METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisa proksimat pakan dilaksanakan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Teknologi, Institut Pertanian Bogor. Pengukuran bobot dan panjang relatif organ pencernaan dilaksanakan di Laboraturium Biologi dan Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Ayam Broiler Ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini adalah 72 ekor ayam broiler Strain Cobb CP 707 produksi PT. Charoen Pokphan Jaya Farm yang berasal dari 360 ekor ayam broiler yang telah dipelihara selama 35 hari. Kandang Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah kandang dengan sistem litter dengan luas 36 m 2 kemudian dibagi menjadi 36 petak kandang, sehingga tiap petak kandang berukuran 1 x 1 x 0,8 m 2 dan masing-masing diisi dengan 10 ekor ayam broiler. Zeolit Zeolit dalam penelitian ini ditambahkan dalam ransum dan litter. Zeolit yang digunakan dalam ransum adalah Aclinop dan yang ditambahkan pada litter adalah zeolit alam yang berasal dari CV. Minatama, Lampung. Penambahan Aclinop dalam ransum dan penaburan zeolit pada litter disesuaikan berdasarkan taraf yang telah ditentukan. Aclinop adalah singkatan dari Aquatic Clinoptilolite yaitu zeolit dari golongan klinoptilolit (Na 4 K 4 Al 8 Si 40 O 96 24.H 2 O) yang diproduksi oleh CV. Minatama Lampung. Aclinop berwarna abu-abu, berbentuk tepung, berukuran 50 mesh dengan derajar kehalusan (MF) 2,916 yang termasuk dalam kategori halus. Kandungan nutrien Aclinop dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Proksimat Aclinop Nutrien Persentase (%) Kadar air 8,51 Protein kasar 0,13 Lemak kasar 0,36 Serat kasar 1,52 Abu 85,92 Ca 0,09 P Sumber: Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Teknologi, IPB (2011) Ransum 14,02 ppm Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum komersial CP 511 produksi PT. Charoen Pokphan Jaya Farm (Tabel 1). Aclinop yang ditambahkan ke dalam ransum terdiri dari empat taraf yaitu 0 kg Aclinop/ 100 kg ransum, 1 kg Aclinop/ 100 kg ransum, 2 kg Aclinop/ 100 kg ransum dan 3 kg Aclinop/ 100 kg ransum masing-masing disebut R0, R1, R2 dan R3. Aclinop yang ditambahkan dalam ransum diberikan sejak hari pertama pemberian ransum. Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum yang Diberikan pada Ayam Broiler Nutrien R0 R1 R2 R3 Standar Kadar air (%) 13,41 13,36 1 13,31 1 13,27 1 Maks. 13 2 Protein kasar (%) 20,16 19,96 1 19,77 1 19,58 1 18,0-22,0 3 Lemak kasar (%) 9,64 9,55 1 9,46 1 9,37 1 Min. 3 2 Abu (%) 4,66 5,46 1 6,25 1 7,03 1 Maks. 8 2 Serat kasar (%) 1,80 1,80 1 1,79 1 1,79 1 Maks. 6 2 Ca (%) 0,93 0,92 1 0,91 1 0,91 1 0,89-95 3 P (%) 0,51 0,50 1 0,50 1 0,50 1 0,38-0,45 3 EM (kkal/kg) 2900-3000 - - - 3050-3150 3 Keterangan: Hasil Analisis Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Teknologi, IPB (2011). 1 Hasil Perhitungan, 2 BSN (2011) 3 Leeson dan Summers (2005), EM: Energi Metabolis. Litter Alas kandang atau litter yang digunakan adalah sekam padi yang ditaburkan pada lantai kandang dengan ketebalan 5 cm dari permukaan lantai. Penambahan zeolit pada alas sekam ini terdiri dari tiga taraf pemberian yang berbeda yaitu 0 kg 12
