BAB II. A. Kajian Pustaka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB I. tersebut tidak sesubur perkembangan batik pinggir kali Keberadaan batik

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. disebut juga dengan Batik Girli (Pinggir Kali) 1980-an. Sebab, pionir kerajinan batik di Sregen umunya pernah bekerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang kadang-kadang dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. dinamika selera modern dan teknologi (Asti dkk., 2011: 9). Perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Ragam Hias Kain Batik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk menyebutkan kain batik yang dihasilkan pengrajin batik dari daerah Blora,

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY

BAB II KAJIAN TEORI. keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda),

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata dasar manfaat yang berarti guna, faedah, sedangkan memanfaatkan

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BATIK TULIS KONTEMPORER DI DESA KLIWONAN KABUPATEN SRAGEN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

Teknik dasar BATIK TULIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. permukaan kain setelah melalui proses penenunan.

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN. adanya bermunculan berbagai macam motif batik di semua daerah kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan. Nur Hayati 1 Sarah Rum Handayani 2 Theresia Widiastuti 3

Perbedaan Desain Batik Kawung Klasik dan Batik Kawung Modern. Tri Suerni. Abstrak

Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II. Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

KAJIAN RAGAM HIAS BATIK LASEM MASA KINI

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

KAJIAN MOTIF BATIK PAGI-SORE PEKALONGAN

BAB IV PENUTUP. di daerah tersebut. Begitu pula di Banjarnegara, selain keramik klampok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

KONSEP SENI SEMEN PADA BATIK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

Kerajinan Fungsi Hias

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FILSAFAT SEBAGAI DASAR KAJIAN DALAM PENERAPAN MOTIF- MOTIF SENI BATIK KLASIK

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

Transkripsi:

BAB II A. Kajian Pustaka 1. Batik Batik adalah sehelai wasrta, yakni sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional, beragam hias pola batik tertentu, yang pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan malam atau lilin batik sebagai bahan perintang warna. Suatu wastra dapat disebut batik bila mengandung dua unsur pokok: teknik celup rintang yang menggunakan lilin sebagai perintang warna dan pola yang beragam hias khas batik (Doellah, 2002 : 10). Batik merupakan seni kreasi membuat bahan sandang dengan motif-motif hias menggunakan media malam/wax di bahan kain. Seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia yang telah berabadabad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya Bangsa Indonesia. Banyak hal yang dapat terungkap dari seni batik, seperti latar belakang kebudayaan, kepercayaan, adat istiadat, sifat dan tata kehidupan, alam lingkungan, cita rasa, tingkat ketrampilan dan lain-lain. (Djoemena, 1990: 15). Keberadaan motif dan pola pada batik memegang peranan yang sangat penting. Motif adalah kerangka gambar yang merupakan bagian pokok dari pola, yang apabila motif itu digabungkan akan menghasilkan pola batik sesuai dengan motifnya. Motif merupakan desain yang dibuat dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen, yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk stilasi alam benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri (Suhersono, 2006: 810). Pola 8

9 batik merupakan kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Penerapan pola dalam batik yaitu dengan mengulang dan mengatur lagi. Pola adalah suatu bentuk pengulangan motif yang disusun dan diatur kembali secara struktual. Pola merupakan bentuk pengulangan motif, artinya sebuah motif yang diulang secara struktual dipandang sebagai pola (Sunaryo, 2010: 14). Penggolongan motif batik dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Susanto, 1980: 215-231): a. Golongan geometris. Golongan geometris adalah golongan motif yang mudah dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang disebut rapor (Susanto, 1980: 215). Golongan geometris ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu pertama yang rapornya berbentuk seperti ilmu ukir biasa, dengan bentuk segi empat, segi empat panjang dan lingkaran. Kedua tersusun dalam garis miring, sehingga rapornya berbentuk belah ketupat. Motif batik yang tergolong mepunyai rapor segi empat ialah : 1) Golongan motif banji. Golongan motif banji yaitu motif yang berdasarkan ornament swastika. Batik banyumas adalah daerah yang masih membuat motif banji ini, dengan proses bedesan sehingga hanya terdapat warna hitam dan coklat. Motif ini tergolong motif klasik 2) Golongan motif Ganggong. Golongan motif ganggong sepintas seperti motif ceplok, bedanya motif ganggong berupa garis yang tidak sama panjang, sedang ujung garis yang paling panjang mirip bentuk salib.

