GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI TENTANG SEKS BEBAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada SMP X di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

IDHA WAHYUNINGSIH NIM F

Transkripsi:

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA-SISWI TENTANG SEKS BEBAS Lorina Indari. 1, Sr.Margaretha Martini. 2, Aulia Rachman 3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin lorinaindari02@gmail.com 1 ; tinaber@gmail.com 2 ; auliarachman04@gmail.com 3 ABSTRAK Dalam era globalisasi ini semua informasi yang berkaitan dengan seksualitas sangat mudah diakses oleh remaja, baik melalui media cetak maupun elektronik. Seks bebas adalah perilaku hubungan seksual yang dilakukan oleh sebagian besar remaja diluar nikah yang melanggar aturan dan norma-norma agama serta untuk mencari kenikmatan sesaat. Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah semakin meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahauan siswa-siswi tentang seks bebas di SMK Kristen Kuala Kapuas tahun 2016. Penggunaan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan pendekatan deskriptif. Pengambilan sampel data menggunakan tekhnik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 59 responden. Instrumen untuk pengambilan data digunakan kuesioner dengan menggunakan analisa univariat distribusi frekuensi. Dari 59 responden diperoleh hasil bahwa 79,7% mempunyai pengertian tentang seks bebas baik, 81,4% siswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi seks bebas, 39% siswa mengetahui bentuk-bentuk perilaku seks bebas, dan 98% siswa mengetahui dampak dari seks bebas. Diharafkan para siswa-siswi dapat meningkatkan pengetahuan dalam mencari informasi tentang seks bebas dengan mengikuti penyuluhan atau sosialisasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan dari berbagai media baik media cetak maupun media elektronik sehingga para siswa-siswi dapat memiliki wawasan yang luas tentang seks bebas. Kata Kunci : Pengetahuan, Remaja SMK, Seks Bebas Jumlah : 191 kata 1

2 PENDAHULUAN Remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perkembangan untuk mencapai kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan. Dimana masa remaja terjadi masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa, yaitu usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, hingga menjelang masa dewasa muda (John W. Santrock 2011). Rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan repfoduksi dan seksual mengakibatkan munculnya penafsiran, persepsi, dan sikap yang kurang tepat dalam memandang perilaku seks bebas pada remaja. Akibat dari besarnya rasa keingin tahuan remaja dan terbukanya akses informasi yang menunjang remaja untuk mengakses berbagai macam informasi yang menyajikan berbagai macam adegan seksual dengan mudah di akses seperti video porno, gambar porno, dan aktifitas seksual lainnya bagi remaja. Remaja menempatkan media massa sebagai sumber informasi seksual yang lebih penting dibandingkan orang tua dan teman sebaya. Hal ini mungkin terjadi karena media masa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai keinginan dan kemungkinan yang positif mengenai seks bebas, dibandingkan permasalahan dan konsekuensinya. Beberapa penelitan menyatakan bahwa media masa atau teknologi memiliki pengaruh terhadap sikap dan prilaku seksual remaja. Seks bebas adalah suatu perilaku`menyimpang pada masa pra-nikah, terutama pada masa sekolah. Berbagai faktor mempengaruhi perilaku tersebut salah satunya disebabkan remaja mempunyai pendapat bahwa hubungan seks merupakan cara untuk mengungkapkan cinta, sehingga demi cinta, seseorang rela melakukan hubungan seksual dengan pacar sebelum nikah, faktor lingkungan, pergaulan, kurangnya bimbingan orang tua terutama ajaran agama baik dirumah maupun sekolah. Dari bentuk perilaku seksual pada remaja terdapat dampak dan bahayanya, terutama dampak negatif pada remaja akan terlihat seperti menciptakan