zeolit per m 2 litter, 2,5 kg zeolit per m 2 litter dan 5 kg zeolit per m 2 litter masingmasing disebut L0, L1 dan L2. Pemberian zeolit pada litter dalam penelitian ini dilakukan pada hari ke-21 pemeliharaan. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa setelah umur pemeliharaan tersebut kotoran ayam semakin banyak sehingga diharapkan penambahan zeolit pada litter menjadi lebih efisien untuk mengurangi bau yang ditimbulkan oleh ekskreta ayam. Peralatan Peralatan yang digunakan adalah tempat pakan, tempat minum, ember, gayung, lampu, koran, sekat seng, tirai plastik, timbangan, meteran dan peralatan kebersihan kandang. Untuk pengujian karakteristik fisik saluran pencernaan digunakan alat ukur (penggaris, jangka sorong) dan timbangan digital. Prosedur Persiapan Kandang Persiapan kandang diawali dengan pembersihan dan desinfeksi kandang dan peralatan yang akan digunakan. Lantai kandang disapu lalu kandang dicuci dengan cara disikat menggunakan sabun dan air kemudian dikeringkan. Proses selanjutnya adalah pembersihan menggunakan karbol lalu dibilas dengan air dan dikeringkan. Kandang yang telah kering sempurna selanjutnya dikapur. Kandang dibagi menjadi 36 petak kandang. Setiap petak kandang mempunyai ukuran 1 x 1 x 0,8 m 3. Pemetakan kandang dilakukan dengan menyekat kandang menjadi 36 bagian. Sekat dibuat dari bilah bambu yang telah dipotong dan dibersihkan. Bagian lantai kandang ditaburi alas berupa sekam dengan ketebalan 5 cm dari lantai kandang. Kandang didesinfeksi menggunakan air dan formalin. Campuran ini disemprotkan keseluruh bagian kandang untuk membunuh semua kuman penyakit yang masih terdapat didalam kandang. Semua peralatan pemeliharaan yang akan digunakan dicuci dan disterilkan terlebih dahulu. Peralatan dicuci menggunakan air dan deterjen. Peralatan disikat, dibilas sampai bersih dengan air lalu dikeringkan. Kandang kemudian dikosongkan sampai anak ayam umur sehari (Day Old Chick/ DOC) tiba. 13
Pemeliharaan Kandang dan peralatan dipastikan sudah dalam keadaan siap sebelum DOC datang. Persiapan kedatangan DOC meliputi brooder yang telah dinyalakan sekitar 6-8 jam sebelumnya. Brooder yang digunakan berupa lampu pijar 60 watt yang sekaligus dapat berfungsi sebagai alat penerangan dalam kandang. Koran diletakkan diatas sekam agar DOC terhindar dari luka akibat tekstur sekam yang tajam dan menghindari sekam termakan oleh DOC. Segera setelah DOC datang dilakukan pemeriksaan kesehatan dan penimbangan. Day Old Chick yang telah ditimbang selanjutnya dipilih secara acak untuk dimasukkan ke dalam tiap petak kandang sebanyak 10 ekor per kandang dan diberi minum air gula untuk mengembalikan energi setelah pengangkutan. Selama minggu pertama pemeliharaan DOC harus diperhatikan secara intensif. Day Old Chick membutuhkan suhu lingkungan 32-33 C oleh karena itu, pemanas dipasang 24 jam, tirai tidak boleh dibuka, diberikan obat antistress (Vitastress). Pemberian ransum dilakukan setiap empat jam sekali untuk merangsang pertumbuhan ayam. Ransum ditaburkan pada feeder tray untuk memudahkan ayam dalam mengkonsumsi ransum yang disediakan. Mulai minggu kedua pemeliharaan, lapisan koran yang menutupi litter tidak lagi digunakan. Tirai mulai dibuka 1/3 bagian dan penggunaan brooder hanya diperlukan pada malam hari. Minggu ketiga, tirai sudah dapat dibuka 2/3 bagian. Lampu hanya berfungsi sebagai penerang kandang sehingga hanya digunakan pada malam hari. Tempat ransum diganti dengan tempat ransum gantung yang digantung sesuai