10 3) Golongan motif Ceplok. Golongan motif Ceplok adalah motif batik yang di dalamnya terdapat gambar-gambar segi empat, lingkaran dan segala variasinya. Nama-nama pada motif ceplok di ambil berdasarkan nama penciptanya, Isi ornamen yang di gambarkan dan berdasarkan atas kedaerahan. 4) Golongan motif nitik atau anyaman. Golongan motif nitik adalah motif yang tersusun atas garis-garis putus, titik-titik dan variasinya, sehingga motif nitik disebut juga motif anyaman. Motif ini dianggap motif asli dan tergolong motif tua. 5) Golongan motif kawung Golongan motif kawung yaitu motif yang tersusun dalam bentuk bundar, lonjong atau elips. Susunan memanjang menurut garis diagonal miring kekiri dan kekanan secara berselang seling. Motif kawung digambarkan berupa lingkaran-lingkaran yang saling berpotongan atau bentuk bulat lonjong yang saling mengarah kesatu titik yang sama. Nama-nama dari motif kawung didasarkan pada besar kecilnya kawung tersebut, misalnya : a) Kawung bentuknya kecil-kecil disebut kawung pecis. Pecis adalah nama mata uang dari logam yang paling kecil. b) Kawung yang berukuran agak besar disebut kawung bribil. Bribil adalah mata uang logam yang besarnya lebih besar dari picis.

11 c) Kawung yang lebih besar dari kawung bribil disebut kawung sen. 6) Golongan motif parang dan lereng Golongan motif parang dan lereng adalah motif-motif yang tersusun menurut garis miring atau diagonal. Pada bidang miring antara dua deret parang yang bertolak belakang digambar deretan segi empat yang disebut mlinjon. Jadi kalau tidak terdapat mlinjon berarti bukan parang tetapi lereng atau liris. b. Golongan non geometris. Golongan non geometris yaitu motif batik yang tersusun atas ornamen tumbuh-tumbuhan, meru, pohon hayat, candi, binatang, burung, garuda ular atau naga, dalam susunan tidak teratur menurut bidang geometris meskipun dalam satu kain batik akan terjadi pengulangan motif tersebut, yang termasuk golongan motif non geometris adalah : 1) Motif Semen. Motif semen berasal dari bahasa jawa semi yang berarti tumbuhnya bagian dari tanaman. Susunan ornamen semen ini terdiri dari tumbuh-tumbuhan, burung, binatang, lar-laran yang disusun dalam komposisi pembagian bidang yang harmonis. 2) Motif buketan atau terang bulan. Motif buketan adalah motif yang mengambil tumbuh-tumbuhan atau bunga-bunga sebagai ornamen hias, digambar secara realistis tanpa distilisasi, disusun meluas memenuhi bidang kain yang terdapat pada kain sarung, sedangkan motif terang bulan hampir

