PERANCANGAN MESIN UJI LELAH BAJA POROS DENGAN PEMBEBANAN PUNTIR DINAMIS

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN ELEMEN MESIN RESUME JURNAL BERKAITAN DENGAN POROS

I. PENDAHULUAN. untuk diperkirakan kapan terjadinya, dan tidak dapat dilihat secara kasat mata

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

ANALISA KUAT LELAH KUNINGAN YELLOW BRASS C85700 PADA MESIN UJI ROTARY BENDING

I. PENDAHULUAN. Logam merupakan material kebutuhan manusia yang banyak penggunaannya

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan estimasi waktu penelitian dikisarkan

KAJI EKSPERIMEN PENINGKATAN UMUR LELAH POROS BERALUR DENGAN PENAMBAHAN ALUR BANTU

Analisis Kegagalan pada Shaft Gearbox Mesin Palletizer di PT Holcim Tbk Tuban

ANALISA PERPATAHAN RODA GIGI TERHADAP MISSLIGNMENT GEAR BOX KILN INDARUNG V PT. SEMEN PADANG

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

I. PENDAHULUAN. Baja karbon AISI 1045 adalah jenis baja yang tergolong dalam baja paduan

BAB VI POROS DAN PASAK

DESIGN UNTUK KEKUATAN LELAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. akibat beban berulang ini disebut patah lelah (fatigue failures) karena

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

I. PENDAHULUAN. Baja adalah sebuah senyawa antara besi (Fe) dan karbon (C), dimana sering

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

HUBUNGAN SIKLUS PUTARAN DAN BEBAN TERHADAP KEKUATAN BAHAN PADA UJI FATIK BENDING

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

ANALISIS SIMULASI UJI IMPAK BAJA KARBON SEDANG (AISI 1045) dan BAJA KARBON TINGGI (AISI D2) HASIL PERLAKUAN PANAS. R. Bagus Suryasa Majanasastra 1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komponen mesin yang terbuat dari baja ini contohnnya poros, roda gigi dan

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH BENTUK TAKIKAN (NOTCHED) PADA POROS BAJA KARBON ST. 60 AKIBAT BEBAN TARIK

Tujuan Pembelajaran:

Waktu Tempering BHN HRC. 1 jam. Tanpa perlakuan ,7. 3 jam ,7. 5 jam

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB I PENDAHULUAN. baja HQ705 (High Quality) untuk komponen konstruksi permesinan. Baja HQ705

BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013

Materi #2 TIN107 Material Teknik 2013 SIFAT MATERIAL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Mesin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Gambar 1.1. Rear Axle Shaft pada mobil diesel disambung dengan pengelasan. (

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KEKUATAN PUNTIR DAN KEKUATAN LENTUR PUTAR POROS BAJA ST 60 SEBAGAI APLIKASI PERANCANGAN BAHAN POROS BALING-BALING KAPAL

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

ANALISIS MESIN PEMOTONG BAGIAN ATAS GELAS PLASTIK

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

KARAKTERISTIK LELAH BAJA POROS DIN 42CrMo4 BERTAKIK U DAN V AKIBAT BEBAN AMPLITUDO KONSTAN DAN BEBAN TIBA-TIBA

PERAMBATAN RETAK FATIK TARIK DINAMIS PADA PIPA BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

LAMPIRAN I DATA PENGAMATAN. 1. Data Uji Kinerja Alat Penepung dengan Sampel Ubi Jalar Ungu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu

BAB II TEORI DASAR. dicampur dengan bahan pencampur seperti daging udang atau ikan yang

Gambar 4.1 Terminologi Baut.

PERANCANGAN ALAT UJI KEMAMPUKERASAN JOMINY TEST UNTUK LABORATORIUM TEKNIK MESIN UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI. Taufiqur Rokhman 1)

Kategori Sifat Material

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

ANALISIS RETAKAN MATERIAL KOMPOSIT METAL CLADDING BAJA KARBON DAN TEMBAGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB III METODE PERANCANGAN

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP BEBAN IMPAK MATERIAL ALUMINIUM CORAN

Asyari D. Yunus - Struktur dan Sifat Material Universitas Darma Persada - Jakarta

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

POROS dengan BEBAN PUNTIR

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KEGAGALAN MAIN BEARING CRANKSHAFT PADA KENDARAAN RODA EMPAT

ESTIMASI UMUR FATIK MENGGUNAKAN PEMBEBANAN ROTATING BENDING PADA MATERIAL SS 304

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI BENTUK PERMUKAAN FORGING SAMBUNGAN LAS GESEK ROTARY TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA MILD STEEL. Abstract