kenangan buruk pada remaja, mengakibatkan kehamilan diluar pranikah, menggugurkan kandungan (aborsi), penyakit kelamin, adanya perasaan bersalah, perasaan takut di tinggal pacar jika tidak melakukan hubungan seks, dan timbul rasa ketagihan pada remaja yang melakukan seks sebelum masanya. World Health Organization (WHO), ditahun 2010 mengatakan bahwa setiap tahun terdapat 210 juta remaja yang hamil di seluruh dunia. Dari angka tersebut, 46 juta diantaranya melakukan aborsi. Akibatnya terdapat 70.000 kematian remaja akibat melakukan aborsi tidak aman sementara empat juta lainnya mengalami kesakitan dan kecacatan. Lebih lanjut Word Healt Organization (WHO) juga memprkirakan ada 20 juta kejadian aborsi tidak aman (Unsafe abortion) di dunia, 9,5% (19 dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman) diantaranya terjadi di negara berkembang. Sekitar 13% dari total remaja yang melakukan aborsi tidak aman berakhir dengan kematian. Berdasarkan data BKKBN tahun 2013 jumlah seks bebas dikalangan remaja usia 10-14 tahun mencapai 4,38%, sedangkan pada usia 14-19 seks bebas mencapai 41,8%. Berdasarkan data yang dikeluarkan BKKBN juga, tak kurang dari 800 ribu remaja melakukan aborsi di setiap tahunnya. Salah satu dampak dari seks bebas yaitu HIV dan AIDS, menurut laporan Kementrian Kesehatan RI pada akhir Desember 2012, secara komunikatif terdapat 42,887 kasus AIDS, dan 98,380 kasus HIV positif dengan prosentase pengidap usia 20-29 tahun sebanyak 35,2% dan usia 30-39 tahun sebesar 28,1%. Data-data diatas merupakan faktafakta yang tidak bisa terbantahkan bahwa pergaulan bebas (Witjaksono, 2014). Dari data wawancara dengan guru BK (bimbingan konseling) selama 2 hari dari tanggal 15 Desember 2015 sampai tanggal 16 Desember 2015 mengatakan ada 1 siswa yang telah hamil sebelum menikah di tahun 2015. Mereka juga mengatakan disekolah belum mendapatkan penyuluhan secara sfesifik

3 hanya pernah mendapat penyeluhan mengenai perubahan gender dari LSM seperti BKKBN tahun 2016. Dan berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan jumlah data siswasiswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) KRISTEN Kabupaten Kuala Kapuas pada tahun 2015 dari kelas X berjumlah 20 orang, kelas XI berjumlah 24 orang, dan kelas XII berjumlah 35 orang. Peneliti melakukan wawancara selama 2 hari dari tanggal 15 Desember 2015 sampai tanggal 16 Desember 2015 dikelas X kepada 10 responden diperoleh data dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) KRISTEN Kabupaten Kuala Kapuas pada tahun 2015 dilakukan wawancara kepada 10 orang (100%) siswasiswi : 4 orang (40%) mengatakan tidak mendapat informasi mengenai kesehatan reproduksi secara detail, 2 orang (20%) mengatakan sering menonton video porno karena diajak teman-teman, 3 orang (30%) mengatakan sering membeli majalah dewasa, dan 1 orang (10%) mengatakan pernah membaca buku mengenai kesehatan refroduksi dan dampak penyakit seks bebas. Penelitian yang dilakukan oleh Febriyanto Suaib (2014) tentang Gambaran tingkat pengetahuan sikap remaja tentang seks bebas (Studi pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Telaga). Penelitian menggunakan desain penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian survey. Populasi sampel siswa SMA Negeri 1 telaga kelas XI yang berjumlah 216. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Penelitian yang dilakukan oleh Afi Sunani (2014) tentang Gambaran pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMK Perintis 29 ungaran kabupaten semarang tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilakukan pada bulan juli tahun 2014. Populasi pada penelitian ini berjumlah 68 orang. Metode penelitian yang digunakan analisis statistik dengan menggunakan analisis univariat. Berdasarkan tingkat pengetahuan seseorang ini mencerminkan sejauh mana tingkat kemampuan seseorang dalam memahami segala sesuatu yang diketahuinya. Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku, petugas kesehatan, dan sebagainya. Berdasarkan masalah diatas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswa-siswi tentang seks bebas di SMK KRISTEN Kuala Kapuas tahun 2016. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif untuk menggambarkan lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena dalam tingkat pengetahuan siswa-siswi di SMK Kristen Kuala Kapuas tentang seks bebas pada tahun 2016. Variabel Penelitian Penelitian ini hanya terdapat variabel tunggal yakni tingkat pengetahuan dan seks bebas. Populasi Penelitian Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa-siswi kelas XI dan XII di SMK Kristen Kuala Kapuas dengan jumlah populasi 59 orang. Data yang didapatkan dari SMK kristen Kuala Kapuas dengan jumlah murid kelas XI yaitu 24 orang dan kelas XII berjumlah 35 orang. Sampel penelitian Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah seluruh siswa-siswi SMK KRISTEN Kuala Kapuas kelas XI dan XII berjumlah 59 orang. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 Maret tahun 2016 di SMK Kristen Kuala Kapuas pada siswa-siswi kelas XI dan kelas XII di SMK Kristen Kuala Kapuas tahun 2016. Alat Pengumpul Data Instrument menggunakan kuesioner dengan memberikan tanda chek-list ( ) kepada setiap pertanyaan yang berjumlah 19 item pertanyaan yang terkait dengan Pengertian seks bebas, faktor yang mempengaruhi seks

4 bebas, bentuk-bentuk perilaku seks bebas, dampak prilaku seks bebas. Uji validitas Uji validitas dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada populasi yang mempunyai karakteristik yang sama dengan dengan responden yang akan dilakukan sebenarmya. Uji validitas ini dilakukan terhadap siswa-siswi SMK sebanyak 20 responden dengan karakteristik yang sama dengan responden yang digunakan dalam penelitian sebenarnya. Uji Reliabilitas Reliabilitas suatu instrument dapat diterima jika memiliki Cronbach Alpha miniman 0.6. hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada output statistik, apabila Cronbach Alpha diatas 0.6 maka dapat disimpulkan alat ukur tersebut reliabilitas (Prayitno, 2010). Korelasi product moment antara belahan pertama dibandingkan dengan harga koefisien pada table untuk mengetahui apakah instrument telah memenuhi syarat reabilitas, selanjutnya lihat table r dengan N = 20 rt ( 5%)= 0,444, dimana jika hasil ri lebih besar atau sama dari r tabel maka instrument tersebut reabel, sebaliknya jika ri lebih kecil dai r tabel maka instrumen tersebut tidak reabel. Namun untuk kemudahan menguji reliabilitas dengan bantuan SPSS version 16 hasil Perhitungan reabilitas untuk pengetahuan instrument diperoleh Crobach Alpha 0,872. Teknik Analisa Data Analisis univariat Analisa data dilakukan dengan cara menghitung presentase dari setiap indikator variabel dengan cara menjumlahkan semua jawaban responden dari setiap item pertanyaan sesuai dengan bobot nilai jawaban dan kemudian dibagi dengan bobot maksimal semua item pertanyaan. Hasil presentase dari P pada pencapaian setiap responden kemudian di interpretasikan kedalam beberapa kategori seperti berikut ini (Arikunto, 2010). Untuk Pengetahuan berdasarkan Arikunto (2006) Kriteria Tingkat Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala, yaitu : a. Tingkat pengetahuan kategori baik jika hasil presentase 76%-100% b. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika hasil presentase 56%-75% c. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika hasil presentase >56% HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan dari pengertian seks bebas Pengertian seks bebas F % Baik 47 79.6 Cukup 6 10.2 Kurang 6 10.2 Jumlah 59 100 Menurut hasil peneliti, dari pengertian seks bebas siswa-siswi SMK Kristen Kuala Kapuas, diperoleh hasil untuk pengetahuan siswa-siswi dari segi pengertian seks bebas siswa-siswi SMK Kristen Kuala Kapuas. Diperoleh data terbanyak yaitu siswa siswi dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 47 siswa baik (79.7%). Namun hal sebaliknya apabila penggunaan sosial media dipergunakan secara luas, juga dapat mempengaruhi pemahaman siswa-siwi untuk berasumsi lain. Seperti dari data juga diperoleh ada 6 siswa (10.2) dengan tingkat pengetahuan dari segi pengertian seks bebas dengan kategori cukup dan kurang sebanyak 6 siswa (10.2). Hal ini menunjukan sekalipun banyak siswa yang telah mengetahui tentang hal yang dimaksud dengan seks bebas, tapi masih ada juga siswa yang masih tabu atau belum memahami betul terhadap pemahaman mengengenai hal tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti pengaruh dari pergaulan yang menganggap hal tersebut bukanlah sesuatu yang berarti bahkan menganggap hal tersebut suatu hal yang wajar, pendapat ini dibuktikan dari hasil rekapitulasi pertanyaan mengenai hubungan seksual dan seks bebas yang dilakukan sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan dan relaksasi dalam kehidupan memperoleh hasil yang rendah dibandingkan dengan pertanyaan lain dalam bagian pengertian tentang seks bebas. Menurut Notoatmodjo (2012) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi

5 setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui pancaindra manusia yakni penglihatan, pendengaran,penciuman,rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu itu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Sunaryo (2010) seks bebas adalah perilaku seksual (hubungan seksual) yang dilakukan oleh sebagian besar remaja di luar nikah yang melanggar norma-norma agama dan hukum serta cendrung untuk mencari kenikmatan sesaat dari seringnya bergonta-ganti pasangan. Selain itu tujuan dari seks bebas adalah sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan dan relaksasi dalam kehidupan (bagi manusia). Hubungan seks yang dilakukan diluar pernikahan disebut seks bebas (free sex). Seks menurut Drs. Sunaryo, M.Kes (2004) dalam energy psikis yang ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak Cuma bertingkah laku di bidang seks saja yaitu melakukan relasi seksual atau bersenggama, akan tetapi juga melakukan kegiatan-kegiatan abnormal. Pendapat tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ratih.H (2003) yang melakukan penelitian pada beberapa warnet yang ada dikota Bogor, menyebutkan bahwa kecendrungan remaja untuk mengakses situs porno melalui media internet cukup tinggi, sehingga hal ini memungkinkan akan membawa pengaruh yang besar pada pengetahuan remaja mengenai seksualitas. Dari data tersebut, siswa-siswi telah memahami tentang apa yang dimaksud dengan seks bebas, karena berdasarkan informasi tentang seks bebas rata-rata siswa-siswi lebih banyak mengungkapkan pernah mendapatkan informasi tentang seks bebas dari internet hal ini karena mudahnya mengakses informasi dari sosial media, karena siswa-siswi rata-rata juga memiliki handpohne/android, sehingga apabila sarana ini dapat dipergunakan untuk hal yang positif dapat menambah wawasan siswa-siswi. Distribusi frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan dari faktor-faktor seks bebas Faktor-faktor yang mempengaruhi seks F % bebas Baik 48 81 Cukup 10 16.9 Kurang 1 2.7 Jumlah 59 100 Menurut hasil penelitian, dari faktor-faktor yang mempengaruhi seks bebas, diperoleh hasil untuk tingkat pengetahuan dari segi faktorfaktor yang mempengaruhi seks bebas siswasiswi SMK Kristen Kuala Kapuas. Data terbanyak dalam kategori baik sebanyak 48 siswa (81.4%). Hal ini menunjukan bahwa siswa-siswi SMK Kristen Kuala Kapuas telah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi seks bebas seperti pengkasesan internet yang disalahgunakan atau rangsangan seksual melalui media masa, pengaruh dari teman sebaya dan lingkungan, hasrat yang kuat terhadap seksual. Menurut Sarwono (2013) menyebutkan masalah seksual pada remaja timbul karena factor faktor mempengaruhi seperti berikut. : 1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja 2. Penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang tinggi untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain lain) 3. Usia perkawinan di tunda, norma-norma agama tetap berlaku di mana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah 4. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media masa yang dengan adanya teknologi canggih (acara televisi, video cassette, DVD, HP, dan internet) 5. Pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita

6 sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria. Berbeda dengan hasil penelitian Yunarti (2007), yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan pada orang yang telah memiliki cukup informasi mengenai seks bebas untuk tidak terpengaruh terhadap dorongan seksual. Namun berdasarkan data masih ada siswa-siswi yang termasuk dalam kategori cukup 10 siswa (16,9%) dan kurang 1 siswa (2,7%) hal ini menunjukan bahwa masih ada siswa-siswi yang kurang atau tabu dalam mengetahui faktorfaktor tentang seks bebas, hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya memperoleh infomasi dari orangtua atau lingkungan sekitar, serta ketidakpedulian terhadap seks bebas. Akan tetapi ada juga yang diakibatkan oleh asumsi yang berbeda dari cara pandang individu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi seks bebas, karena hal tersebut dianggap suatu yang biasa karena seperti yang diketahui dalam tahap perkembangan remaja pada usia remaja yang memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu yang baru sehingga dorongan kuat dalam dirinya terkadang mengarah kepada perilaku yang dilarang seperti seks bebas. Melihat dari data tersebut, remaja SMK merupakan masa transisi yang masih berkepribadian labih sehingga untuk mengurangi dorongan seksual pada remaja selain pentingnnya pemberian informasi yang benar mengenai seksualitas juga pentingnya peran orangtua dalam pengawasan terhadap anaknya agar tidak terjebak kedalam arus pergaulan seks bebas. Distribusi frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan dari bentuk-bentuk perilaku seks bebas Bentuk-bentuk perilaku seks bebas F % Baik 23 39 Cukup 14 23.7 Kurang 22 37.3 Jumlah 59 100 Menurut hasil penelitian, diperoleh hasil terbanyak dalam kategori baik sebanyak 23 siswa (39%), Namun hasil tersebut hampir sama dengan pengetahuan siswa dengan kategori kurang sebayak 22 siswa (37.3%), dan cukup 14 siswa (23.7%). Menurut Sarwono (2013), bentuk-bentuk prilaku seksualitas remaja adalah sebagai berikut : 1. Berpegangan tanganperilaku seksual ini biasanya dapat menimbulkan keinginan untuk mencoba aktibitas seksual lainnya, sehingga kepuasan lainnya tercapai 2. Berpeluka Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan menimbulkan ransangan seksual pada individu. 3. Ciuman kering Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi, dan pipi dengan bibir. Dampak dari ciuman pipi bisa mengakibatkan imajinasi atau fantasi seksual menjadi berkembang, disamping itu juga dapat menimbulkan keinginan untuk melanjutkan ke bentuk aktifitas seksual lainnya. 4. Ciuman basah Aktifitas ciuman basah berupa sentuhan bibir dengan bibir. Dampak dari ciuman bibir dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan dapat menimbulkan dorongan seksual hingga tidak terkendali, dan apabila dilakukan terus menerus akan menimbulkan perasaan ingin mengulanginya lagi. 5. Meraba bagian tubuh yang sensitive Merupakan suatu kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang sensitif seperti payudara, vagina, dan penis. Dampak dari sentuhan bagian yang paling sensitif tersebut akan menimbulkan ransangan seksual sehingga melemahkan kontrol diri dan akal sehat. 6. Petting Merupakan keseluruhsn aktifitas seksual non intercourse (hingga menempelkan alat kelamin). 7. Oral seksual Oral seksual pada laki-laki adalah ketika seseorang menggunakan bibir, mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita melibatkan bagian disekitar wilayah vulva yaitu libia, klitoris, dan bagian dalam vagina.