12 sama dengan motif buketan hanya penempatannya pada ujung kain berbentuk segitiga yang disebut tumpal. Tumpal ini diberi isenisen motif batik, sedangkan yang diluar bidang tumpal diberi ornamen kecil-kecil yang bertebaran. 2. Perkembangan Batik Para ahli arkeolog telah menemukan fakta, bahwa orang-orang Mesir dan Parsi telah memakai pakaian-pakaian batik dua ribu tahun yang lampau. Penduduk di Jepang, Tiongkok dan India dan kebanyakan negara-negara Timur. Di Indonesia tepatnya di pulau Jawa batik telah ada sejak abad ke-10 sesudah Masehi, dan sejak itu pula batik telah menjadi satu dengan sejarah dan kebudayaan orang-orang Jawa sehingga tidak dapat dipisahkan daripadanya (Martin & Dwijoamiguno, 1980: 7). Pengguanaan batik di daerah Solo terdapat aturan atau tata cara tentang pemakaian batik. Peraturan ini antara lain menyangkut (Djoemena, 1986: 11): 1. Kedudukan sosial si pemakai. 2. Pada kesempatan atau peristiwa mana kain batik ini dipakai atau dipergunakan tergantung dari makna atau arti dan harapan yang terkandung pada ragam hias tersebut. Perubahan jaman dan kebutuhan manusia memberikan dampak pada perubahan kebutuhan tekstil. Teknologi printing telah membanting batik tulis, sehingga batik tradisional mengurangi produksi 30 %. Bahkan beberapa pengusaha terpaksa menganggurkan tenaga kerjanya lebih dari separuh buruh yang semula 100 orang (Rizali, 2006: 82). Kain

13 batik dipandang tidak praktis untuk diperbanyak dengan waktu yang cepat misalnya kebutuhan kain seragam. Pada saat batik mulai ditinggalkan para peminatnya karena dianggap tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan adat kebiasaan mereka yang baru, maka orang berusaha untuk mencari dimensi baru seni batik dengan maksud agar eksistensinya di masyarakat masih dapat dipertahankan. Kini kain batik tidak hanya sebagai kain yang eksistensinya semakin menurun karena semakin dipandang tidak praktis untuk kehidupan modern tetapi juga untuk kemeja, rok, jas, dan blaster, dan bahkan juga untuk alas meja, bed cover, gorden, dan sebagainya (Soedarso, 1998: 12-13). Batik yang berusaha menunjukan eksistensinya tidak hanya berkembang karena faktor fungsi namun juga aspek estetis dan ide. Selama lebih dari 150 tahun terakhir, produksi batik terlibat dengan berbagai perkembangan gagasan, baik pada aspek estetis, teknologi, maupun fungsionalnya. Eksistensinya menunjukan suatu tradisi dari sebuah produk kebudayaan Indonesia yang tidak statis, melainkan senantiasa berada dalam dinamika sesuai dengan perkembangan lingkungan dan semangat zaman, sebagai suatu bentuk dari integrasi tradisi dengan modernitas (Musman, 2011: 9). Kebutuhan batik kreasi baru di masa kini merupakan kebutuhan yang mengikuti perubahan kebudayaan. Budaya inovasi motif batik yang berkembang pesat ini tidak terlepas dari kehendak pasar dan kebutuhan konsumen masa kini. Seperti yang diungkapkan Endraswara bahwa, kebudayaan adalah sebuah produk manusia yang dipengaruhi oleh ruang dan waktu (Endraswara, 2006: 24 ). Perkembangan batik membuktikan

14 bahwa batik sangat dinamis, yaitu dapat disesuaikan dalam dimensi ruang, waktu, dan bentuk. Dimensi ruang adalah dimensi yang berkaitan dengan wilayah persebaran batik di indonesia yang pada akhirnya menghasilkan sebuah gaya kedaerahan seperti batik Yogyakarta & Batik Surakarta. Dimensi waktu adalah dimensi yang berkaitan dengan perkembangan dari masa lalu sampai masa sekarang. (Haryono, 2008: 1). Lingkungan yang selalu berubah seiring perubahan gaya dan tradisi mempengaruhi perkembangan pola batik. Seniman dalam menciptakan karya seni dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya (Masiswo, 2013: 31-34). Menurut perkembangannya, pola batik diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pola batik klasik (batik keraton) dan pola batik kontemporer. Pola batik kontemporer adalah pola batik yang sudah mengalami pengembangan atau inovasi baru. Pola batik klasik adalah pola batik tradisi berasal dari warisan leluhur. Disamping itu, pola batik klasik memiliki nilai estetik yang tinggi dan terdapat pesan moral di dalamnya. (Doellah, 2002 : 55). Struktur dasar batik merupakan prinsip dasar penyusunan batik. Struktur batik terdiri dari unsur pola atau motif batik yang disusun berdasarkan pola yang sudah baku (Kartika, 2007: 87). 1. Motif Utama Motif utama, merupakan unsur pokok pola, berupa gambar-gambar bentuk tertentu, karena merupakan unsur pokok maka dapat disebut ornamen utama (pokok) 2. Motif Pendukung

