BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

BAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman di

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang tergolong tanaman semusiman. Tanaman berbentuk perdu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

Trichoderma spp. ENDOFIT AMPUH SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah spesies jamur patogen tanaman telah mencapai lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati.

PENDAHULUAN. Sebagian besar produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Ekspor. teh dan kakao (Kementerian Pertanian, 2015).

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang terus meningkat. Segala upaya untuk meningkatkan produksi selalu

I. PENDAHULUAN. khususnya cabai merah (Capsicum annuum L.) banyak dipilih petani dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang menghasilkan salah satu komoditas unggulan di Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

PENGARUH AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLUORESEN TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT LAYU (Fusarium sp.) DAN PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

I. PENDAHULUAN. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan mikroorganisme, baik itu mikroorganisme yang menguntungkan. maupun yang merugikan. Jamur merupakan mikroorganisme yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Indonesia ABSTRACT

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dunia setelah padi, gandum, dan jagung (Wattimena, 2000 dalam Suwarno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kedelai menjadi tanaman terpenting ketiga setelah padi dan jagung

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak

PENDAHULUAN. Cabai merah adalah salah satu komoditas sayuran penting yang banyak

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tembakau merupakan komoditas perkebunan yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sheldon (1904), penyakit layu Fusarium dapat diklasifikasikan

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. terpenting ke-4 di dunia setelah gandum, jagung dan beras (Rowe, 1993 dalam

I. PENDAHULUAN. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang dipanen

Bersama ini kami informasikan beberapa produk/teknologi unggulan kami yang layak untuk digunakan.

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996).

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jahe (Zingiber officinale Rosc) sebagai salah satu tanaman temu-temuan

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Cabai adalah tanaman perdu dari famili terong-terongan ( Solanaceae) yang

I. PENDAHULUAN. diperkirakan, pengendalian hama pun menjadi sulit dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGENDALIAN OPT PADI RAMAH LINGKUNGAN. Rahmawasiah dan Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit layu Fusarium dapat diklasifikasikan

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman semusim yang

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

Mengapa menggunakan sistem PHT? Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Mengapa menggunakan sistem PHT? Mengapa menggunakan sistem PHT?

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao (Theobroma cacao L.), merupakan tanaman yang berasal dari lereng timur

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

BAB I PENDAHULUAN. melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Brokoli (Brassica oleracea var. italica) merupakan salah satu tanaman

PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Smith.) sudah tidak asing lagi bagi. penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Dalam buah tomat banyak

*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus L. (Merr)) merupakan salah satu tanaman yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

Uji Antagonis Gliocladium sp dalam... Syamsul Rizal...Sainmatika...Volume 14...No 2 Desember

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. allin dan allisin yang bersifat bakterisida (Rukmana, 1994).

I. TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Layu Fusarium Pada Pisang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pisang adalah tanaman penghasil buah yang paling banyak dikonsumsi dan

UJI KOMPATIBILITAS DAN KEMAMPUAN DUA AGENSIA HAYATI PSEUDOMONAD FLOURESEN DAN ACTINOMYCETES DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN RALSTONIA SOLANACEARUM

Andi Faisal Suddin, Tamrin Kunta dan Muslimin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi budidaya tanaman yang dilakukan perlu berorientasi pada pemanfaatan sumber daya alam yang efektif penggunaannya, sehingga tercipta keseimbangan lingkungan yang dapat menjamin kelangsungan hidup manusia dan spesies lainnya. Ketahanan pangan diarahkan kepada penemuan dan pengembangan pangan alternatif, sehat dan halal. Pengembangan pangan organik menjadi keharusan untuk menjawab tantangan tumbuhnya berbagai macam penyakit akibat residu makanan yang membahayakan bagi tubuh manusia. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah lingkungan akan menjadi primadona, karena itu kualitas dan kuantitas hasil produk pertanian harus memenuhi standart yang ditentukan untuk menghindari pemakaian pestisida sintetik. Salah satu alternatif upaya peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian dapat dilakukan dengan pemanfaatan agen hayati (biofungisida) sebagai pengganti pestisida sintetik yang selama ini telah diketahui banyak digunakan dikalangan petani. Menurut Samways dalam Purwantisari (2009), penggunaan pestisida sintetik yang berlebihan dalam upaya mengendalikan penyakit tanaman dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, contohnya resistensi, resurgensi, pencemaran lingkungan, musnahnya musuh alami, terbunuhnya mikroorganisme bukan sasaran, membahayakan kesehatan dan timbulnya residu pestisida dalam tanaman. 1