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Transkripsi:

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017 258 PERANCANGAN MESIN UJI LELAH BAJA POROS DENGAN PEMBEBANAN PUNTIR DINAMIS Udur Januari Hutabarat, Melvin Bismark H. Sitorus Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan, Medan E-mail: udur.htbarat@gmal.com Abstrak--Kegagalan lelah pada suatu komponen dalam struktur mekanik akibat beban dinamis menjadi dominan ketika dalam pengoperasiannya tidak memperhatikan daerah pembebanan. Dalam sistem pengujian lelah dengan beban puntir dinamis, kekuatan lelah material dipengaruhi oleh faktor konsentrasi tegangan, kondisi permukaan, dimensi material dan temperatur pengoperasian. Kondisi kegagalan tersebut mendorong penulis melakukan penelitian dengan terlebih dahulu melakukan perancangan alat untuk menguji karakteristik lelah spesimen poros yang dikenai beban putar dinamis. Perancangan dilakukan meliputi konstruksi mesin uji, motor penggerak 1450 Rpm dengan daya ¼ Hp, kopling penghubung, bantalan duduk, control on-off, counter hour, desain specimen standar ASTM E466 dan variasi pembebanan maksimum 10 Kg. Dari hasil perancangan ini dilanjutkan dengan uji coba pengujian specimen baja poros dengan variasi beban putar dinamis dengan putaran kostan. Kata kunci: Perancangan, Pengujian lelah, Puntir dinamis, Poros. 1. PENDAHULUAN Baja merupakan logam yang banyak dipakai di bidang teknik, karena kekuatan tarik yang tinggi dan keuletan yang baik. Paduan ini mempunyai sifat mampu bentuk yang baik dan sifat-sifat mekaniknya dapat diperbaiki dengan jalan perlakuan panas. Perlakuan panas dapat menjadikan bahan mampu bentuk, dapat meredakan tegangan, meningkatkan kekerasan, ketahanan terhadap fatik, tahan aus dan ketahanan terhadap korosi. Pemakaian baja merupakan jenis logam yang paling banyak dijumpai pada berbagai bidang teknik, terutama untuk keperluan industri, bidang konstruksi, pembuatan alat-alat perkakas, poros mesin-mesin dan lain-lain. Pada beberapa jenis komponen dalam suatu struktur mekanik yang mengalami bentuk pembebanan dinamis, seperti pada komponen gandar dan sejenisnya, kegagalan karena lelah merupakan penyebab utama atas kerusakan yang terjadi. Menurut Dieter (1986), kegagalan lelah (fatigue failure) adalah kegagalan yang terjadi pada keadaan beban dinamik setelah periode pemakaian cukup lama. Tahapan kelelahan material terdiri atas crack initiation yang bermula pada daerah dengan konsentrasi tegangan yang tinggi, crack growth dan final fracture. Kerusakan pada mesin atau struktur dimulai dari lokasi yang mempunyai konsentrasi tegangan. Munculnya konsentrasi tegangan dapat disebabkan lubang, kekasaran permukaan, cacat material, porositas, inklusi, pemanasan lebih lokal pada saat pemesinan, dekarburasi dan sebagainya. Sebagian besar kegagalan tidak terdeteksi, sehingga menyebabkan perpatahan pada suatu komponen atau struktur secara tiba-tiba. Ini merupakan suatu tantangan bagai para injiner untuk dapat mengantisipasi kegagalan yang disebabkan oleh fatik tersebut dengan memperkecil resiko terjadinya kegagalan fatik mulai dari tahap-tahap desain, fabrikasi sampai pada inspeksi melalui penelitian-penelitian yang berkelanjutan. Penelitian yang diusulkan ini merupakan tindak lanjut untuk mengetahui atau menganalisis salah satu bahan logam. Diharapkan luaran dari penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam perancangan komponen-komponen mesin terutama komponenkomponen yang terkena beban puntir dinamis. 2. TINJAUAN PUSTAKA Pada sistem pembebanan berulang (bervariasi), terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan lelah suatu material. Faktorfaktor tersebut diantaranya: faktor konsenstrasi tegangan, kondisi permukaan, dimensi material, temperatur operasi dan jenis variasi pembebanan yang diterima. Karena efek konsentrasi tegangan, kegagalan lelah dapat terjadi dengan tegangan kerja yang besarnya jauh dibawah dari sepertiga kekuatan tarik statiknya (Surdia, 1992). Sedangkan terutama pada material baja, karena efek kondisi permukaan, dimensi material dan temperatur operasi besarnya harga-harga tersebut harus dimasukkan sebagai faktor pereduksi yang harus dikalikan dengan harga kekuatan lelah dari material yang digunakan (Darmawan, 1997). Pada berbagai penelitian yang telah dilakukan untuk memperbaiki sifat lelah material membuktikan bahwa pada pembebanan statik yang berupa tekanan internal pada struktur tabung gas (dengan material paduan 6351-T6) dapat menyebabkan terbentuknya retak pada lokasi lipatan dan goresan. Retakan ini dapat menyebabkan terjadinya kebocoran bahkan ledakan (lam, dkk, 1994). Untuk itu dari hasil penelitian tersebut merekomendasikan perlu