15 Motif pendukung merupakan pola berupa gambar-gambar yang dibuat untuk mengisi bidang, bentuk lebih kecil dari pada ornamen utama. Motif ini juga dapat disebut ornamen pengisi (selingan) 3. Moti Isen-isen Motif isen untuk memperindah pola secara keseluruhan, baik ornamen pokok maupun ornamen pengisi diberi isian berupa hiasan titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis. Biasanya isen dalam seni batik mempunyai bentuk dan nama tertentu, dan dalam jumlah banyak. 3. Batik Kontemporer Seni Rupa Kontemporer muncul pada tahun 1970-an setelah seni modern dianggap krisis karena telah mengalami kemapanan. Disini muncul seni rupa baru Indonesia pada tahun 1975. Dasar dari gerakan seni rupa baru Indonesia adalah berupaya agar seni lebih hidup, tidak memusingkan kepala, alamiah, berfaedah, dan sebuah realitas kehidupan dalam seantero spektrum masyarakat (Mikluoho-Maklai, 1998: 41). Menurut Bambang Utoro (1979: 101) arti kata kontemporer adalah dewasa ini atau pada masa kini. Kontemporer artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini, jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Kata kontemporer yang berasal dari kata co (bersama) dan tempo (waktu). Sehingga menegaskan bahwa seni kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui.

16 Arti kata kontemporer adalah dewasa ini atau masa kini, maka motif-motif batik kontemporer merupakan motif-motif batik yang dibuat untuk masa kini. Batik kontemporer sebagian besar dibuat oleh para seniman, juga para desainer batik. Motif yang dibuat dalam batik kontemporer sangat bebas tergantung seniman atau desainernya. Perkembangan Batik Kontemporer atau batik modern ini dimulai sejak tahun 1967 dan mendapat sambutan pada tahun 1970. Pada tahun 1970 para seniman dan masyarakat mulai menerima dan mengakui adanya batik modern. Beberapa jenis batik dalam batik modern ini antara lain (1) Gaya abstrak minimalis (2) Gaya gabungan (3) Gaya lukisan (4) Gaya khusus cerita lama, terkadang seperti campuran antara nyata dan abstrak dan mungkin banyak gaya lain lagi tergantung dari pelukis/ seniman yang mengembangkan (Susanto, 1980: 15). Batik Kontemporer yaitu semua macam jenis batik yang motif dan gaya tidak seperti batik tradisional, tidak terikat aturan tertentu seperti pada isen-isen, dan bersifat bebas. Teknik yang digunakanpun tidak terikat pada alat yang biasa dipakai dalam membatik. Motif dan isen tergantung si pencipta, satu hal lagi yang menjadi ciri batik kreasi baru tidak memiliki keterkaitan dengan tradisi tertentu (Susanto, 1980: 15). Bentuk dan corak kain masa kini memiliki kemungkinan gagasan yang tidak terbatas, bersifat dekoratif sekuler ketimbang simbolis spiritual, serta amat dinamis siklus-siklus pergantiannya (Musman, 2011: 11). Motif batik kontemporer menganut gaya bebas dan tidak bermakna sebagaimana batik tradisional. Motif batik klasik dimasukan pada batik kontemporer sebagai pengisi atau