2 Proses pertumbuhan tanaman seringkali dijumpai adanya gangguan penyakit baik pada benih yang akan digunakan sampai tanaman yang ada di lapangan. Aripin (2003) menyatakan, tanaman Capsicum annum L yang intensif meliputi areal yang luas yang dapat menimbulkan perkembangan beberapa jenis hama, sehingga mengakibatkan masalah yang cukup meresahkan. Hama dan penyakit merupakan pembatas produksi utama. Hama-hama yang penting pada tanaman Capsicum annum L antara lain Apis (Aphis gossypii Sulz) Thrips (Thrips parvispinus Karny) dan lalat buah cabai (Dacus dorsalis Hend). Sedangkan penyakit yang penting pada tanaman cabai antara lain adalah penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) dan penyakit bercak daun (Cercospora capsici). Menurut Vos, (1994), menyebutkan besarnya kehilangan hasil oleh serangan satu atau lebih hama dan penyakit berkisar antara 12-65 %. Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (2009), rata-rata produktivitas usahatani cabai di tingkat petani (5-6 ton ha -1 ) masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan potensi hasilnya (6-11 ton ha -1 ). Menurut Santika dalam Malen (2011), salah satu kendala yang cukup berat pada usahatani cabai adalah serangan hama penyakit bercak daun yang dapat menyerang tanaman muda di persemaian, dan cenderung lebih banyak menyerang tanaman tua. Serangan berat menyebabkan tanaman cabai kehilangan hampir semua daunnya, kondisi ini akan mempengaruhi kemampuan cabai dalam menghasilkan buah. Kondisi lingkungan yang selalu hujan mendukung perkembangan dan penyebaran penyakit bercak daun.

3 Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) hingga saat ini masih merupakan masalah utama yang membatasi produksi terutama untuk daerahdaerah yang mempunyai iklim tropis, karena itu diperlukan pengendali hayati yang ramah lingkungan, salah satunya dengan pengendalian hayati. Menurut Lestari (2014), pengendalian hayati diharapkan dapat mengurangi efek samping dari penggunaan pestisida dalam mengendalikan serangan OPT, pengendalian hayati penyakit tumbuhan diarahkan dengan penggunaan agen hayati cendawan endofit nonpatogen. Cendawan endofit adalah cendawan yang hidup dan menginfeksi jaringan tanaman dengan tidak menimbulkan gejala penyakit. Pengendalian menggunakan agen hayati dengan cendawan endofit yaitu suatu pengendalian yang memanfaatkan cendawan untuk menghambat pertumbuhan patogen dengan cara menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta antibiotika. Asosiasi beberapa cendawan endofit dengan tumbuhan inang mampu melindungi tumbuhan inangnya dari beberapa patogen virulen, baik bakteri maupun cendawan (Simarmata dan Rumilla, 2007). Pengendalian hayati yang bersifat spesifik adalah penggunaan bakteri, fungi, protozoa dan virus. Bahan-bahan tersebut dilarutkan dengan air atau pelarut lainnya kemudian dapat digunakan langsung. Kelebihan pestisida hayati, menurut Soesanto (2002), adalah pengaruhnya yang selektif akan tetapi penggunaanya harus seiring mungkin karena bahan-bahan aktif yang terkandung mudah terurai, dengan demikian cukup banyak jenis mikroorganisme dan beberapa produk

4 organik yang dapat digunanakan sebagai bahan pengendali hayati. Salah satu bahan pengendali hayati adalah Trichoderma sp. Cendawan Trichoderma sp. merupakan mikroorganisme tanah bersifat saprofit yang secara alami menyerang cendawan patogen dan bersifat menguntungkan bagi tanaman. Cendawan Trichoderma sp merupakan salah satu jenis cendawan yang banyak dijumpai hampir pada semua jenis tanah dan pada berbagai habitat yang merupakan salah satu jenis cendawan yang dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati pengendali patogen tanah. Cendawan ini dapat berkembang biak dengan cepat pada daerah perakaran tanaman (Gusnawaty, 2014). Spesies Trichoderma sp disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agens hayati. Trichoderma sp dalam peranannya sebagai agen hayati bekerja berdasarkan mekanisme antagonis yang dimilikinya (Wahyuno 2009). Purwantisari (2009), menyatakan bahwa Trichoderma sp merupakan cendawan parasit yang dapat menyerang dan mengambil nutrisi dari cendawan lain. Kemampuan dari Trichoderma sp adalah mampu memarasit cendawan patogen tanaman dan bersifat antagonis, karena memiliki kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan cendawan lain. Mekanisme yang dilakukan oleh agen antagonis Trichoderma sp terhadap patogen adalah mikoparasit dan antibiosis. Selain itu, cendawan Trichoderma sp juga memiliki beberapa kelebihan seperti mudah diisolasi, daya adaptasi luas, dapat tumbuh dengan cepat pada berbagai substrat, cendawan ini juga memiliki kisaran mikroparasitisme yang luas dan tidak bersifat patogen pada tanaman (Arwiyanto,

