terhadap kualitas tidur lansia dan menunjukkan kualitas tidur lansia sebelum dilakukan teknik relaksasi benson seluruhnya tidak terpenuhi sebanyak 25 responden. Kualitas tidur lansia sesudah dilakukan teknik relaksasi Benson terpenuhi sebanyak 19 responden. Survei awal peneliti pada bulan Mei 2014 di Unit Hemodialisis RSUP Dr. M. Djamil Padang didapatkan hasil wawancara terpimipin terhadap 10 orang pasien yang menjalani hemodialisis, bahwa 7 dari 10 pasien mengatakan memiliki kualitas tidur yang buruk secara keseluruhan. Selama seminggu terakhir, 3 orang diantaranya mengatakan tidak dapat bernafas dengan nyaman saat akan tertidur. 5 orang diantaranya menyatakan lebih dari 30 menit untuk memulai tertidur dan menggunakan obat tidur untuk membantu tidur, dan 7 pasien mengatakan bangun terlalu cepat di pagi hari. Berdasarkan fenomena dan hasil survei di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Teknik Relaksasi Benson terhadap Skor Kualitas Tidur pasien yang menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUP Dr. M. Djamil Padang.

7 B. Penetapan Maslah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah bagaimana pengaruh Teknik Relaksasi Benson terhadap skor kualitas tidur pada pasien yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUP Dr. M. Djamil Padang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi benson terhadap skor kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran skor kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis sebelum diberikan Teknik Relaksasi Benson di unit Hemodialisis RSUP Dr. M. Djamil Padang. b. Mengetahui gambaran skor kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis setelah diberikan Teknik Relaksasi Benson di unit Hemodialisis RSUP Dr. M. Djamil Padang. c. Mengetahui pengaruh Teknik Relaksasi Benson terhadap skor kualitas tidur pasien yang menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUP Dr. M. Djamil Padang.

8 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada perawat Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang khususnya di Unit Hemodialisis menambah informasi perawat mengenai alternatif untuk meningkatkan kualitas tidur pasien dengan teknik relaksasi benson dan juga memenuhi tugas perawat dalam pengidentifikasian dan penanganan gangguan tidur pasien. 2. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti terutama mengenai pengaruh teknik relaksasi benson terhadap kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis. 3. Bagi Pasien yang menjalani hemodialisis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan dapat diterapkan oleh pasien mengenai terapi relaksasi benson dalam meningkatkan kualitas tidur pasien sehari-hari.