17 pendukung motif batik kontemporer membuktikan bahwa batik kontemporer masih membawa gaya tradisi walaupun tidak lagi memiliki makna. Batik tulis kontemporer yang mempertahankan cara pembuatan batik dengan tulis tangan atau canting ini masih membawa unsur tradisional dengan teknik yang tradisional. Fenomena ini sependapat dengan ungkapkan Michael Dove, tradisional tidak harus berarti terbelakang. Budaya tradisional selalu mengalami perubahan yang dinamis oleh karena itu budaya tradisional tidak merubah ketradisionalan itu sendiri (Dove, 1985: XV). Menurut Asmoro Damais dalam Indonesia Indah, batik masa depan perlu mengikuti perkembangan kecenderungan masa dengan mendayagunakan corak-corak batik lama untuk kebutuhan baru, dalam tata warna dan proporsi yang sesuai dengan selera masa kini ( Anas, Biranul dkk, 1997: 227) Batik kontemporer menjadi salah satu kebutuhan bagi masyarakat modern dimana bentuk dan gaya corak kain masa kini memiliki kemungkinan gagasan yang tidak terbatas. Batik kontemporer muncul karena berbagai dinamika mode dan tren. Batik kontemporer menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya yang lebih ekspresif, tidak terikat dengan tradisi tertentu, dan sesuai dengan semangat zaman (kekinian). Fakta ini ditandai dengan banyaknya permintaan pasar terhadap batik kontemporer sehingga mendatangkan nilai ekonomi dan mendorong kreativitas seniman, desainer maupun pengrajin batik untuk menciptakan beragam kreasi batik kontemporer (Kompas, 2/10/2009).

18 Menurut Biranul Anas, dkk, batik kontemporer mampu menjawab tuntutan zaman yang menuntut sesuatu yang mengandung kebaruan, mempunyai karakter khusus (unik) dan sesuai dengan semangat zaman mengikuti perkembangan corak lingkungan usaha yang ditandai oleh kesementaraan/ trend (Anas, Biranul dkk, 1997: 240-246). Menurut Destin Huru Setiati (2007: 61) batik kontemporer berpola bebas dan biasanya mengambil bentuk primitif, bentuk patung, bentuk alam, dan sebagainya. Pengertian dan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa batik Kontemporer merupakan batik bersifat modern yang dibuat dari ide masa kini dengan kebebeasaan motif dan tidak terikat pada alat yang dipakai maupun oleh aturan-aturan dan tradisi. Batik kontemporer memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan batik klasik. Perbedaan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menggolongkan batik yang diproduksi di desa Kliwonan sebagai batik klasik atau kontemporer. Terkait hal ini telah ada penelitian yang menggolongkan batik Kliwonan sebagai siasat menjawab permintaan pasar. Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu yang mengungkapkan Penggarapan beberapa jenis pola di komunitas batik Kliwonan merupakan siasat menjawab permintaan pasar, Batik Kliwonan menggarap (Affanti, 2009: 146):

19 a. Batik Pola Klasik Batik klasik merupakan batik rakyat yang dilegitimasi kemudian menjadi bagian tradisi budaya kraton Jawa yang mencapai kesempurnaan pada beberapa motif yang sekarang (Dharsono, 2007: 75). Motif batik pola klasik dibuat berdasarkan tradisi dan tetap bertahan sejak dahulu hingga saat ini. Batik jenis ini telah menjadi pesanan rutin dari beberapa toko batik atau pedagang batik di Surakarta. Jenis-jenis polanya sebagian besar ditentukan oleh pihak pemesan seperti pola sidomulya, sidodrajad, sidomukti, semen rama, dan lain-lainnya. Keadaan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa batik pola klasik masih dibutuhkan oleh masyarakat. b. Batik Gabungan Pola Klasik Batik gabungan pola klasik adalah batik yang pola hiasnya digarap melalui gabungan antara dua pola atau motif klasik, misalnya pola cakar dengan motif gurda, pola truntum dengan lar, dan seterusnya, Pelaksanannya, motif-motif batik klasik ini oleh seniman perajin digubah dengan cara menghilangkan motif-motif tertentu, menambahkan motif-motif tertentu, menggabungkan dengan isenisen lainnya, menghaluskan isen-isennya dan seterusnya, namun ciri dasarnya masih nampak. c. Batik Pola Agraris Pola agraris pada Batik Kliwonan juga sangat menonjol. Mulai berkembang setelah para pembatik mendirikan usaha batik di daerah ini, yaitu sekitar tahun 1990-an, pola-pola ini seringkali tampil