5 2003). Mekanisme yang terjadi di dalam tanah oleh aktivitas Trichoderma sp yaitu kompetitor baik ruang maupun nutrisi, dan sebagai mikoparasit sehingga mampu menekan aktivitas patogen tular tanah (Sudantha et al., 2011). Kemampuan masing-masing spesies Trichoderma sp dalam mengendalikan cendawan patogen berbeda-beda, hal ini dikarenakan morfologi dan fisiologinya berbeda-beda (Widyastuti, 2006). Beberapa spesies Trichoderma sp sebagai agens hayati adalah Trichoderma harzianum, Trichoderma viridae, dan Trichoderma koningii yang tersebar luas pada berbagai tanaman budidaya (Yuniati, 2005). Beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa Trichoderma sp. dapat mengendalikan patogen pada tanaman diantaranya Rhizoctonia oryzae yang menyebabkan rebah kecambah pada tanaman padi (Semangun, 2000), Phytopthora capsici penyebab busuk pangkal batang pada tanaman lada (Nisa, 2010), dan dapat menekan kehilangan hasil pada tanaman tomat akibat Fusarium oxysporum (Taufik, 2008). Berdasarkan keadaan tersebut maka eksplorasi dan skrining agen hayati pada keanekaragaman hayati yang kita punya harus dilakukan dalam rangka untuk menemukan sumberdaya genetik baru yang berpotensi sebagai agen pengendalian hayati penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Pemanfaatan cendawan endofit memiliki peranan penting pada jaringan tanaman inang yang memperlihatkan interaksi mutualistik, yaitu interaksi positif dengan inangnya dan interaksi negatif terhadap OPT. Permasalahan pengendalian hayati penyakit tanaman yang ramah lingkungan, berkaitan dengan materi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

6 (IPA) yang diajarkan pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas IX materi bioteknologi dan produksi pangan pada KD 3.9 yaitu mendeskripsikan penerapan bioteknologi dalam mendukung kelangsungan hidup manusia melalui produksi pangan. Pencapaian materi tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai cara, salah satunya adalah dengan melakukan pengembangan sumber belajar biologi dengan mengubah pola pembelajaran yang selama ini hanya bersumber pada buku paket dan buku saku guru. Pembelajaran akan lebih menarik dengan memanfaatkan aneka media yang relevan dengan materi yang akan diajarkan. Berdasarkan penguraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Cendawan Tanah di Tempat Pembuangan Sampah dengan Antagonistik Penyebab Penyakit Bercak Daun (Cescospora capsici) pada Cabai Besar (Capsicum annum L.) secara in Vitro sebagai Sumber Belajar Biologi SMP Kelas IX. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1.2.1 Bagaimana hasil isolat penyebab patogen bercak daun (Cescospora capsici) dan cendewan tanah di tempat pembungan sampah? 1.2.2 Bagaimana pengaruh cendawan tanah di tempat pembuangan sampah dengan antagonistik penyebab penyakit bercak daun (Cescospora capsici) pada cabai besar (Capsicum annum L.) secara in vitro?

7 1.2.3 Bagaimana hasil isolat spesies cendawan tanah di tempat pembuangan sampah yang paling optimal menghambat pertumbuhan penyebab patogen bercak daun (Cescospora capsici) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.) secara in vitro? 1.2.4 Bagaimana pemanfaatan hasil penelitian ini sebagai sumber belajar biologi SMP kelas IX? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1.3.1 Menganalisis hasil isolat penyebab patogen bercak daun (Cescospora capsici) dan cendewan tanah di tempat pembungan sampah. 1.3.2 Menganalisis pengaruh cendawan tanah di tempat pembuangan sampah dengan antagonistik penyebab penyakit bercak daun (Cescospora capsici) pada cabai besar (Capsicum annum L.) secara in vitro. 1.3.3 Menganalisis hasil isolat spesies cendawan tanah di tempat pembuangan sampah yang paling optimal menghambat pertumbuhan penyebab patogen bercak daun (Cescospora capsici) pada tanaman cabai (Capsicum annum L.) secara in vitro. 1.3.4 Memanfaatkan hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi SMP kelas IX.