ketinggian ayam agar mudah dijangkau. Tirai dibuka seluruhnya pada minggu keempat kecuali pada saat hujan dan cuaca dingin. Ayam dipanen pada minggu kelima. Penimbangan sebelum pemanenan harus dilakukan untuk mengetahui bobot akhir ayam broiler saat panen. Kegiatan-kegiatan umum yang dilakukan setiap hari selama pemeliharaan adalah pemberian pakan dan air minum disediakan ad libitum sehingga harus selalu diisi sebelum habis. Ayam yang mati segera dibawa ke Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor agar penyebab kematian ayam dapat diketahui. Setiap akhir minggu pemeliharaan dilakukan penimbangan ayam 14
dan penimbangan sisa pakan sehingga konsumsi dan perkembangan bobot potong ayam broiler dapat diketahui. Metode Pemotongan Untuk memperoleh hasil pemotongan yang baik, ayam yang akan dipotong dipuasakan terlebih dahulu agar saluran pencernaan bersih sehingga mempermudah penanganan dan pengamatan. Cara pemotongan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode Kosher, yaitu memotong arteri karotis, vena jugularis dan oesofagus. Pada saat penyembelihan, darah harus keluar sebanyak mungkin. Jika darah dapat keluar secara sempurna, maka beratnya sekitar 4% dari bobot tubuh. Setelah proses penyembelihan, dilakukan pencabutan dan pembersihan bulu. Proses pembersihan bulu ini dapat dipermudah dengan sebelumnya mencelupkan ayam ke dalam air panas dengan suhu 50-54 C selama 30 detik. Proses selanjutnya adalah pemotongan bagian kepala dan kaki serta pengeluaran organ dalam. Proses pengeluaran organ dalam dimulai dari pemisahan tembolok dan trakhea serta kelenjar minyak bagian ekor. Kemudian pembukaan rongga badan dengan membuat irisan dari kloaka ke arah tulang dada. Kloaka dan organ dalam lalu dikeluarkan, kemudian dilakukan pemisahan tiap-tiap organ (Soeparno,1994). Pengujian Karasteristik Fisik Pengujian karakteristik fisik alat pencernaan broiler dilakukan pada hari ke 35 pemeliharaan. Pengujian dilakukan dengan mengambil ayam secara acak dari tiap sekat sebanyak dua ekor atau 20%. Setelah ayam dipotong kemudian segera diukur bobot saluran pencernaannya (proventrikulus, rempela, duodenum, jejunum, ileum, sekum, kolon, hati, ginjal dan pankreas). Selain pengukuran bobot saluran pencernaan diukur pula panjang usus halusnya (duodenum, jejunum dan ileum). Peubah yang Diamati Pada akhir penelitian ini dilakukan pemotongan sebanyak 20% dari jumlah ayam penelitian yang diamati dari masing-masing petak. Peubah yang diukur pada penelitian ini antara lain : 1. Bobot potong, diperoleh dengan cara menimbang ayam broiler yang telah dipuasakan selama ±12 jam terlebih dahulu. 15
2. Bobot karkas, diperoleh dengan cara menimbang ayam broiler yang telah dipotong dan tanpa kepala, kaki serta organ dalamnya. 3. Persentase karkas terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus: % bobot karkas = x 100% 4. Persentase bobot saluran pencernaan terhadap bobot potong meliputi: Persentase bobot rempela terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus: % bobot rempela = x 100% Persentase bobot usus halus terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus: a. % bobot duodenum = x 100% b. % bobot jejunum = x 100% c. % bobot ileum = x 100% Persentase bobot sekum terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus: % bobot sekum x 100% Persentase