259 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017 dilakukannya proses perlakukan permukaan yang dihubungkan dengan geomteri takik yang terjadi. Suhartono (2002) menyatakan lelah adalah kerusakan karena beban berulang atau perubahan struktur, dan progresif yang terjadi pada bahan yang dibebani dengan tegangan/regangan fluktuatif yang dapat mengakibatkan retak atau petahan setelah jumlah siklus tertentu. Kondisi pembebanan yang menyebabkan lelah adalah fluktuasi tegangan, getaran (vibrasi), regangan, temperatur atau salah satu unsur diatas di dalam lingkungan korosif atau pada suhu tinggi (Dieter,1986). Kerusakan karena lelah mulai terjadi sebelum terbentuknya suatu retak. Akibat beban siklus maka terjadi deformasi plastik (slip) secara lokal. Bila slip terjadi maka slip tersebut dapat terlihat pada permukaan logam sebagai suatu tangga (step) yang disebabkan oleh pergerakan logam sepanjang bidang slip. Demikian seterusnya maka lama kelamaan akan terjadi suatu retak. Siklus untuk menimbulkan awal retak dan penjalaran retak tergantung pada tegangan yang bekerja. Bila tegangan yang bekerja tinggi maka waktu terbentuknya awal retak akan lebih pendek. Bila tegangan yang sangat rendah maka hampir seluruh umur lelah digunakan untuk membentuk retak awal. Pada tegangan yang tinggi sekali retak terbentuk sangat cepat (Dieter, 1986). Faktor dasar agar terjadi kegagalan lelah adalah tegangan tarik maksimum yang cukup tinggi, variasi atau fluktuasi tegangan yang cukup besar dan siklus penerapan tegangan yang cukup besar. Faktor yang cenderung mengubah kondisi kelelahan yaitu kosentrasi tegangan, korosi, suhu, kelelahan bahan, struktur metalurgis, tegangan sisa dan tegangan kombinasi (Dieter, 1986). Faktor penyebab kerusakan atau kegagalan ditinjau dari bahan antara lain oleh kesalahan spesifikasi bahan/komposisi kimia, cacat pengecoran (porositas, inklusi, segregasi, retak, sobekan panas), cacat proses pembentukan (laminasi, seams, stringers, lap cracks) salah manufaktur dan laku panas (casting, metalworking, heat treatment, machining, joining/welding), pengerjaan akhir (coating, surface treatmen, mechanical finishing) dan terjadinya penurunan sifat mekanis (Suhartono, 2002). Kerusakan akibat kelelahan secara makro tidak terlihat namun pertumbuhannya cepat dan sangat berbahaya. Penanggulangan kerusakan dapat dilakukan dengan menurunkan gaya/tegangan kerja melalui perbaikan disain (bentuk, geometri, dimensi), meningkatkan ketahanan bahan melalui pemilihan bahan yang sesuai, perbaikan proses manufaktur, perlakuan panas dan mengendalikan lingkungan seperti temperatur kerja, kotaminasi, dan lingkungan korosif Pada pengujian lelah terdapat suatu poros yang berputar, diberi beban lentur, akan mengalami tegangan tarik dan tekan pada setiap putaran dari poros tersebut. Kalau poros merupakan suatu bagian dari sebuah motor listrik yang berputar 800 rpm, poros tersebut mendapat tegangan tarik dan tekan 800 kali setiap menit. Kalau kondisi ini poros juga menerima beban aksial dari tegangan akan saling menambah dengan komponen tegangan lentur. Ini menghasilkan suatu tegangan pada setiap satu serat yang masih berubah-ubah, tetapi berubah antara harga yang berbeda. Bebanbeban ini dan jenis beban lainnya yang terjadi dalam anggota-anggota mesin menghasilkan tegangan yang disebut tegangan yang berulang, bolak-balik atau tegangan berfluktuasi (Shigley,1989). Suatu kegagalan lelah bermula dengan sebuah retak kecil. Retak permulaan ini begitu kecil sehingga tidak bisa dilihat oleh mata telanjang dan bahkan agak sulit ditemukan melalui pemeriksaan sinar X. Retak tersebut akan timbul pada titik ketidak mulusan pada bahan. Titik yang kurang jelas dimana kegagalan lelah mungkin timbul adalah pada tanda-tanda pemeriksaan atau cap, retak dalam atau bahkan ketidakberaturan karena pengerjaan mesin. Sekali waktu retak muncul, pengaruh pemusatan tegangan menjadi bertambah besar dan retak tersebut akan maju lebih cepat. Begitu ukuran luas yang menerima tegangan berkurang, tegangan bertambah besar sampai akhirnya luas yang tersisa tiba-tiba gagal menahan tegangan tersebut. Karena itu kegagalan lelah ditandai dari perkembangan retak yang ada dan kepatahan mendadak dengan daerah yang mirip perpatahan bahan rapuh (Shigley,1989) Pada pengujian lelah dengan pembebanan lentur putar membuktikan bahwa pada spesimen dengan berbagai bentuk dan dimensi takik, retak lelah diawali pada lokasi terjadinya efek konsentrasi tegangan. Adapun besarnya harga faktor konsentrasi tegangan (K t) bergantung pada geometri takik. Semakin tajam sudut takik, harga faktor konsentrasi tegangan akan semakin tinggi. Semakin besar harga K t, kekuatan lelah spesimen akan semakin turun (Collins, 1980). Secara umum, hubungan tegangan geser terhadap siklus pembebanan pada pengujian lelah dengan beban lentur putar dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: N. S P C dengan N : siklus pembebanan S : tegangan geser yang bekerja P dan C : Konstanta empiris bahan Pada jenis pembebanan lentur-putar (rotary bending), bentuk beban dapat digambarkan dalam pola sebagai berikut:

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017 260 Gambar 1. Konfigurasi amplitudo tegangan konstan Dari hasil pengujian lelah material dengan beban lentur putar menunjukkan, bahwa ketidakkontinyuan geometri takik terhadap kekuatan lelah material memberikan pengaruh yang cukup besar. Dari data hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa spesimen dengan takik V memiliki ketahanan lelah yang lebih rendah dibandingkan dengan spesimen tanpa takik (Sagaf, 2002). Data penelitian tersebut dinyatakan dalam bentuk grafik S N (beban terhadap siklus pembebanan) sebagai berikut: Gambar 2. Grafik S-N hasil pengujian lelah dengan beban lentur putar untuk spesimen tanpa takik dan spesimen bertakik-v 3. METODE PELAKSANAAN 3.1 Tahapan-TahapanPenelitian Gambar 3. Skema tahapan penelitian 3.2 Rancangan Penelitian Peralatan uji lelah didesain seperti diperlihatkan pada Gambar 4. Bahan yang digunakan untuk memproduksi peralatan uji adalah baja struktur St 40 dan St 50 masing-masing untuk konstruksi mesin dan beban. Gambar 4. Mesin Uji Lelah Poros dengan Puntir Dinamis Keterangan: 1. Motor Listrik 2. Poros 3. Pulley dan Belt 4. Bantalan Poros 5. Spesimen 6. Bantalan Beban 7. Limit Switch 8. Beban 9. Swicth On-Off 10. Magnetik Kontraktor 11. Counter Hour Komponen-komponen utama mesin uji lelah dikerjakan pada workshop mesin. Sedangkan perlengkapan pendukung lainnya dibeli. Adapun komponen dan peralatan yang digunakan antara lain:

261 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017 a. Mesin bubut untuk membuat poros dan beban b. Mesin las untuk merakit dudukan mesin Pada mesin ini terdapat empat unit utama, yaitu: 1. Unit penggerak (driver unit) Unit penggerak (driver unit) merupakan sebuah motor listrik 1-phasa dengan daya 1/4 HP, putaran 1450Rpm dan tegangan sebesar 220 V. pertimbangan spesifikasi motor penggerak adalah dengan pertimbangan standar specimen yang diuji yaitu maksimum pada diameter 10 mm dengan pembebanan 20 kg. Spesimen diputar melalui poros penggerak yang dihubungkan dengan kopling fleksibel untuk mengatasi perubahan yang terjadi pada saat spesimen membengkok. 2. Komponen pembebanan beban bending (bending loading component) Momen bending diberikan pada sebuah batang yang digantung pada ujung spesimen. Rumah bantalan yang ada pada ujung spesimen sisi menyebabkan momen bending yang diberikan terhadap spesimen uji lelah seragam. Beban dapat diberikan atau dilepaskan tanpa mengakibatkan kejutan tambahan terhadap speimen. Komponen pembebanan dapat di variasikan dari 5-20 Kg. Gambar 5. Ukuran Spesimen (sesuai ASTM E466) 4. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI Dari gambar rancangan dilakukan fabrikasi konstruksi rangka, kemudian pemasangan komponen mesin yaitu motor penggerak, bantalan, kopling, poros penghubung dan pencekam specimen uji, lalu menyetel dudukan semua komponen serta mengunci dengan baik. Melakukan uji coba tanpa beban, setelah dinyatakan dalam keadaan aman, kemudian dilakukan pemasangan specimen uji seperti gambar di bawah ini. 3. Alat penghenti otomatis (automatic stop device) Alat ini adalah tombol pembatas yang beroperasi berdasarkan gerakan rumah bantalan. Pada saat terjadi kegagalan atau perpatahan pada spesimen uji, maka sumber tegangan dapat diputuskan secara otomatis. Fungsi alat ini mirip seperti tombol stop engine pada kendaraan bermotor. 4. Pencatat (Counter) Pada sisi yang berlawanan dengan motor listrik terdapat sebuah pencatat putaran poros yang ditransmisikan ke pencatat putaran poros yang ditransmisikan kepencatat melalui sebuah wire ladder chain dan melewati sebuah roda gigi cacing dengan perbandingan kecepatan 1000: 1. Angka terkecil pada pencatat dihitung sebagai 100 kali putaran spesimen, sehingga aktualnya pencatat tersebut menghitung hingga 10 7 putaran. 3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Setelah dilakukan perancangan, kemudian dilakukan uji coba dan kalibrasi. Pengujian dilakukan beberapa kali dengan menggunakan specimen sesuai standar ASTM dalam pengujian lelah poros. Berikut ukuran specimen sesuai standar ASTM E-466. Gambar 6. Hasil rancangan mesin uji puntir dinamis dan pemberat 5. KESIMPULAN Mesin ini mempunyai dimensi 40 x 50 x 50 cm, menggunakan motor listrik 1 phasa 1450 Rpm, daya ¼ HP dan tegangan 220V, dapat menguji specimen baja poros maksimum diameter 10 mm dalam standar ASTM E 466 pada putaran konstan dan pembebanan mulai dari 5-20 Kg. DAFTAR PUSTAKA [1]. ASTM, Annual Book of ASTM Standarts, 1996, Metal Test Methods and Analytical Procedures, Section 3, Volume 03.01, USA [2]. Dieter, G, E., 1986, Mechanical Metallurgy, Third Edition, McGraw-Hill, NewYork

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017 262 [3]. Fuchs, H,O.,1980, Metal Fatigue in Engineering, John Wiley & Son, Singapore. [4]. Gibson, R.F. 1994, Principles of Composite Material Mechanics, McGraw-Hill, New York [5]. Shigley, J,E 1989, Mechanical Engineering Design, Fifth Edition, McGraw-Hill, NewYork [6]. Smith, F,W., 1990, Principles of Metal Science and Engineering, Ed.2, John Wiley & Son, Singapore [7]. Sadagopan, D & Pichumani, R. 1998, Property Based Optimal Design of Composite materials and Their Internal Architectures, J. Composite Material, 32 (19): 1741-1752 [8]. Suhartono, A., 2002, Failure Analysis and Prevention of Machinery and Structural Componen, Yayasan Puncak Sari, Jakarta. [9]. Surdia., SaitoS., 1992 Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan Kedua, PT Pradna Paramita, Jakarta [10]. Hutabarat Udur, 2005 Studi Perambatan Retak Fatik Pada Pipa Baja Karbon Rendah, Thesis, Perpustakaan Universitas Gajah Mada, Yogjakarta [11]. Hutabarat Udur, 2015 Perambatan retak fatik tarik dinamis pada pipa baja karbon rendah, Jurnal Flywheel,Volume I Nomor 2, November 2015.