TINJAUAN PUSTAKA. A. Potensi Lanskap. beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur mayor dan minor (Simond

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

TINJAUAN PUSTAKA. Agrowisata. hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura,

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

Oleh : Slamet Heri Winarno

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

IDENTIFIKASI LOKASI AGROWISATA DI DESA TUGU JAYA, KECAMATAN CIGOMBONG, KABUPATEN BOGOR. Oleh : Vina Hedyati Ningsih, Priyatna Prawiranegara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari: Pari yang berarti penuh, lengkap, berkeliling; Wis

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agrowisata

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. subur, dan mendapat julukan sebagai Negara Agraris membuat beberapa. memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DANAU

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu yang sangat panjang perhatian pembangunan pertanian

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

Penekanan Desain Arsitektur Ekologis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali, merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional. Pulau

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN AGROWISATA. Jika kita tinjau lebih dalam arti dari Pariwisata itu menurut asal katanya, pari

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Agrowisata MODEL PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS KEARIFAN LOKAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekreasi merupakan bagian dari kebutuhan pokok dari banyak orang pada

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap 2.2 Wisata Terpadu

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Wisata Agro

KAWASAN AGROWISATA DI KOPENG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebut sebagai negara agraris karena memiliki area pertanian

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi kehidupan masyarakat Indonesia. sangat susah, sehingga pemerintah harus melakukan pengadaan impor beras.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Potensi Lanskap Lanskap adalah bentangan alam yang memiliki karakteristik tertentu yang beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur mayor dan minor (Simond 1983). Unsur mayor adalah unsur yang tidak dapat diubah, sedangkan unsur minor adalah unsur yang relatif mudah diubah. Unsur-unsur tersebut saling berkaitan secara harmonis membentuk karakter khas pada sebuah lanskap memberikan kesan alami dan keindahan. Simond (1983) menyatakan bahwa terdapat ciri-ciri yang khas pada lanskap perdesaan, yaitu: 1) Lahan luas; 2) Suasana bebas, pandangan terbuka menuju halaman, pepohonan dan langit, merupakan kualitas lanskap penting; 3) Pemilihan tapak perdesaan menunjukkan keinginan menyatu dengan alam; 4) Corak lanskap mayor dapat dibentuk; 5) Karakter dan suasana lanskap alami dominan; 6) Tanah dan permukaan lahan merupakan elemen visual yang kuat; 7) Lanskap yang menyenangkan merupakan salah satu bentuk transisi; 8) Struktur merupakan elemen yang timbul di tengah lanskap; 9) Lanskap perdesaan bersifat lembut dari bayangan daun, warna langit dan bayangan awan; 10) Tapak perdesaan berimplikasi area yang luas dan pergerakan: pola jalur kendaraan dan pedestrian menyatu dengan batas-batas kepemilikan; 11) Indigenous materials dari tapak perdesaan (macam-macam batuan, kerikil, hingga mineral) membentuk karakter lanskap, penggunaan material ini menciptakan keterkaitan dengan sumberdaya setempat. 8

9 Lanskap perdesaan dapat dimanfaatkan sebagai lanskap agrowisata, yaitu lanskap pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas pertanian, dan pengolahan hasil pertanian yang telah dimodifikasi untuk meningkatkan perekonomian dan rekreasi serta memanfaatkan pemandangan lanskap alami dengan meminimalkan perusakan lingkungan. Pemandangan lanskap alami yang dapat menjadi obyek lanskap agrowisata, antara lain: sawah, perkebunan, palawija, taman bunga, taman koleksi, pembibitan, pekarangan, peternakan, perikanan, dan lain-lain. Prinsip pengembangan wisata pedesaan sebagai salah satu produk wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan perdesaan yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain: (1) memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) menguntungkan masyarakat setempat, (3) berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat, (4) melibatkan masyarakat setempat, (5) menerapkan pengembangan produk wisata perdesaan, dan beberapa kriteria yang mendasarinya, Gumelar S. Sastrayuda (2010), antara lain: 1. penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang biasanya mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata 2. mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan ekonomi tradisional lainnya. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang

10 memanfaatkan kawasan lingkungan dan penduduk setempat memperoleh pembagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata 3. mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat. B. Agrowisata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta. Pari mempunyai arti banyak, berkali kali, berputar-putar atau lengkap. Wisata mempunyai arti perjalanan dan bepergian. Berdasarkan dua suku kata tersebut pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain, seperti karena ingin tahu menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Di Indonesia, pengertian wisatawan tercantum dalam instruksi Presiden No 9 Tahun 1969, yaitu setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Definisi tersebut telah mencakup wisatawan dalam negeri dan luar negeri, namun tidak memberikan batas waktu untuk kunjunganya (Pamulardi, 2006). Agrowisata telah berhasil dikembangkan di Switzerland, Selandia Baru, Australia, dan Austria. Sedangkan di USA baru tahap permulaan, dan baru dikembangkan di California. Beberapa keluarga petani sedang merasakan bahwa mereka dapat merasakan pendapatan mereka dengan menawarkan pemondokan bermalam, menerima manfaat dari kunjungan wisatawan.

11 Agrowisata atau agrotourism didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya dan teknologi lokal (local technology) yang umumnya telah sesuai dengan lingkungan alaminya (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2005). Agrowisata dapat dikelompokkan ke dalam wisata ekologi (ecoturism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan, atau tumbuhan liar di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan. Oleh karena itu, pengelolaannya harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengaturan dasar alaminya, yaitu meliputi kultur atau sejarah yang menarik, keunikan sumber daya biofisik alaminya, konservasi sumber daya alam ataupun kultur budaya masyarakat. 2. Nilai pendidikan, yaitu interpretasi yang baik untuk program pendidikan dari areal, termasuk lingkungan alami dan upaya konservasinya. 3. Partisipasi masyarakat dan pemanfaatannya. Masyarakat hendaknya melindungi/ menjaga fasilitas atraksi yang digemari wisatawan, serta dapat berpartisipasi sebagai pemandu serta penyedia akomodasi dan makanan.

12 4. Dorongan meningkatkan konservasi. Wisata ekologi biasanya tanggap dan berperan aktif dalam upaya melindungi area, seperti mengidentifikasi burung dan satwa liar, memperbaiki lingkungan, serta memberikan penghargaan/fasilitas kepada pihak yang membantu melindungi lingkungan (Pusat Data dan Informasi, 2005). Menurut Pitana (2002) antara wisata ekologi dan agrowisata berpegang dalam prinsip yang sama. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menekan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan kebudayaan yang dapat merusak daerah tujuan wisata 2. Memberikan pembelajaran kepada wisatawan mengenai pentingnya suatu pelestarian 3. Menekan pentingnya bisnis yang bertanggung jawab yang bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat pada usaha pelestarian 4. Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan pelestarian, menajemen sumber daya alam dan kawasan yang dilindungi 5. Memberi penekanan pada kebutuhan zona pariwisata regional dan penataan serta pengelolaan tanam-tanaman untuk tujuan wisata dalam kawasankawasan yang ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut 6. Memberi penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan dan sosial, dan program-program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak pariwisata terhadap lingkungan

13 7. Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk negara, pebisnis, dan masyarakat lokal, terutama penduduk yang tinggal dikawasan yang dilindungi. 8. Berusaha untuk menyakinkan bahwa perkembangan pariwisata tidak melampaui batas-batas sosial dan lingkungan yang dapat diterima seperti yang ditetapkan peneliti yang telah bekerjasama dengan penduduk lokal. 9. Mempercayakan pemanfaatan sumber energi, melindungi tumbuhtumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikan dengan lingkungan dan alam budaya. Menurut Reza dan Fachrudin (1999) dalam Bappenas (2004), agrowisata atau agrotourism dapat diartikan juga sebagai pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada pembudidayaan kekayaan alam. Industri ini mengandalkan pada kemampuan budidaya baik pertanian, peternakan, perikanan, maupun kehutanan. Dengan demikian agrowisata tidak sekedar mencakup sektor pertanian, melainkan juga bududaya perairan baik darat maupun laut. Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek. Menurut Nurisyah (2001), secara spesifik, wisata agro atau wisata pertanian ini adalah rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem, skala dalam bentuk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang pertanian ini.