7 8. Intercource atau bersenggama Merupakan aktifitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan, dampak dari hubungan seksual pranikah adalah perasaan bersalah, dan berdosa terutama pada saat pertamakali, ketagihan, kehamilan sehingga terpaksa menikah dan aborsi, kematian dan kemandulan akibat aborsi, resiko terkena PMS atau HIV, sangsi sosial agama serta norma, hilangnya keperawanana dan keperjakaan, merusak masa depan. Pendapat tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Benokratis (1996), yang menyatakan bahwa bentuk-bentuk perilaku seks tidak hanya sebatas hubungan intim tetapi banyak bentuk perilaku seks yang dapat dilakukan antaralain masturbasi yaitu bentuk pemuasan seks yang dilakukan oleh diri sendiri yang melibatkan beberapa bentuk dari stimulasi atau ransangan fisik lansung. Peneliti berpendapat perilaku seks bebas yang dilakukan remaja dalam bentuk masturbasi, merupakan perilaku yang dilakukan oleh remaja yang sudah menginjak masa pubertas dimana terjadi peningkatan hormon seks sehingga keinginan yang menggebu-gebu dilampiaskan dalam bentuk masturbasi. Menurut peneliti pemahaman tentang bentukbentuk seks bebas dimungkinkan karena usia remaja antara 17 sampai 19 tahun. Pada tahap perkembangan remaja usia ini merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual dimana remaja mulai mengkomunikasikan beberapa harapan terhadap hubungan hetorekseksual yang diaplikasikan dalam bentuk berpacaran sehingga tanpa disadari perilaku yang ditunjukkan remaja yang berpacaran seperti berciuman (kissing) sudah termasuk bagian dari bentuk seks bebas. Berdasarkan dari data tersebut remaja diusia pertengahan memiliki ciri-ciri khas terkait perkembangan fisik dan seksualnya. Remaja sudah mengalami pematangan fisik, dan memiliki keberanian untuk melakukan kontak fisik. Hal tersebut berdampak pada remaja yang melakukan seks bebas seperti kehamilan, pernikahan di usia muda, penyakit menular seksual terutam HIV dan AIDS. Oleh karena itu, peran orang tua dan guru sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan remaja sehingga remaja terhindar dari perilaku seks bebas. Distribusi frekuensi Gambaran Tingkat Pengetahuan dari dampak seks bebas Dampak seks bebas F % Baik 58 98.3 Cukup 1 1.7 Kurang 0 0 Jumlah 59 100 Menurut hasil penelitian, diperoleh hasil untuk tingkat pengetahuan dari segi dampak seks bebas siswa-siswi SMK Kristen Kuala Kapuas. Diperoleh hasil terbanyak dalam kategori baik sebanyak 58 siswa (98.3%). Hasil penelitian gambaran tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas XI-XII tentang dampak seks bebas di SMK Kristen Kuala Kapuas, terkait dampak yang ditimbulkan akibat seks bebas menunjukkan bahwa 98.3% responden memiliki pengetahuan yang baik. Hal ini dibuktikan dari 59 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai dampak yang ditimbulkan akibat seks bebas sekitar 58 responden dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Jumlah ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan kategori pemahaman mengenai bentukbentuk seks bebas dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas serta pengertian seks bebas. Hasil penelitian ini mengindisikasikan bahwa remaja kelas XI-XII SMK KRISTEN Kuala Kapuas sudah cukup baik pemahaman mengenai dampak yang ditimbulkan akibat seks bebas. Menurut pendapat peneliti ini dimungkinkan karena banyaknya informasi mengenai dampak dari pergaulan bebas yang diterima baik melalui media elektronik seperti internet, TV, radio, dan sebagainya yang menayangkan dan menginformasikan mengenai penyakit menular seksual, HIV, dan AIDS juga kehamilan diluar nikah serta banyaknya pemberitaan tentang aborsi yang dilakukan oleh kalangan remaja yang bertstatus belum menikah. Hubungan seks pranikah dapat mengakibatkan penularan PMS dan HIV-AIDS, kehamilan diluar nikah dan aborsi tidak aman (Depkes, 2003).