20 dengan variasinya. Alam lingkungan pedesaan atau pertanian memberikan inspirasi dalam penciptaan pola agraris Batik Kliwonan. Motif-motif agraris yang diterapkan biasanya berwujud alam, fauna (burung, ayam, kambing, kupu-kupu, dan lain-lainnya), dan flora (pohon, bambu, padi, bunga kanthil, bunga melati, bunga mawar, dan lain-lainnya). d. Batik Gabungan Pola Klasik dengan Motif Agraris Sejak masih menjadi buruh batik pada juragan batik saudagaran, masyarakat yang berada di lingkungan Batik Kliwonan telah membuat batik gabungan pola klasik dengan pola agraris. Pola-pola jenis ini mulai berkembang seiring dengan berkembangnya batik saudagaran yaitu sekitar awal tahun 1870-an. Gabungan pola atau motif klasik dengan motif agraris dalam garapan Batik Kliwonan biasanya diwujudkan dalam pola ceplokan, lerengan atau buketan. Motif atau pola klasik yang dimanfaatkan diadopsi dari flora dan fauna di lingkungannya. e. Batik Pola Naratif Beberapa perusahaan batik akhir-akhir ini (sejak tahun 2007) berusaha untuk menciptakan ciri khasnya masing-masing dan kemudian muncul batik-batik cerita atau batik naratif yang menggambarkan kegiatan atau fenomena di lingkungan para perajinnya, dan karya-karya semacam ini hampir tidak terdapat dalam sentra pembatikan yang lain di Surakarta. Batik pola naratif mulai berkembang sekitar tahun 2005-an di Batik Kliwonan.

21 Penelitian berikut dilakukan oleh Puryanti dengan judul Batik Kliwonan Di Kabupaten Sragen (Studi Nilai-nilai Filsafati Jawa Dalam Batik Kliwonan). Tujuan penelitian ini fokus terhadap pendiskripsian nilai-nilai filsafati Jawa yang terkandung dalam batik Kliwonan di Kabupaten Sragen. Penelitian ini juga sedikit menyinggung mengenai batik kreasi baru. Ragam hias yang ada pada batik kreasi baru pada umumnya terdiri dari bentuk-bentuk yang berasal dari: a. Tumbuhan atau flora b. Binatang atau fauna c. Gabungan motif binatang dan tumbuhan d. Gabungan motif tradisional dan kreasi baru ( Puryanti, 2010: 87) 3. Konsep Perancangan tekstil a. Aspek Perancangan Perancangan atau pengembangan produk dibutuhkan oleh produsen dalam rangka mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar dengan cara mengidentifikasi kebutuhan konsumen (Ginting, 2013: 16). Proses Perancangan adalah menjabarkan hasil dasar pemikiran sebagai aplikasi dari kerangka konseptual ke kerangka kerja perancangan secara visual ( Rizali, 2012: 57). Seperti yang diungkapkan Agus Sachari, Satu ide tidaklah begitu saja mencuat lalu dijabarkan dalam bentuk produk, melainkan ide tersebut merupakan transformasi pemecahan masalah yang berorientasi kepada pasar (Sachari, 1986: 147). Proses perancangan ini tidak lain untuk memenuhi permintaan pasar. Kegiatan perancangan dimulai dengan