14 Dalam istilah sederhana, agrotourism sebagai perpaduan antara pariwisata dan pertanian dimana pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, mengambil bagian aktivitas, makan suatu makanan atau melewatkan malam bersama di suatu areal perkebunan atau taman (www.farmstop.com). Sutjipta (2001) mendefinisikan, agrowisata sebagai sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk mengembangkan pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitanya dengan pelestarian lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Agrowisata pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat wisata yang diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Menyadari pentingnya nilai kualitas lingkungan tersebut, masyarakat/petani setempat perlu diajak untuk selalu menjaga keaslian, kenyamanan, dan kelestarian lingkungannya (Subowo, 2002). Menurut Bappenas (2004), kawasan agrowisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian, hortikultura, perikanan maupun peternakan, misalnya :

15 a) Subistem usaha pertanian primer (on farm) yang antara lain terdiri dari pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan b) Subsistem industri pertanian yang antara lain terdiri dari industri pengolahan, kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal maupun ekspor c) Subsistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya dukung kawasan baik terhadap industri dan layanan wisata maupun sektor agro, misalnya transportasi dan akomodasi, penelitian dan pengembangan, perbankan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi, dan infrastruktur. 2. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata dengan keterkaitan dan kebergantungan yang cukup tinggi, antara lain kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan sebaliknya pariwisata yang memacu berkembangnya sektor pertanian 3. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan, antara lain berbagai kegiatan dan produk wisata yang dikembangkan secara berkelanjutan. Manfaat yang diperoleh dari agrowisata menurut Subowo (2002) adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata. Menurut Lobo et al, (1999)

16 keuntungan dari pengembangan agrowisata bagi petani lokal dapat dirinci sebagai berikut 1. Agrotourism dapat memunculkan peluang bagi petani lokal untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan taraf hidup serta kelangsungan mereka. 2. Menjadi sarana yang baik untuk mendidik orang banyak/masyarakat tentang pentingnya pertanian dan kontribusinya untuk perekonomian secara luas dan meningkatkan mutu hidup 3. Mengurangi arus urbanisasi ke perkotaan karena masyarakat telah mampu mendapatkan pendapatan yang layak dari usahanya di desa 4. Agrotourism dapat menjadi media promosi untuk produk lokal, dan membantu perkembangan regional dalam memasarkan usaha dan menciptakan nilai tambah dan direct-marketing merangsang kegiatan ekonomi dan memberikan manfaat kepada masyarakat di daerah dimana agrowisata dikembangkan. Menurut Rilla (1999) manfaat agrowisata bagi pengunjung adalah: 1. Menjalin hubungan kekeluargaan dengan petani atau masyarakat lokal 2. Meningkatkan kesehatan dan kesegaran tubuh 3. Beristirahat dan menghilangkan kejenuhan 4. Mendapatkan petualangan yang mengagumkan 5. Mendapatkan makanan yang benar-benar alami

17 6. Mendapatkan suasana yang benar-benar berbeda 7. Biaya wisata yang murah karena agrowisata relatif lebih murah daripada wisata yang lainnya. Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan ini secara tidak langsung akan meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata pada gilirannya dapat menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat perdesaan, sehingga dapat menekan arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang diperoleh dari agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani/ masyarakat sekitar lokasi wisata (Deptan, 2005). Sutjipta, (2001) menganggap agrowisata dapat berkembang dengan baik jika terjadi tri mitra dan tri karya pembangunan agrowisata yang meliputi, pemerintah sebagai pembuat aturan, rakyat/ petani sebagai subyek, dan dunia usaha pariwisata sebagai penggerak perekonomian rakyat. Menurut Chafid Fandheli (2005), pembangunan dan pengembangan agrowisata bagi dunia usaha dapat dilakukan oleh ketiga pelaku ekonomi yaitu badan usaha milik negara/ daerah, perusahaan nasional, koperasi dan usaha perorangan. Ketiga pelaku usaha ekonomi tersebut harus berdasarkan pola menajemen perusahaan penuh dengan model yang rasional, sehingga pengeluaran dan pendapatan dapat

