BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya dalam penulisan ini, secara singkat penulis menarik kesimpulan atas tinjauan strict liability dalam RKHUP sebagai berikut: 1. Awal mula penerapan strict liability dalam hukum pidana beriringan dengan semakin berkembangnya bentuk-bentuk kejahatan baru sebagai konsekuensi atas perkembangan aspek kehidupan lainnya di dalam masyarakat. Strict liability dapat dimanfaatkan sebagai jalan pemecahan masalah ketika kita menghadapi perkara tindak pidana yang pembuktian kesalahan pembuatnya sulit untuk dilakukan. Strict liability merupakan pengecualian atas asas kesalahan. Dalam kasus-kasus yang diterapkan strict liability, pembuat telah dapat dijatuhi hukuman pidana hanya dengan membuktikan bahwa ia telah melakukan tindak pidana yang dilarang oleh undang-undang, tanpa memperhatikan keadaan kesalahan pembuat pada saat ia melakukan perbuatan tersebut. Begitu pula dalam sistem pidana Indonesia yang menganut asas kesalahan sebagai asas yang fundamental, strict liability sesungguhnya telah melanggar syarat-syarat pemidanaan yang menyaratkan adanya kesalahan dalam diri pembuat saat ia melakukan tindak pidana. Strict liability dianggap perlu untuk diterapkan atas beberapa alasan, diantaranya adalah : demi menjamin dipatuhinya peraturan penting tertentu yang diperlukan untuk kesejahteraan masyarakat, memudahkan penyelesaian perkara yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat yang pembuktian kesalahan terdakwanya dirasa sulit. 85
Sebagai contoh adalah perusakan lingkungan dan kejahatan dalam hal perlindungan konsumen yang dilakukan oleh korporasi yang menyebabkan bahaya besar bagi masyarakat luas. Walaupun merupakan pengecualian atas asas kesalahan yang fundamental, namun strict liability janganlah selalu dipandang sebagai kontradiksi antara asas yang satu dengan asas yang lainnya dalam sistem hukum pidana Indonesia. Penerapan strict liability perlu dianggap sebagai pelengkap dalam mewujudkan asas keseimbangan demi hukum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan kesejahteraan dalam masyarakat. 2. Strict liability merupakan asas yang diadaptasi dari sistem hukum asing, sehingga perlu dikaji secara mendalam dan dilakukan penyesuaian apabila akan diterapkan di Indonesia. Hal yang paling penting adalah menentukan batasan-batasan tindak pidana mana saja yang dalam penyelasaiannya dapat diterapkan strict liability. Batasan-batasan ini dapat dibentuk dengan melihat aturan yang tertera dalam RKUHP, sejarah perkembangan asas strict liability, serta doktrin-doktrin yang disampaikan oleh para ahli hukum. RKUHP mengatur bahwa strict liability antara lain dapat diterapkan pada tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang dalam menjalankan profesinya yang mengandung elemen keahlian, tanggung jawab sosial, dan kesejawaatan yang didukung oleh kode etik. Berdasarkan sejarah perkembangan strict liability dalam sistem hukum Inggris, strict liability dapat diterapkan pada perkara perdata dan perkara pidana. Dalam perkara perdata, sebagai contoh adalah kasus Ryland vs. Fletcher dimana terjadi kerugian berupa rusaknya properti milik orang lain akibat kegiatan tergugat. Dalam perkara pidana, sebagai contoh adalah kasus Prince yang dituduh menarik dari kekuasaan orang tua seorang gadis berumur 16 86
tahun tanpa izin orang tuanya. Berdasarkan doktrin-doktrin dari para ahli hukum, kepentingan penerapan strict liability bertujuan agar dipatuhinya aturan hukum yang penting bagi kesejahteraan masyarakat, mempermudah kesulitan pembuktian kesalahan dalam suatu perkara mengingat tingginya tingkat bahaya sosial yang ditimbulkan oleh perbuatan yang bersangkutan. Melihat alasan diterapkannya Strict liability, maka asas tersebut dapat diterapkan pada tindak pidana yang dilakukan baik oleh perorangan maupun korporasi, mengingat kepentingan untuk mewujudkan ketertiban, keamaan dan kesejahteraan masyarakat. Untuk tindak pidana yang dilakukan oleh perorangan strict liability dapat diterapkan terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai seorang profesional. Selain itu, strict liability