I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pembelajaran Model Matematika Knisley Terhadap Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia,karena pendidikan. Dalam pendidikan, terdapat kegiatan yang dapat membantu

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. manusia- manusia unggul dan berkualitas. Undang-undang No 20 tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup dalam. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

I. PENDAHULUAN. pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensi diri dan keterampilan. makhluk beragama dan makhluk sosial dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Fauziah Nurrochman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia manapun di planet bumi ini. Untuk menciptakan SDM yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

I. PENDAHULUAN. agar mampu memahami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Penjelasannya, Pasal 3.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

I. PENDAHULUAN. kemampuan atau potensi dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional

Circle either yes or no for each design to indicate whether the garden bed can be made with 32 centimeters timber?

BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia saat ini tidak bisa terlepas dari pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi kemajuan suatu bangsa sehingga menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Adapun tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu: Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan banga, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dari uraian di atas tampak bahwa pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang berilmu, cakap,

2 kreatif, mandiri, berakhlak mulia serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dapat mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang kreatif, mandiri, dan memiliki keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dikarenakan semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai dan matematika dapat digunakan dalam segala segi kehidupan. Banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dilihat melalui cara pandang secara matematik serta dapat diselesaikan dengan menggunakan prinsipprinsip dalam matematika. Dari uraian tersebut tampak bahwa matematika memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, baik sebagai alat bantu dalam penerapan-penerapan bidang ilmu lain maupun dalam pengembangan matematika itu sendiri. National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) mempublikasikan Principle and Standards for School Mathematics pada tahun 2000 yang berisi lima kemampuan dalam pembelajaran matematika yaitu: Kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation). Hal tersebut sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan oleh Depdiknas (2006) yaitu agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep serta mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah

3 matematika; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap percaya diri dalam pemecahan masalah. Dari uraian di atas, tampak bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa mempunyai kemampuan atau keterampilan dalam memecahkan masalah matematika. Pemecahan masalah adalah suatu upaya individu dalam mengatasi kendala atau mencari jalan keluar ketika suatu jawaban belum tampak jelas dan tidak begitu mudah segera dapat dicapai. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah menjadi fokus pembelajaran matematika di semua jenjang. Kemampuan pemecahan masalah perlu dikuasai siswa guna mendorong mereka menjadi seorang pemecah masalah yang baik, yang mampu menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia kerja. Berdasarkan hasil survei Trends in Mathematics and Sciences Study (TIMSS) dalam bidang matematika pada tahun 2011 dengan salah satu indikator kognitif yang dinilai adalah kemampuan siswa untuk memecahkan masalah non rutin, Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 42 negara dengan skor rata-rata 386.

4 Sedangkan rata-rata persentase kemampuan matematis siswa di Indonesia untuk pengetahuan (knowing) sebesar 31%, penerapan (applying) sebesar 23%, dan penalaran (reasoning) sebesar 17% (Mullis, et al, 2012: 462). Rata-rata tersebut jauh dibawah rata-rata persentase Internasional yaitu 49% untuk pengetahuan, 39% untuk penerapan, dan 30% untuk penalaran. Data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan penerapan dan penalaran matematis siswa di Indonesia masih rendah. Rendahnya persentase kemampuan penerapan dan penalaran menunjukkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di Indonesia. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di Indonesia juga dapat dilihat dari hasil survei Programme for Internatinal Student Assesment (PISA) pada tahun 2013, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara dalam mata pelajaran matematika (OECD, 2013). Pada survei PISA tersebut, salah satu indikator kognitif yang dinilai adalah kemampuan pemecahan masalah. Selain kemampuan pemecahan masalah matematis, terdapat aspek afektif yang harus diperhatikan siswa dalam pembelajaran matematika. Siswa harus memiliki rasa ingin tahu, ulet, percaya diri, dan melakukan refleksi atas cara berpikir dalam menyelesaikan masalah matematis. Dalam matematika, hal tersebut dinamakan disposisi matematis. Dalam pembelajaran matematika, disposisi matematis berkaitan dengan bagaimana siswa bertanya, menjawab pertanyaan, mengkomunikasikan ide-ide matematis, bekerja dalam kelompok, dan menyelesaikan masalah.