18 diukur setiap tahun, sedangkan cara atau sistem pengolahannya dapat dilakukan secara sendiri atau kerjasama (join venture), bagi hasil dan lain-lain dengan prinsip saling menguntungkan. Adapun tenaga kerja sebagai kunci keberhasilan pembangunan objek agrowisata adalah kemampuan pengolahan yang terdiri dari tenaga pembina, pelaksana, dan pemandu wisata. Penyediaan tenaga pemandu agrowisata yang prefesional dan sesuai dengan bidangnya mutlak diperlukan. Pada hekekatnya setiap ekosistem dengan segala isinya (sumber daya alam fisik dan hayatinya) merupakan atraksi wisata yang dapat dikembangkan untuk objek wisata alam. Semakin beragam kegiatan wisata alam semakin banyak pula membutuhkan atraksi (Fandeli, 2001). Pola pengolahan agrowisata yang dikembangkan atau dibangun perlu dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat setempat dalam berbagai kegiatan yang menunjang usaha agrowisata. Dengan keikutsertaan masyarakat di dalam pengembangan agrowisata diharapkan dapat ditumbuhkembangkan intraksi positif dalam bentuk rasa ikut memiliki untuk menjaga eksistensi obyek. Peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui: 1. Masyarakat desa yang memiliki lahan di dalam kawasan yang dibangun agar tetap dapat mengelola lahannya sehingga menunjang peningkatan akan mendorong rasa memiliki dan tanggung jawab di dalam pengolahan kawasan secara keseluruhan. 2. Melibatkan masyarakat desa setempat di dalam kegiatan perusahaan secara langsung sebagai tenaga kerja, baik untuk pertanian maupun untuk pelayanan

19 wisata, pemandu dan lain lain. Untuk itu pihak pengelola perlu melakukan langkah langkah dan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja khusus yang berasal dari masyarakat. 3. Menyediakan fasilitas dan tempat penjualan hasil pertanian, kerajinan dan cendaramata bagi masyarakat desa disekitar kawasan, sehingga dapat memperkenalkan khas setempat sekaligus untuk meningkatkan penghasilan. Disamping itu, dapat pula diikutsertakan di dalam penampilan atrakasi seni dan budaya setempat untuk disajikan kepada wisatawan. Pada hakekatnya pengembangan agrowisata mempunyai tujuan ganda termasuk promosi produk pertanian Indonesia, meningkatkan volume penjualan, membantu meningkatkan perolehan devisa, membantu meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat sekitar, disamping untuk meningkatkan jenis dan variasi produk pariwisata Indonesia Obyek agrowisata harus mencerminkan pola pertanian Indonesia baik tradisional maupun modern guna memberikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung wisatawan di lokasi atau di sekitar lokasi dapat disediakan berbagai jenis atraksi/kegiatan pariwisata sesuai dengan potensi sumber daya pertanian dan kebudayaan setempat. Sampai saat ini berbagai obyek agrowisata yang potensial relatif belum banyak menarik pengunjung antara lain karena terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia serta kurangnya promosi dan pemasaran kepada masyarakat luas baik di dalam maupun di luar negri. Untuk itu perlu ditempuh suatu koordinasi promosi antara pengelola dan berbagai pihak yang berada di dalam bidang promosi

20 dan pemasaran obyek-obyek agrowisata, baik instansi pemerintah maupun biro-biro perjalanan wisata. Hal ini mengingat agrowisata merupakan kegiatan yang tidak berdiri sendiri karena mempunyai lingkup yang luas dan keterkaitan dengan tugas serta wewenang berbagai instansi terkait seperti Departemen Pertanian, Departemen/Kementrian Kebudayaan dan Pariwista, dan instansi terkait lainnya, kalangan usaha serta masyarakat pada umumnya. Didalam melakukan pemasaran perlu dilakukan pendekatan dengan berbagai pihak yang terkait secara koordinasi, mulai dari tingkat perencanaan, pengembangan, pengelolaan, pemasaran sampai dengan pengawasan dan pengendalian. Ditingkat perumusan kebijaksanaan dan pengendalian perlu ditingkatkan peranan panitia kerja agro pusat dan daerah sehingga pelaksanaannya sejalan dengan kebijaksanaan pengembangan sektor pertanian dan pariwisata, baik dari aspek lokasi, kawasan kegiatan, maupun penyediaan sarana dan prasarana. Pertanian merupakan bagian dari agrowisata, dimana pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan (tanaman pangan, tanaman palawija, tanaman hortikultura), ternak, serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya tumbuhan dan hewan. Usaha tani adalah sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya baik tumbuhan maupun hewan (www.wikipedia.org. 2015). Kegiatan budidaya tanaman dapat dilakukan pula dengan berbagai media, seperti tanah, pasir, batu apung putih, batu zeolite, batu kali, arang, serutan kayu dan pakis (www.tanindo.com, 2015). Tanaman pangan merupakan tanaman yang