tidak hanya diterapkan pada kasus-kasus rumit saja yang membahayakan masyarakat luas, namun juga terhadap regulatory offence (pelanggaran pidana terhadap hukum tertulis) seperti pelanggaran lalu lintas. Berdasarkan sejarah perkembangannya strict liability di Inggris dapat diterapkan pada kasus-kasus public nuisance (perbuatan melawan hukum yang merugikan publik), criminal libel (pencemaran nama baik), contempt of court, dan blasphemus libel (penistaan agama) yang nantinya dapat diterapkan dalam sistem hukum pidana Indonesia setelah dilakukan penyesuaian. Terhadap kejahatan yang dilakukan oleh korporasi, penerapan strict liability diterapkan dengan pertimbangan untuk mencegah dan menyelesaikan kejahatan yang memiliki resiko bahaya besar serta menimbulkan kerugian yang luas. Berdasarkan hal tersebut, seperti yang dijelaskan sebelumnya, sangat tepat apabila strict liability diterapkan pada kasus-kasus pencemaran lingkungan dan perlindungan konsumen. 87
Namun bukan hanya terbatas pada itu saja, asas ini dapat diterapkan pada kejahatan-kejahatan korporasi berdimensi baru lainnya 5.2 Saran Berikut adalah beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh penulis sebagai masukan yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan agar penerapan strict liability dapat dilaksanakan dengan baik: 1. Strict liability perlu diterapkan sesegera mungkin dalam sistem hukum pidana Indonesia, mengingat bahwa telah bermunculan dimensi kejahatan-kejahatan baru sebagai konsekuensi perkembangan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pengaturan strict liability perlu dilakukan dengan sangat hati-hati agar penerapannya dapat menciptakan keamanan dan ketertiban dengan tetap memperhatikan keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat luas, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Oleh karenanya penulis merasa bahwa RKUHP perlu mengatur lebih jelas berkaitan batasan-batasan atau kriteria tindak pidana yang dapat diterapkan strict liability. Selain itu, nantinya undang-undang yang bersangkutan juga harus mengatur secara tegas bahwa strict liability dapat diterapkan terhadap tindak pidana yang diatur dalam undangundang tersebut. Selain itu, berkaitan dengan batasan-batasan tersebut, di dalam RKHUP perlu dicantumkan korporasi sebagai subjek hukum yang apabila melakukan kejahatan korporasi, maka perkara tersebut dapat diterapkan asas strict liability terhadapnya. Karena berdasarkan alasan penerapan strict liability untuk mencegah dan menyelesaikan perkara tindak pidana 88
yang bahayanya besar serta dapat menimbulkan kerugian besar dan luas sangat mungkin untuk dilakukan oleh korporasi sebagai subjek hukum. Namun hal ini tidak ditemukan di dalam rumusan RKHUP. 2. Pengaturan strict liability di dalam RKUHP perlu dilakukan beberapa perbaikan, diantarannya adalah pengaturan berkenaan dengan kesempatan bagi terdakwa untuk mengajukan pembelaan sebagai bentuk jaminan keadilan bagi terdakwa. Melihat Pasal 39 yang mengatur strict liability, tidak terlihat sama sekali bahwa terdakwa memiliki kesempatan untuk mengajukan pembelaan diri yang dapat membebaskan dirinya dari dakwaan, misalnya dapat dilakukan dengan adanya pengalihan beban pembuktian kepada terdakwa. Pengaturan ini dirasa perlu untuk menunjukkan bahwa asas yang dianut oleh RKUHP adalah asas strict liability dan bukan absolute liability. 89
DAFTAR PUSTAKA A. BUKU ABDULLAH, MUSTAFA, DAN RUBEN ACHMAD, INTISARI HUKUM PIDANA, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986. AMRANI, HANAFI, DAN MAHRUS ALI, SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PERKEMBANGAN DAN PENERAPAN, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2015. ARIEF, BARDA NAWAWI, PERBANDINGAN HUKUM PIDANA, CETAKAN PERTAMA, Rajawali, Jakarta, 1990. BUNGA RAMPAI KEBIJAKAN HUKUM PIDANA PERKEMBANGAN PENYUSUNAN KONSEP KUHP BARU, Kencana, Jakarta, 2014. ATMASASMITA, ROMLI, PERBANDINGAN HUKUM PIDANA, Mandar Maju, Bandung, 2000. VAN BEMMELEN, J.M., HUKUM PIDANA 1: HUKUM PIDANA MATERIAL BAGIAN UMUM, Diterjemahkan oleh Hasnan, Binacipta, Bandung, 1987. DIRDJOSISWORO, SOEDJONO, PERTANGGUNGJAWABAN DALAM HUKUM PIDANA, Alumni, Bandung, 1981. GUNAWAN, T.J., KONSEP PEMIDANAAN BERBASIS NILAI KERUGIAN EKONOMI, Genta, Yogyakarta, 2015 HAMZAH, ANDI, SISTEM PIDANA DAN PEMIDANAAN INDONESIA, Pradnya Paramita, Jakarta 1993. ASAS-ASAS HUKUM PIDANA, Rineka Cipta, Jakarta, 1994. HAMZAH, HATRIK, ASAS PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM HUKUM PIDANA (STRICT LIABILITY DAN VICARIOUS LIABILITY), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996. HARAHAP, M. YAHYA, BEBERAPA TINJAUAN TENTANG PERMASALAHAN HUKUM, CETAKAN PERTAMA, CITRA ADITYA BAKRI, BANDUNG, 1997. 89