5 Guru-guru di Indonesia seharusnya mulai memikirkan pembelajaran yang lebih baik digunakan guna mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa. Untuk itu, guru (khususnya yang mengajar eksakta, seperti matematika) sangat dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada pemecahan masalah dan disposisi matematis. Guru hendaknya memulai proses pembelajaran dengan pengenalan masalah atau mengajukan masalah yang nyata kemudian guru membimbing siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Ketelitian dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah yang disajikan guru dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, sehingga secara tidak langsung berdampak pada peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa. Dalam hal ini, model pembelajaran yang dipilih untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa adalah Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran ini dipilih karena PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan sebuah permasalahan yang harus dipecahkan pada saat memulai proses belajar (Hung et al, 2008). Peranan guru dalam PBL adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII diperoleh bahwa umumnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah. Guru juga lebih sering menyajikan soal-soal rutin bukan soal pemecahan masalah yang bersifat nonrutin. Begitu pula dengan disposisi matematis siswa SMP Negeri 23 Bandar Lampung masih tergolong rendah. Hal

6 ini diketahui dari hasil angket penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa siswa tidak berani mengemukakan pendapat pada saat pembelajaran, tidak pernah mempelajari materi sebelum diajarkan oleh guru di dalam kelas, tidak pernah mencari solusi lain untuk menyelesaikan masalah matematika, mudah menyerah saat mengerjakan soal-soal yang mereka anggap sulit, jarang memeriksa ulang hasil pekerjaan mereka sebelum dikumpulkan, dan jarang menggunakan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan kondisi siswa di SMP Negeri 23 Bandar Lampung di atas, maka perlu dilakukan penelitian di SMP Negeri 23 Bandar Lampung tentang efektivitas penerapan model problem based learning terhadap kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan model problem based learning efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, persentase siswa tuntas belajar, dan disposisi matematis siswa? Masalah di atas dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah penerapan problem based learning lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebelum penerapan problem based learning? 2. Apakah persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60% dari jumlah siswa?

7 3. Apakah disposisi matematis siswa setelah penerapan problem based learning lebih tinggi daripada disposisi matematis siswa sebelum penerapan problem based learning? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerapan model problem based learning ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, persentase siswa tuntas belajar, dan disposisi matematis siswa. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pendidikan matematika yang berkaitan dengan model problem based learning serta hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang efektif diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang penerapan model problem based learning serta kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa.

8 E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini, model problem based learning efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah penerapan problem based learning lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebelum penerapan problem based learning, persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60% dari jumlah siswa dengan nilai ketuntasan 75 pada proses pembelajaran, dan disposisi matematis siswa setelah penerapan problem based learning lebih tinggi daripada disposisi matematis siswa sebelum penerapan problem based learning. 2. Model problem based learning merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik. Model pembelajaran ini dimulai dengan mengorientasi siswa pada masalah, kemudian mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing pengalaman individual/kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan diakhiri dengan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 3. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang belum dikenal. Kemampuan pemecahan masalah matematis meliputi kemampuan merumuskan masalah, merencanakan strategi penyelesaian, menerapkan strategi penyelesaian, dan menguji kebenaran jawaban yang telah diperoleh. 4. Disposisi matematis adalah kecenderungan untuk berpikir dan bertindak positif dan memandang matematika sebagai sesuatu yang berguna dan bermanfaat

9 serta erat kaitannya dengan bagaimana siswa menyelesaikan masalah matematis. Adapun kemampuan disposisi matematis yang diukur dalam penelitian ini adalah rasa percaya diri dalam pembelajaran matematika dan dalam menyelesaikan masalah matematika, berpikir fleksibel dalam pembelajaran matematika, gigih dan ulet dalam mengerjakan tugas-tugas matematika, memiliki rasa ingin tahu dalam mempelajari matematika, merefleksi cara berpikir dan kinerja pada diri sendiri dalam belajar matematika, serta mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.