22 didapatkannya persepsi tentang kebutuhan manusia kemudian disusul dengan penciptaan konsep produk dan perancangan, pengembangan serta penyempurnaan produk dan diakhiri dengan pemasaran produk (Ginting, 2013: 15). Menurut Nanang Rizali, dalam konsep perancangan ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan antara lain, bahan, fungsional (kegunaan), teknik pelaksanaan, daya tarik (keindahan, tren, selera konsumen dan pemasaran) (Rizali, 2012: 58). b. Pengembangan Produk Seiring berkembangnya kekayaan wujud rupa, pasar batik klasik mengalami kejenuhan. Pasar batik mengalami kelesuan. Strategi Pemasaran untuk mengatasi pemasaran batik yang sedang terjadi kelesuan pada usaha pembatikan salah satunya yaitu memproduksi produk pengganti yang disenangi konsumen. Pengrajin Batik Kliwonan menyiasati dengan membaurkan batik kreasi baru untuk memperoleh keuntungan yang lebih baik. Kejenuhan konsumen terjadi ketika produk yang ditawarkan sudah menjadi kebiasaan umum digunakan manfaatnya. Pemanfaatan produk yang berulang terjadi menjadikan konsumen merasa jenuh dan mempunyai keinginan untuk mencari produk sejenis lainnya dengan meninggalkan produk yang selama ini mereka gunakan. Konsumen mencari produk sejenis yang memberikan nuansa baru baik dari segi warna, bentuk, kualitas, dan daya tahan. Rasa jenuh terhadap produk

23 yang ditawarkan dapat dihindari dengan strategi inovasi (Sunyoto, 2014: 82). Strategi inovasi dapat dilakukan dengan mengembangkan produk. Pengembangan produk disebut juga merchandising adalah kegiatan- kegiatan pembuat barang dan perantara yang bermaksud melakukan penyesuaian barang-barang yang dibuat atau ditawarkan untuk dijual atas permintaan pembeli. Tujuan pengembangan produk baru antara lain: a. Untuk memenuhi tuntutan kualitas. b. Agar perusahaan dapat beradaptasi dengan kebutuhan konsumen yang semakin meningkat. c. Untuk memperbaiki tingkat pertumbuhan produktivitas d. Untuk bertahan dikompetisi global (Ginting, 2013: 16) Termasuk di dalam pengembangan produk adalah penentuan kualitas, ukuran, bentuk, daya tarik lahiriah, labeling, cap tanda (branding), pembungkus (packaging), dan sebagainya untuk menyesuaikan selera yang sedang tumbuh (Sunyoto, 2014: 82). Kualitas produk dapat ditentukan oleh (Sunyoto, 2014: 83): a. Material Material atau bahan adalah zat/benda/barang yang dibutuhkan untuk membuat sesuatu. b. Teknik / cara pembuatan Teknik adalah suatu metode, keahlian, atau seni praktis yang diterapkan pada suatu tugas tertentu (Machali, 2009: 107).

24 c. Tingkat keahlian orang/ perusahaan yang mengerjakan Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Dalam faktor produksi tenaga kerja ini terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki (Alam, 2004: 54). d. Engineering design dan specifications Engineering design dapat didefinisikan sebagai Rangkaian kegiatan yang mengaplikasikan berbagai teknik dan prinsip-prinsip scientifik yang bertujuan untuk mendefinisikan peralatan, proses, atau sistem secara detail sehingga dapat direalisasikan (https://karyatulisilmiah.com/wpcontent/uploads/201 6/04/Bab-01-Pengantar-Engineering-Design.pdf.) e. Daya tarik Daya tarik lahiriah ini diciptakan antara lain pada motifnya yang berkembang dan inovatif. Strategi inovasi produk diperlukan untuk menghindari konsumen dari rasa jenuh terhadap produk yang ditawarkan (Sunyoto, 2014: 86). Budaya inovasi motif batik tidak terlepas dari kehendak pasar dan kebutuhan konsumen masa kini. Seperti yang diungkapkan Endraswara bahwa, Kebudayaan itu diciptakan (diproduksi) berdasarkan pertimbangan konsumen. Jika konsumen penuh maka muncul kebudayaan baru. Jika konsumen semakin tertarik maka muncul pula budaya inovasi (Endraswara, 2006: 24 ).