8 Menurut Sarwono (2013) dampak seks bebas adalah dampak yang ditimbulkan akibat perilaku seks bebas atau berkembangnya penyakit menular seksual (PMS) remaja, seperti : a. Gonore (Gonorrhea) b. Sifilis c. Ulcus Molle (Chancroid) d. Limfogranuloma Venereum e. Chiamydia f. Vaginitis g. Candidiasis h. HIV/AIDS Pendapat tersebut juga didukung oleh Lestari (2008), menyatakan bahwa meningkatnya penderita penyakit menular seksual terutama pada remaja usia 15 sampai dengan 19 tahun disebabkan karena dampak dari pergaulan seks bebas. Sesuai dengan data informasi yang diperoleh dari staf pengajar SMK Kristen Kuala Kapuas yang menyebutkan bahwa pernah terjadi kasus kejadian hamil diluar nikah yang dialami oleh siswa, ini sebagai bukti bahwa hamil diluar nikah sebagai dampak pergaulan bebas banyak terjadi pada remaja. Kejadian tersebut hendaknya dijadikan sebagai pengajaran yang harus ditindak lanjuti dengan langkah nyata sehingga hal yang sama tidak terjadi lagi mislanya melalui pengawasan yang lebih intensif dilakukan oleh guru BP/BK untuk pencegahan dini dan mengetahui sejauh mana perilaku anak didiknya. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh pengetahuan siswa-siswi kurang hampir sama dengan siswa-siswi dengan pengetahuan baik. Hal ini menunjukan masih ada sebagian dari siswa-siswi masih belum mengetahui bentukbentuk perilaku seks bebas ataupun menganggap hal tersebut bukan susatu bentuk seperti berpegangan tangan antar lawan jenis yang dapat menimbulkan ataupun memicu keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lainnya, sehingga kepuasan lainnya tercapai. Kemudian berpelukan, perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan menimbulkan ransangan seksual pada individu. Ciuman yang akan menimbulkan fantasi seksual menjadi berkembang, disamping itu juga dapat menimbulkan keinginan untuk melanjutkan ke bentuk aktivitas seksual lainnya. Meraba bagian tubuh yang sensitif yang dapat menimbulkan rangsangan seksual. Berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban terlihat juga paling tertinggi yaitu pertanyaan tentang bahaya seks bebas dapat menghambat masa depan pelajar yang termasuk dampak dari perilaku seks bebas dengan rata-rata jawaban menyetujui pernyataan tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa menyadari bahwa perilaku seks bebas akan menghambat masa depan dari diri mereka sendiri. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya tentang gambaran pengetahuan siswa-siswi tentang seks bebas kelas XI dan XII di SMK Kristen Kuala Kapuas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Gambaran tingkat pengetahuan dari segi pengertian seks bebas siswa-siswi SMK KRISTEN Kuala Kapuas diperoleh hasil baik terbanyak 47 siswa (79.7%). 2. Gambaran tingkat pengetahuan dari segi faktor-faktor yang mempengaruhi seks bebas siswa-siswi SMK Kristen Kuala Kapuas diperoleh hasil baik terbanyak 48 siswa (81.4%). 3. Gambaran tingkat pengetahuan dari segi bentuk-bentuk perilaku seks bebas siswasiswi SMK Kristen Kuala Kapuas diperoleh hasil baik terbanyak 23 siswa (39%). 4. Gambaran tingkat pengetahuan dari segi dampak perilaku seks bebas siswa-siswi SMK Kristen Kuala Kapuas diperoleh hasil baik terbanyak 58 siswa (98%).

9 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2010). Prosedur Suatu Pendekatan Praktek Edisi VI. Jakarta: Rineka Cipta (2006). Prosedur Suatu Pendekatan Praktek Edisi VI. Jakarta: Rineka Cipta Departemen Kesehatan RI. (2003). Program Kebijakan Pemerintah dalam penganggulangan dan Pemberantasan PMS termasuk AIDS. Jakarta Peneliti : 1. Lorina indari. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan 2. Margaretha Martini SPC, BSN. Dosen sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan 3. Aulia Rahcman S.Kep. Dosen Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Penyakit Menular Seksual. Http:Cintaestari wordpress.com/2008/09/06penyakitmenular-seksual. Diakses 25 April 2016. Lestari. (2008). Penyakit Menular Seksual. Http:Cintaestari wordpress.com/2008/09/06penyakitmenular-seksual. Diakses 25 April 2016. Sarwono, Sallito W (2013) Psikologi Remaja-Ed 1, Cet.17.Jakarta : Rajawali Pres Santrock, Jhon W (2011) Remaja-Ed.11. Jakarta : Erlangga Suaib, febriyanto (2013) Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang seks bebas pada siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Telaga. http://www.skripsistikes.wordpress.co m. Diakses pada tanggal 16 Februari 2016 Sunani, afi (2014) Gambaran pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Semarang tahuan ajaran 2013-2014. http://www.skripsistikes.wordpress.com.diakses pada tanggal 16 Februari 2016. Sunaryo (2010) Psikologi Untuk Keperawatan- Ed 2. Jakarta : EGC Wicaksono (2014) Pedoman Penyelenggaraan Pelayananan Keluarga Berencana dalam jaminan kesehatan nasional. Jakarta : DITJALPEM BKKBN