HUDA, CHAIRIL, DARI TIADA PIDANA TANPA KESALAHAN MENUJU KEPADA TIADA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TANPA KESALAHAN : TINJAUAN KRITIS TERHADAP TEORI PEMISAHAN TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA, Kencana, Jakarta, 2006. IBRAHIM, JOHNNY, TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN HUKUM NORMATIF, Bayumedia Publishing, Malang, 2013. KARTANEGARA, SATOCHID, HUKUM PIDANA BAGIAN SATU, HUKUM PIDANA BAGIAN DUA, Balai Lectur Mahasiswa. KRISTIAN, SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI : TINJAUAN TEORITIS DAN PERBANDINGAN HUKUM DI BERBAGAI NEGARA, Refika Aditama, Bandung, 2016. LAMINTANG, P. A. F, DASAR-DASAR HUKUM PIDANA INDONESIA, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997. MARZUKI, PETER MAHMUD, PENELITIAN HUKUM (ED. REVISI), Prenada Media Group, Jakarta 2015. MOELJATNO, ASAS-ASAS HUKUM PIDANA, Rineka Cipta, Jakarta, 1993. MULADI, DAN DWIDJA PRIYATNO, PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI, Kencana, Jakarta, 2013. POERNOMO, BAMBANG, ASAS-ASAS HUKUM PIDANA, Ghalia Indonesia, Yogyakarta, 1978. REKSODIPUTRO, MARDJONO, KEMAJUAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAN KEJAHATAN, Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 1994. REMMELINK, JAN, HUKUM PIDANA : KOMENTAR ATAS PASAL-PASAL TERPENTING DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA BELANDA DAN PANDANGAN DALAM 90
KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA INDONESIA, Diterjemahkan oleh Tristam Pascal Moeliono, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003. ROSALYNA SALY, ANALISA YURIDIS ATAS PEMBERLAKUAN ASAS STRICT LIABILITY DALAM PASAL 35 RKUHP BARU (2004) TERHADAP ASAS GEEN STRAF ZONDER SCHULD, SKRIPSI, Program Sarjana Ilmu Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2005. SANTOSA, MAS AHMAD, PENERAPAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK (STRICT LIABILITY) DI BINDANG LINGKUNGAN HIDUP, ICEL, Jakarta, 1997 SAHETAPY, J.E. ED, HUKUM PIDANA, Liberty, Yogyakarta, 1995. SALEH, ROESLAN, PIKIRAN-PIKIRAN TENTANG PERTANGGUNGAN JAWAB PIDANA, Ghalia Indonesia, Jakarta 1982. PERBUATAN PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA : DUA PENGERTIAN DASAR DALAM HUKUM PIDANA, Aksara Baru, Jakarta, 1983. MASIH SAJA TENTANG KESALAHAN, Karya Dunia Fikir, Jakarta, 1994. SUDARTO, HUKUM PIDANA I, Yayasan Sudarto d/a Fakultas Hukum Undip, Semarang, 1990. TRESNA, R., AZAS-AZAS HUKUM PIDANA DISERTAI PEMBAHASAN BEBERAPA PERBUATAN PIDANA YANG PENTING, Tiara Limited, Jakarta, 1959. WINDYANA, I MADE, ASAS-ASAS HUKUM PIDANA BUKU PANDUAN MAHASISWA, Fikahati Aneska, Jakarta, 2010. WIRADIPRADJA, ENDANG SAEFULLAH, TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM HUKUM PENGANGKUTAN UDARA INTERNASIONAL DAN NASIONAL, Liberty, Yogyakarta, 1989. 91
B. JURNAL IMMAMULHADI, PERKEMBANGAN PRINSIP STRICT LIABILITY DAN PRECAUTIONARY. DALAM PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP DI PENGADILAN, Volume 25, Nomor 3 Mimbar Hukum, Oktober 2013. C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, L.N.R.I Tahun 1999 No. 42. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, L.N.R.I. Tahun 2009 No. 140. Rancangan Undang-Undang tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (2015). D. INTERNET TIM HUKUMONLINE, KONSEP DAN PRAKTIK STRICT LIABILITY DI INDONESIA, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4d089548aabe8/konsep-dan-praktikstrict-liability-di-indonesia, (terakhir diakses pada tanggal 8 Oktober 2016 pukul 21.06). 92