bobot kolon terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus: % bobot kolon x 100% 5. Persentase bobot organ dalam terhadap bobot potong meliputi: Persentase bobot hati terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus: % bobot hati = x 100% Persentase ginjal terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus: % bobot ginjal = x 100% Persentase bobot pankreas terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus: % bobot pankreas = x 100% 6. Panjang relatif usus halus terhadap bobot potong, dihitung dengan rumus: Panjang relatif duodenum = Panjang relatif jejunum = 16
Panjang relatif ileum = Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 4 x 3. Faktor pertama berupa taraf Aclinop yang ditambahkan pada ransum (0, 1, 2, dan 3 kg Aclinop/ 100 kg ransum). Faktor kedua ialah zeolit yang ditaburkan pada litter (0, 2,5, dan 5 kg/m 2 litter), dengan demikian terdapat 12 perlakuan dan masing-masing dengan tiga ulangan sehingga terdapat 36 satuan unit percobaan. Pada akhir pemeliharaan (35 hari) tiap petak kandang percobaan diambil dua ekor ayam secara acak sehingga ada 72 ekor ayam yang dipotong. Dua belas perlakuan tersebut asingmasing adalah R 0 L 0, R 0 L 1, R 0 L 2, R 1 L 0, R 1 L 1, R 1 L 2, R 2 L 0, R 2 L 1, R 2 L 2, R 3 L 0, R 3 L 1, dan R 3 L 2 selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 3. Perlakuan dengan Penambahan Aclinop dalam ransum dan Penaburan Zeolit pada Litter Ayam Broiler Taraf Zeolit dalam Litter (kg/m 2 ) Taraf Aclinop dalam Ransum (kg/100 kg) 0,0 (R 0 ) 1,0 (R 1 ) 2,0 (R 2 ) 3,0 (R 3 ) Total 0,0 (L 0 ) R 0 L 0 (3) R 0 L 1 (3) R 0 L 2 (3) R 0 L 3 (3) 12 2,5 (L 1 ) R 1 L 0 (3) R 1 L 1 (3) R 1 L 2 (3) R 1 L 3 (3) 12 5,0 (L 2 ) R 2 L 0 (3) R 2 L 1 (3) R 2 L 2 (3) R 2 L 3 (3) 12 Total 9 9 9 9 36 Model matematika rancangan percobaan mengikuti Gasperz (1995) yaitu, Y ijk = µ + α i + β j + (αβ) ij + ε ijk Keterangan : Y ijk = nilai pengamatan karkas dan organ dalam ayam broiler pada taraf penambahan Aclinop dalam ransum dan zeolit pada litter yang berbeda µ = nilai tengah pengaruh kombinasi pemberian taraf Aclinop dalam ransum α i β j dan zeolit pada litter = pengaruh faktor perlakuan penambahan Aclinop dalam ransum pada taraf ke-i ( i = 0,0 ; 1,0 ; 2,0 dan 3,0 kg Aclinop per 100 kg ransum) = pengaruh faktor perlakuan penaburan zeolit dalam litter pada taraf ke-j (j = 0,0 ; 2,5 dan 5,0 kg per m 2 litter) 17
(αβ) ij ε ijk = pengaruh interaksi penambahan Aclinop dalam ransum pada taraf ke-i dan penaburan zeolit pada litter pada taraf ke-j. = pengaruh galat percobaan yang berasal dari faktor perlakuan penambahan Aclinop dalam ransum taraf ke-i dan faktor perlakuan penambahan zeolit dalam litter taraf ke-j pada ulangan ke-k ; k=1,2 dan 3. Analisis Data Data yang didapat terlebih dahulu diuji syarat validitas prosedur parametrik (keaditifan, kehomogenan, kenormalan data serta kebebasan galat). Sesudah memenuhi syarat maka dilakukan uji parametrik dengan analisis ragam atau analysis of variance (ANOVA). Analisis ragam dilakukan untuk melihat pengaruh tiap faktor perlakuan dan interaksinya. Pengujian ini dilakukan menggunakan software Minitab 14. Jika hasil analisis ragam menunjukkan nyata (P<0,05) atau sangat nyata (P<0,01) maka dilakukan uji perbandingan nilai tengah dengan menggunakan uji Tukey. 18