8 1.4 Manfaat Penelitian Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah : 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Menambah khasanah keilmuan bagi penulis tentang pemanfaatan cendawan tanah pembuangan sampah sebagai alternatif pengendalian penyakit pada tanaman holtikultural secara alami. b. Memperluas terapan keilmuan peneliti pada mata kuliah Pengetahuan Lingkungan, Kesehatan Masyarakat, Mikrobiologi, Bioteknologi dan Metodologi Penelitian. c. Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi ilmiah kepada masyarakat secara umum dan para praktisi akademisi maupun semua kalangan yang terkait. Sumber belajar tidak harus digunakan dalam proses belajar mengajar, hal ini dapat dijadikan informasi bagi siapa saja yang membacanya. 1.4.4 Manfaat Praktis a. Pada aspek pendidikan, guru dapat memanfaatkan hasil penelitian sebagai sumber belajar berupa buku saku sehingga dapat memberikan masukan kepada guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). b. Siswa dapat menerapkan pentingnya pemanfaatan cendawan antagonis sebagai pengendali hayati terhadap penyakit tanaman holtikultural.

9 1.5 Batasan Masalah Agar penelitian tidak menyimpang dari fokus permasalahan, perlu adanya beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1 Cendawan tanah yang diteliti diambil dari tempat pembuangan sampah di lokasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Desa Pakisaji-Kecamatan Pakisaji-Kabupaten Malang. 1.5.2 Sampel tanah diambil pada sore hari pada kedalaman 10-15 cm dari permukaan tanah dan di simpan di kantong plastik ± 1 kg. 1.5.3 Cendawan antagonis tempat pembuangan sampah diidentifikasi dengan cara isolasi (pengenceran bertingkat/berseri) sebagai agen hayati (biofungisida) untuk menghambat pertumbuhan penyebab patogen bercak daun (Cescospora capsici) pada cabai besar (Capsicum annum L). secara in vitro. 1.5.4 Spesies cendawan tanah yang akan digunakan untuk mengendalikan penyebab patogen bercak daun (Cescospora capsici) yang ditemukan saat identifikasi awal adalah hanya tiga spesies, hal ini karena faktor non respon seperti, biaya, waktu dan tenaga. 1.5.5 Sampel tanaman cabai besar (Capsicum annum L). yang terinfeksi patogen Cescospora capsici yang diambil yaitu berupa daun yang terdapat bercak-bercak kuning. 1.5.6 Indikator pengamatan penelitian yaitu untuk mengetahui presentase penghambatan terhadap patogen Cescospora capsici 1.5.7 Sumber belajar biologi yang dimaksud adalah berupa jurna.

10 1.6 Definisi Operasional Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.6.1 Pengaruh adalah suatu daya atau kekuatan yang timbul dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di alam sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya. 1.6.2 Cendawan Antagonis adalah kompetitor ruang dan nutrisi yang baik, dapat menghasilkan enzim pemecah kitin dan dapat menghasilkan antibiotik yang bervariasi (Cook dan Baker, 1998). 1.6.3 Pengendalian diarahkan pada penggunaan agens hayati dengan cendawan endofit. Cendawan endofit adalah suatu pengendalian yang memanfaatkan cendawan untuk menghambat pertumbuhan patogen dengan cara menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta antibiotika (Lestari 2014). 1.6.4 Tanah merupakan susunan dari senyawa anorganik, senyawa organik, udara, air, serta mengandung bagian yang berbentuk jasad hidup yang secara umum terdiri dari mikroorganisme (Waluyo, 2013). 1.6.5 Cescospora capsici adalah Penyakit yang disebabkan oleh jamur Cescospora capsici. Jamur membentuk konidium berbentuk gada panjang, bersekat 3-12 dengan ukuran 60-200 x 3-5 µm, konidiofor pendek, bersekat 1-3 (Suhardi, 1980).

11 1.6.6 Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar (AECT, 1994). 1.6.7 Biologi adalah ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan makhluk hidup dan kehidupan, yang dibahas dalam ilmu biologi adalah gejala atau obyek yang berkaitan dengan makhluk hidup, seperti pembentukan makhluk hidup, zat yang dibutuhkan makhluk hidup, dan berbagai hal mengenai hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya (LCC Universe, 2007).