25 Ukuran : hasil mengukur; panjang, lebar, luas, besar sesuatu; bilangan yang menunjukkan besar satuan ukuran suatu benda (http://kbbi.web.id/ukur). Bentuk: rupa; wujud yang ditampilkan (http://kbbi.web.id/ukur). Labeling/pelabelan merupakan pemberian label terhadap suatu jenis objek tertentu. Labelling adalah sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia (Jones, 2003: 147). labeling adalah proses melabel seseorang. Label menurut A Handbook for The Study of Mental Health, adalah sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia. Dengan memberikan label pada diri sesorang, kita cenderung melihat dia secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan pada perilakunya satu per satu (Ahmadi, dadi & aliyah nur aini H, 2005: 299). Cap tanda (branding) : landa (2006:4) menyataka bahwa kini istilah brand telah berkembang, dari sekedar merk atau nama dagang dari suatu produk, jasa atau perusahaan, yang berkaitan dengan hal-hal yang kasat mata dari merk; seperti nama dagang, logo, ciri visual lainnya; kini juga berarti citra, kredibilitas, karakter, kesan, persepsi dan anggapan di benak konsumen (Landa,

26 Robin. (2006). Designing Brand Experiences. Thomson Delmar Learning.). Pembungkus (packaging): Angipora (2006:151) menyatakan bahwa packaging adalah seluruh kegiatan merancang dan memproduksi pembungkus suatu produk karena packaging atau kemasan memiliki fungsi yang sangat penting. Kemasan secara sederhana dapat diartikan suatu benda yang digunakan untuk membungkus atau untuk melindungi suatu barang agar rapi atau bersih. Setiadi (2005:46) Kemasan memiliki fungsi yang sangat penting untuk suatu benda yang digunakan untuk membungkus atau untuk melindungi suatu barang agar rapi atau bersih. Disimpulkan bahwa Packaging adalah suatu kegiatan yang di lakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan kemasan yang baik maupun menarik untuk pelanggan.

27 B. Teori dan Kerangka Berfikir Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu Studi Batik Tulis Kontemporer Di Desa Kliwonan Kabupaten Sragen, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut : Faktor Ekonomi Permintaan Pasar Latar Belakang Batik tulis kontemporer di kliwonan Konsep Perancangan Batik Tulis Kontemporer Bahan Fungsi Teknik Daya Tarik Upaya Pengembangan Batik Tulis kontemporer Gambar bagan 1 Kerangka Penelitian

28 Keterangan: Penelitian ini mendeskripsikan latar belakang berkembangnya batik tulis kontemporer di wilayah Kliwonan. Batik tulis Kontemporer merupakan batik kreasi baru yang dibuat dari ide masa kini dengan kebebasaan motif dan tidak terikat pada alat yang dipakai maupun oleh aturan-aturan dan tradisi. Penelitian ini mendiskripsikan proses perancangan batik tulis kontemporer yang meliputi pertimbangan sumber ide, teknis pelaksanaan, serta bahan dan fungsi. Sumber ide, teknis pelaksanaan, serta bahan dan fungsi yang dipertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar modern. (Rizali, 2012: 58). Proses Perancangan adalah menjabarkan hasil dasar pemikiran sebagai aplikasi dari kerangka konseptual ke kerangka kerja perancangan secara visual ( Rizali, 2012: 57). Proses perancangan ini tidak lain untuk memenuhi permintaan pasar. Permintaan pasar menyesuaikan kebutuhan selera pasar yang sedang tumbuh, maka diperlukan pengembangan perwujudan produk batik tulis kontemporer. Pengembangan tersebut meliputi, penentuan kualitas, ukuran, bentuk, daya tarik lahiriah, labeling, cap tanda (branding), pembungkus (Packaging), dan sebagainya. Kualitas produk secara lebih spesifik dapat ditentukan melalui material teknik, tingkat keahlian perusahaan, engineering design, dan daya tarik (Sunyoto, 2014: 83).