21 dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan makro manusia terhadap karbohidrat, lemak, protein, yang berasal dari bahan pangan nabati. Tanaman pangan di Indonesia: padi, jagung, ubi-ubian, kacang-kacangan. Kadang-kadang terjadi pergeseran penggunaan, misalnya, kentang di Indonesia tidak menjadi tanaman pangan, tetapi berfungsi sebagai sayuran (www.sempaja.blog.com 10 Oktober 2015). Tanaman palawija berarti semua tanaman pertanian semusim yang ditanam pada lahan kering. Biasanya palawija berupa tanaman kacang-kacangan, serealia selain padi (seperti jagung), dan umbi-umbian semusim. Tanaman hortikultura berasal dari bahasa latin hortus (tanaman kebun) dan cultura (budidaya), dan dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, pemanenan, pengemasan dan pengiriman dengan hanya mengelola tanaman buah, bunga, sayuran dan obat-obatan (www.wikipedia.com, 10 Oktober 2015). C. Desa Rahtawu Desa Rahtawu adalah salah satu tempat wisata yang ada di Kudus. Desa Rahtawu terdiri dari sebuah lembah hijau yang di kelilingi bukit-bukit terjal. Kehidupan masyarakatnya sebagian besar adalah petani. Padi dan kopi merupakan komoditas unggulan. Desa Rahtawu memiliki potensi wisata yang sangat menarik. Mernurut Pemerintah Kabupaten Kudus potensi wisata yang dapat dikembangkan di Kecamatan Gebog adalah Rahtawu. Kawasan ini berada di ketinggian ± 1.627 m dari permukaan air laut, pengunjung dapat menikmati panorama alam pegunungan yang

22 asri dan indah mempesona dengan udara yang bersih, segar dan sejuk. Di desa ini terdapat gunung yang terkenal dengan sebutan Wukir Rahtawu yang terletak di sebelah gunung Muria. Letak geografis Desa Rahtawu sendiri seharusnya bisa menarik minat masyarakat untuk melakukan wisata. Bagi para pecinta alam (penjelajahan alam, hiking, dan lain-lain) dapat menyusuri jalan setapak menjelajahi medan pegunungan Rahtawu untuk menaklukkan puncak gunung wukir yang disebut dengan puncak Songo Likur. Selain itu, di kawasan itu juga terdapat mata air sungai yang cukup besar di Kudus, yaitu mata air Kali Gelis. Potensi wisata yang lain adalah adanya budaya yang unik bagi masyarakat Rahtawu, yaitu budaya tanah Jawa yang teramat kental dan masih berbau mistik. Rahtawu mempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang suka melakukan ritual ziarah. Di kawasan Rahtawu banyak menyimpan petilasan dengan nama-nama tokoh pewayangan leluhur Pandawa. Sebut saja petilasan Eyang Sakri, Lokajaya, Pandu, Palasara, Abiyoso. Selain itu di sana juga ada kawasan yang diberi nama Jonggring Saloka dan Puncak Songolikur. Petilasan pertapaan tersebut diyakini dahulu kala memang benar-benar merupakan tempat bertapanya para suci atau yang biasanya disebut Eyang oleh penduduk. Namun, potensi wisata yang sangat besar di Desa Rahtawu tersebut belum sepenuhnya bisa dimanfaatkan dengan optimal. Terbatasnya dana yang dimiliki oleh baik pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten menjadi hambatan terbesar. Oleh karena itu dibutuhkan investor yang berasal dari pihak swasta agar mau menanamkan modal di Rahtawu, khususnya sektor pariwisata. Masyarakat daerah lain juga belum begitu familiar

23 dengan nama Rahtawu, jika dibandingkan dengan Colo yang terletak di kecamatan Dawe. Hal itu bisa dikarenakan masih minimnya promosi akan potensi wisata di Desa Rahtawu itu sendiri. Oleh karena itu, promosi potensi wisata di Desa Rahtawu harus ditambah. Salah satu media yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan website. Dengan media website semua pihak bisa mengakses informasi tentang pariwisata di daerah Rahtawu dengan mudah, karena pengguna internet di Indonesia semakin bertambah. Diharapkan dengan adanya website tersebut ada dua pihak yang tertarik. Pihak pertama adalah masyarakat Kudus maupun daerah sekitar Kudus. Mereka bisa mengetahui adanya tempat sebagai salah satu alternatif wisata yang menarik di Desa Rahtawu. Pihak yang kedua adalah para investor. Para investor bisa mengetahui potensi-potensi yang bisa dikembangkan berhubungan dengan wisata di Desa Rahtawu. Dengan demikian, sektor pariwisata bisa menjadi salah satu sektor yang diunggulkan di Desa Rahtawu.